6. Rencana Cella

1.5K 125 10
                                    

Senyum pedihmu, lukiskan air matamu
Perihnya hatimu, menyentuh batinku
— Zigas, hidupmu hidupku.

***

Author POV

"Kamu dikosan kan?"

"Iya."

"Aku otw kesana ya, jangan kemana-mana."

"Oke."

Sambungan telepon terputus, sebenarnya Darrell tidak mau Cella datang ke kosannya, namun mendengar suara serak perempuan itu, dia luluh dan mempersilahkan perempuan itu datang ke kosannya.

Semenjak pacaran, Cella memang menggunakan panggilan aku-kamu. Sebulan berlalu, banyak yang berubah dari keduanya.

Pintu diketuk, Darrell beranjak dari duduknya dan melihat siapa yang datang, dalam hati dia yakin bahwa orang itu adalah Cella.

Begitu pintu terbuka, tanpa aba-aba Cella langsung menubruk dada bidang Darrell, dia menangis disana.

Sebenarnya Darrell sendiri kaget dengan apa yang perlakuan Cella, bahkan dia hampir terjatuh jika dia tidak bisa menjaga keseimbangannya.

Dibiarkan Cella menangis disana, hingga menit kelima isakan itu berganti dengan dengkuran halus. Cella tertidur pulas di pelukan Darrell.

Dengan pelan, Darrell mengangkat tubuh Cella dan merebahkannya dikasur. Karena tidak ingin hal yang tidak diinginkan terjadi, Darrell bergegas keluar kamar dan memilih duduk di kursi depan kosannya.

Pikirannya kacau, ini sudah hari Senin, tetapi hingga larut begini, gadisnya tak kunjung mengangkat videocall darinya.

Darrell takut, takut gadisnya kenapa-napa, dengan kondisi yang bukannya semakin membaik setelah keluar negeri, penyakit sialan itu malah semakin menjadi.

Kalau bisa, Darrell ingin bertukar posisi dengan gadisnya itu, kalau bisa, dia ingin dia saja yang menderita penyakit itu. Dia ingat betul perkataan Keyla waktu pertama kali dia menjalin kembali komunikasi antar keduanya.

"Kenapa harus kamu sih Key yang sakit? Kenapa bukan aku aja?"

Dengan tersenyum Keyla menjawab, "Emang kakak kuat kalau jadi aku?"

Dan disitu Darrell hanya terdiam. Perkataan Keyla ampuh membuat badan Darrell melemas seperti jelly. Dengan kondisi papanya yang masuk penjara saja dia sudah frustasi, apalagi jika di dalam tubuhnya terdapat penyakit mengerikan itu, apa dia akan sanggup?

Dan disitu dia hanya bisa berkata dalam hati, lo bener Key, gue nggak akan pernah bisa sekuat lo, dan untuk kesekian kalinya gue menyesal udah sia-siain orang kaya lo.

Ditengah lamunannya, Darrell mendapati ponselnya bergetar, videocall dari Keyla. Dengan cepat Darrell berlari menuju dapur dan mengangkat panggilan itu.

"Assalamualaikum cantik."

"Waalaikumsalam Kak Cello."

"Kamu kenapa baru videocall sekarang? Kamu bikin aku panik setengah mati tau." Ujar Darrell panjang lebar.

Keyla hanya terkekeh, "Tuh kan mulai lebay nya. Aku tadi habis kemo kak, jadi baru sempet videocall sekarang."

"Kamu kemo lagi? Gimana rasanya?"

"Seperti biasa kak, sakit." Jawab Keyla dengan senyuman manis yang terasa pilu di hati Darrell.

"Kamu bisa kasih tau kamu dimana ke aku La, biar aku kesana jagain kamu."

Move (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang