46. Tentang Rachel

1K 75 0
                                    

Sometimes it all gets a little too much
But you gotta realize that soon the fog will clear up
— Shawn Mendes, Little Too Much.

***

Author POV

"Dad, mau kemana? Ini kan bukan jalan pulang." Rachel menatap kedua orangtuanya bingung.

Renata memegang bahu Rachel, "Kita jenguk Rahel ya nak?"

Rachel menggeleng, "Mom —"

"Udah lama kita nggak jenguk Rahel. Kemarin kata bibi, kamu mimpi Rahel, katanya dia kangen kamu. Apa kamu nggak kangen dia juga?"

Rachel diam. Dia rindu Rahel, sangat. Lebih dari apapun. Tetapi rasa bersalah masih menyelimutinya hingga sekarang.

Dulu, Rachel pernah mengunjungi makam Rahel bersama Keyla. Sepanjang perjalanan, Rachel selalu memeluk Keyla erat, sebab di antara yang lain, Keyla lah yang paling tau perasaan Rachel karena Rachel sering mencurahkan isi hatinya pada gadis itu. Namun sekarang, Keyla telah tiada, tak ada lagi yang bisa menenangkan ketakutan yang dialami Rachel.

"Dah sampai, ayo turun." Rendy membukakan pintu untuk Rachel dan Renata.

Renata turun terlebih dahulu, disusul Rachel yang sepertinya masih takut, tubuhnya bergetar hebat, wajahnya memucat, tangannya dingin dan gerakannya melambat.

Rachel tak pernah setakut ini. Genggaman tangan Renata nyatanya tak membuat ketakutan yang dialami Rachel menghilang, berkurang pun tidak.

"Nggak papa nak, ada mommy sama daddy disini." Renata berusaha menenangkan putrinya.

Blok demi blok telah mereka lewati, tersisa satu blok lagi untuk sampai di tempat persinggahan terakhir Rahel.

Dengan gerakan tak terduga, Rachel menarik tangannya dari genggaman Renata.

"Rachel nggak bisa mom, mommy sama daddy saja. Rachel kirim doa dari mobil." Hanya itu yang Rachel ucap sebelum dia berlari menuju mobilnya.

"Lihatlah bagaimana anak anda sekarang, atau bagaimana keluarga anda sekarang." Renata berjalan mendahului Rendy yang masih terfokus pada Rachel yang mulai memasuki mobil.

"Tuhan, hamba merindukan keluarga kecil hamba." Gumam Rendy sebelum mengikuti langkah Renata.

Renata berjongkok di samping makam bertuliskan Rahel Kusuma itu, diikuti dengan Rendy yang entah sejak kapan telah berada di sampingnya. Dia rindu anaknya, sangat. Dia juga rindu keluarganya yang dulu.

Setelah memanjatkan doa, air mata Renata kembali luruh. Dia merasa gagal menjadi orang tua yang baik untuk anaknya.

Pun begitu dengan Rendy yang entah sejak kapan mulai menitikkan air mata.

Renata menoleh, menatap Rendy tak percaya, ternyata mantan suaminya ini bisa menangis seperti saat ini.

"Hel, apa kabar nak? Ini daddy." Rendy memegang batu nisan Rahel.

"Daddy rindu nak, mommy mu apa lagi. Dan Rachel .. daddy masih belum bisa ajak dia kesini. Maafin daddy ya?"

Renata masih terdiam, kehilangan memang bisa mengubah segalanya.

Terlebih kematian. Bagi Renata, kematian tidak hanya memisahkan yang hidup dengan yang mati, tetapi juga menjauhkan yang hidup dengan yang hidup. Setidaknya itulah yang bisa Renata petik dari kisah pilu kehancuran keluarganya.

"Maafin daddy ya nak, daddy gagal jadi daddy yang terbaik buat kamu. Daddy gagal bahagiain mommy kamu dan Rachel."

Air mata Renata semakin deras mengalir begitu mendengar perkataan orang yang pernah dia cintai dengan sangat itu, bahkan mungkin sampai sekarang. Hal yang membuatnya tak ingin berlama-lama bersama Rendy, batinnya akan teriris dan hatinya akan terasa sakit jika mengingat apa yang pernah terjadi di antara keduanya.

Move (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang