Jika harus menangis,
menangislah.
— Geisha, Mustahil tuk Bersama.***
Author POV
Keysha terbangun dengan kepala yang masih berdenyut sakit. Dia melihat jam dinding yang ada di kamarnya, sedikit terkejut melihat angka yang ditunjukkan oleh jarum jam itu. Betapa tidak? Dia telah tertidur selama 4 jam tanpa terbangun sedikitpun.
Tangannya tergerak mengambil ponsel miliknya, melihat notifikasi yang mungkin saja ada disana, dan satu-satunya notifikasi yang dia tunggu adalah dari kekasihnya, Darrell.
Sialnya, dia tak menemukan nama Darrell disana. Malah yang dia terima adalah satu foto yang dikirim oleh Nadine.
Matanya terbuka lebar melihat foto itu, foto dimana Rachel sedang tertidur pulas di bahu kekasihnya, orang yang sangat dia cinta.
Apa benar keduanya memang telah merencanakan untuk kembali ke Jakarta bersama tanpa sepengetahuannya?
Hatinya sakit, rasanya seperti dihantam dengan batu besar, napasnya memburu, tangannya mengepal.
Dengan gerakan cepat dia mendial nomor Nadine.
"Gimana Keysha? Lo udah lihat foto dari gue kan? Lo udah lihat foto pacar dan mantan temen lo?"
"Gue setuju sama ide lo."
Hanya itu yang diucapkan oleh Keysha pada Nadine, dia tak mau mendengarkan perkataan Nadine lagi yang selalu terkesan memanas-manasinya. Dia tau, menerima tawaran kerjasama dengan Nadine bukanlah hal yang baik, namun membiarkan Darrell dan Rachel berdekatan lebih membuat hatinya tidak baik.
Apapun itu, Keysha hanya berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja selepas ini.
Dan niatnya sudah bulat, dia akan mengambil penerbangan ke Jakarta malam ini juga.
Bermodal nekad karena tidak mengetahui alamat Darrell di Jakarta, Keysha yakin bisa menemukan laki-laki itu di satu tempat. Tempat pertama kali dia melihat Darrell, penasaran pada sosoknya, lalu perlahan mulai menjatuhkan hatinya pada Darrell. Tempat dimana untuk pertama kalinya dia berbicara dengan laki-laki dingin yang tak disangka akan menjadi kekasihnya.
Lala's caffe. Ya, Keysha akan menunggu disana, sebab sebesar apapun Darrell menaruh hati pada Rachel, Keysha tau, hati Darrell tetap berat kepada perempuan pemilik caffe itu, Keyla.
***
"Happy b-day Rachel." Gadis berpakaian serba putih itu tersenyum tulus pada Rachel.
Sedang Rachel memandang wajah tenang orang di hadapannya dengan senyum yang sama, "Happy b-day juga Rahel."
Rachel kemudian menarik Rahel ke pelukannya.
Bak pinang dibelah dua, kedua gadis ini sangat mirip dari segi manapun. Hanya saja, Rahel lebih terlihat feminim dibandingkan dengan Rachel yang cenderung urakan dan tidak peduli dengan penampilannya.
"Kamu tidak rindu aku?" Tanya Rahel sendu begitu pelukan itu terlepas.
Rachel bungkam, bingung. Lidahnya kelu tidak bisa menjawab pertanyaan kembarannya itu. Mungkin ini juga yang dirasakan sahabatnya ketika dia bertanya kenapa tak pernah mengunjungi makam Keyla.
"Kamu tidak rindu aku Chel?" Ulang Rahel.
Rachel tetap terdiam, hal yang membuat Rahel mulai menitikkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move (Selesai)
Teen FictionAku tau badai pasti berlalu, tapi kau juga harus tau, akan ada kerusakan setelahnya - Darrell Cello Damarres. (Sequel Of Keyara)