40. Fakta Lainnya.

1.1K 84 5
                                    

Akhirnya kita harus memilih satu yang pasti
Mana mungkin terus jalani cinta begini?
— Tangga, Cinta Begini.

***

Author POV

Rachel benar-benar lelah kali ini, dia merasa tak lagi ada bahu yang bisa dia jadikan alat penopang.

Tidak Darrell, tidak teman-temannya di Jakarta dan tidak juga Rizal dan Rani. Rachel memilih memendamnya sendiri, apalagi tentang kelanjutan kisah asmaranya dengan Darrell. Cukup doa saja yang bercerita.

Fokusnya kali ini dia curahkan kepada siapa dalang dibalik kejadian demi kejadian aneh yang menimpanya belakangan ini.

Kemarin, Rizal memberitahukan bahwa dia tak berhasil menemukan siapa pelaku teror waktu itu sebab benar dugaan Rachel, orang itu adalah sosok berjaket hitam yang sering dia temui sedang mengintainya.

Badannya lelah kali ini, apa dia memang harus kembali ke Jakarta? Entahlah.

Satu panggilan menginterupsi lamunannya. Nama Reno tertera disana.

"Ya? Kenapa Ren?"

"Gue kangen."

"Terus?"

"Udah."

"Udah?"

"Iya, gue bukan Limbad Chel, jadi kalau gue kangen, gue ngomong."

"Yaudah, gue matiin ya?"

"Eh tunggu tunggu, lo kenapa dah?"

"Nggak papa."

"Chel Chel, kita kenal dari kapan sih? Cerita buru."

Rachel terdiam, apakah dia harus bercerita tentang keberadaan Nadine? Ah mungkin dia memang harus menceritakannya pada Reno agar beban yang dipikulnya sedikit berkurang.

"Chel? Lo masih disana kan?"

"Iya."

"Kenapa? Cerita buru !"

"Kalau seandainya Nadine balik, gue harus gimana Ren?"

"Nggak usah mengandai-andai apalagi tentang wanita pembunuh itu ! Dia udah di penjara Chel."

"Tapi dia ada disini Ren, dia ngintai gue."

"Lo nggak lagi bercanda kan?"

"Gue nggak mungkin bercanda untuk hal seserius ini."

"Oke besok gue ke Jogja."

"No ! Nggak ! Jangan, gue bisa sendiri."

"Tapi Chel —"

"Ren, Gue. Bisa !"

"Oke, gue percaya sama lo, jaga diri baik-baik. Kalau ada apa-apa langsung kabarin gue atau temen-temen yang lain."

"Iya, udah dulu, gue mau makan."

"Yaudah makan gih, jangan sampai telat, gue tutup dulu."

"Iya, daa."

Sambungan telepon terputus, mendengar perkataan Reno tentang pembunuh tadi, hati Rachel semakin ngilu. Tekadnya semakin bulat kali ini, tidak akan ada lagi darah selepas ini, cukup dimasa lalu saja semua itu terjadi.

Andai saja dia sedang tidak di kampus, air matanya pasti sudah tumpah jika mengingat kejadian beberapa tahun silam, kejadian yang telah merenggut nyawa seseorang yang sangat dia sayangi.

Move (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang