8. Faktanya

1.4K 106 2
                                    

Only hate the road when you're missing home
Only know you love her when you let her go
Passenger, Let Her Go.

***

Author POV

"Cello !" Teriak gadis itu agar suaranya dapat didengar oleh Darrell.

Darrell berhenti tanpa menoleh, dalam hati dia mengumpat kesal, kenapa dia harus bertemu dengan wanita ini lagi.

"Cello, kamu kemana aja sih? Aku cariin di kelas kamu nggak ada, aku ke kos kamu, katanya kamu udah jarang balik, kok kamu nggak kasih kabar ke aku sama sekali sih?" Cerocos gadis itu sambil mengatur napasnya.

Darrell memang pindah dari kos an, namun dia masih menyewa kos itu untuk beberapa bulan, dia tidak mau Cella curiga bahwa dia telah pindah kos.

"Aku sibuk Cella."

Cella memanyunkan bibirnya, "Sibuk banget?"

"Iya." Ujar Darrell seraya melanjutkan jalannya.

"Sibuk tapi bisa pindah kos?"

"Aku nggak pindah kos, masih disana." Dusta Darrell.

"Terus kalau nggak pindah, kamu tidur dimana?"

"Di rumah Rizal." Dustanya lagi, dia tak mau membuat Cella curiga dan malah mencari letak apartemennya sekarang.

"Rumah Rizal dimana?" Tanya Cella berusaha menahan emosinya.

"Aku nggak mungkin bawa kamu kesana, jadi kamu nggak perlu tau."

"Tapi aku pacar kamu !" Ujar Cella sedikit membentak.

"Yaudah, kalau gitu kita putus." Balas Darrell enteng.

Wajah Cella memerah, "Aku nggak mau putus !"

"Terserah kamu." Ujar Darrell bergegas meninggalkan Cella.

"Gue pastiin lo bakalan ngemis cinta gue Cello ! Gue pastiin !" Teriak Cella yang dia yakini sudah tidak dapat didengar oleh Darrell.

***

"Cello, tolongin aku .." Lirih suara itu dalam telepon.

"Kamu bisa tenang dulu? Kamu kenapa?"

"Cello, aku butuh kamu sekarang, aku nggak tau harus ngadu ke siapa lagi."

"Iya kamu tenang, kamu dimana sekarang?"

"Aku ada di apartemen."

"Oke, aku kesana sekarang."

"Cepet​ !"

Sambungan telepon terputus, Darrell segera menyambar jaketnya dan bergegas menuju apartemen Cella.

Butuh waktu dua puluh menit untuk sampai ke apartemen milik Cella ini. Entah kenapa Darrell merasa bahwa kali ini Cella benar-benar sedang dalam keadaan tidak baik.

Ditekannya bel kamar Cella hingga pintu mulai terbuka menampilkan wajah Cella yang sudah penuh dengan air mata. Dengan gerakan cepat, Cella mulai memeluk Darrell.

Pernah mengalami hal ini beberapa waktu lalu membuat Darrell tau apa yang harus dilakukannya, dia hanya perlu diam, membiarkan Cella menangis di pelukannya dan kemudian tertidur.

Dugaan Darrell tidak meleset, sepuluh menit kemudian Cella sudah tertidur, Darrell mengangkat tubuh Cella dan menidurkannya di kasur.

Darrell keluar dari kamar Cella, dia berniat untuk pulang, walau kondisi Cella sedang kacau seperti ini, dia tidak mau mengambil resiko. Cella tetaplah ular di mata Darrell, sekali ia lengah, Cella bisa saja mengeluarkan racun mematikan yang membuat Darrell lumpuh seketika.

Move (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang