And take a piece of my heart
And make it all your own
So when we are apart
You'll never be alone
— Shawn Mendes, Never be Alone.***
Author POV
Darrell tiba di Munchen manakala matahari masih nampak malu-malu memperlihatkan keelokannya.
Tanpa menghiraukan udara dingin Jerman, Darrell terus berlari menuju stasiun kereta api terdekat untuk menuju Regensburg.
Tak lama kereta mulai datang, Darrell hanya terfokus pada satu nama yang kini menjadi ketakutan terbesarnya, Keyla Agatha Gibson.
Sesampainya di Regensburg, dia segera mencari taksi dan bergegas menuju Internationale Arztpraxis Regensburg.
Dengan langkah besar, Darrell bergegas menuju bagian resepsionis, mencari pasien dengan nama Keyla Agatha Gibson, berharap segala ketakutannya tidak benar-benar terjadi.
Namun nyatanya dia salah, sang resepsionis memberi keterangan bahwa pasien bernama Keyla Agatha Gibson telah meninggal dunia, dan kini jenazahnya sedang diurus untuk diterbangkan ke Jakarta.
Darrell melangkahkan kakinya menuju kursi tunggu di depan resepsionis, terduduk lemas disana, dia masih menggeleng tak percaya.
"Nggak, nggak mungkin Keyla ninggalin gue." Entah sejak kapan, air mata Darrell jatuh dengan derasnya.
Dengan keadaan masih shock, Darrell mencoba menghubungi mamanya, berharap bahwa sang mama mampu menenangkannya.
"Ya, hallo nak, kenapa?"
"Ma, mama dimana? Masih di Jerman?"
"Masih, ada yang harus mama urus, kenapa nak?"
"Aku di Internationale Arztpraxis Regensburg."
"Ha? Gimana bisa?"
"Iya ma, aku di depan resepsionis."
"Mama kesana sekarang, kamu tunggu disana, jangan kemana-mana."
"Iya ma."
Darrell memasukkan kembali ponselnya, tak peduli berapa banyak notifikasi yang ada, tak peduli dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia menunggu Maya dalam diam, walau air matanya enggan berhenti mengalir, dengan perasaan hancur yang tak mampu dijelaskan.
Maya terkejut melihat penampilan putranya yang sudah kacau. Hatinya terasa ngilu melihat tampilan Darrell yang sekarang ini.
"Nak?" Panggil Maya.
Darrell mendongak, memperlihatkan wajahnya yang sudah penuh air mata.
"Mama." Lirih Darrell.
Maya bergerak menghampiri Darrell, "Kamu kenapa nangis gini nak? Ada apa?"
"Keyla mana ma? Keyla masih di dalam kan?" Tanya Darrell tak mengindahkan pertanyaan mamanya.
Maya terdiam, dia bingung dan tak tau harus mengatakan apa lagi pada putranya itu, dia hanya mampu menarik Darrell ke pelukannya.
Selang beberapa detik, Maya memberanikan diri menatap sang anak, "Kita masuk ke dalam dulu ya, mama temuin kamu sama Keyla. Dia masih ada di dalam."
Darrell menoleh tak percaya, "Mama serius? Keyla ada di dalam kan ma? Keyla cuma koma kan ma? Dia bakal bangun kalau Cello datang kan ma?"
Ingin rasanya Maya menumpahkan air matanya sekarang juga, namun dia sadar bahwa ini bukan waktu yang tepat, akhirnya dia hanya mengangguk dan membimbing Darrell ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move (Selesai)
Teen FictionAku tau badai pasti berlalu, tapi kau juga harus tau, akan ada kerusakan setelahnya - Darrell Cello Damarres. (Sequel Of Keyara)