—Harris
Kalau ada satu orang di dunia ini selain emak gue yang permintaannya nggak akan pernah bisa gue tolak, orang itu adalah Febrianne Imelda.
Gila ini anak peletnya ke gue kenceng banget. Setelah tadi berhasil memaksa gue buat cabut kumpul angkatan demi nemenin dia muter-muter ke toko buku yang dilanjut dengan main air hockey hampir 2 jam di timezone, sekarang dia menyeret gue ke sebuah restoran Korea buat makan siang padahal gue sama sekali nggak tahu menahu soal Korea apalagi makanannya.
"Gue traktir deh, satu menu aja tapi. Oke? Oke!" begitu bujukannya tadi.
Ya... gue mah kalo sama lo oke-oke aja, Fe. Jangankan ke restoran Korea, ke Koreanya langsung juga gue temenin dah kalo lo minta—walaupun Koreanya itu Korea Utara.
"Nih, cobain. Tteokpokki" ia menyodorkan kearahku sepiring makanan pembuka yang keliatan kayak sosis asem manis buatan nyokap kalo gue lagi minta bawa bekel.
"Apa? Top Kopi?" gue mengerenyit.
"Bodo amaaaaat," ia tertawa geli kemudian menyedot minumanya. "Lo kira kopi sasetan apa. Tteokpokki, Harris. Ini kayak... kue beras terus dikasih saos pedes gitu."
"Lah, bukan sosis?"
Fe mengurut dahinya sekilas sebagai respon atas pertanyaan gue barusan. "Mane sis. Cobain dulu dah nih baru komentar"
Gue menusuk satu selongsong kue-beras-yang-kayak-sosis itu dengan sumpit gue kemudian melahapnya dalam sekali gigitan.
"Gimana?" Fe menatap gue dengan ekspresi penuh harap.
"Rasanya... kayak cireng," komentar gue setelah menelan si buntalan kue beras tadi. "Tapi nggak digoreng. Jadi aci aja terus dikasih saos asem manis. Ini aci asem manis ya?"
"Aci asem manis anjir sembarangan lu ya" Fe terbahak atas komentar gue barusan. Tangannya terulur untuk mengambil sepotong makanan tersebut kemudian mengunyahnya lahap.
"Apa tadi namanya? To...?"
"Tteok,"
"Tok?"
"Po."
"Po?"
"Kki"
"Ki"
Gue mengangguk-angguk paham saat Fe selesai mengeja nama makanan di hadapan gue ini. "Tok-po-ki. Oke, got it. Enak, lumayan"
Nggak lama, makanan utama pesanan gue dan Fe pun terhidang. Karena gue merasa laper banget, gue memesan menu yang bentuknya kayak nasi campur pake sayur gitu. Apa tadi namanya? Ada Bimbim-nya gitu, kayak nama personel Slank.
"Ini gimana makannya, Fe?" gue bertanya pada Fe yang tengah mengaduk pesanannya, which is... mie rebus yang diwadahin panci kecil. Ramen? Iya, ramen.
"Itu saosnya dituang, terus diaduk semuanya sampe kecampur. Nih," Fe bergerak menuangkan cawan berisi saus merah ke atas makanan gue. Gue mencolek cairan itu dengan ujung sumpit untuk mencecapnya sedikit.
"Lah rasanya sama kayak tok-po-ki tadi," gue menatapnya heran.
"Ya memang," kekehnya geli. "Tuh udah tinggal lo aduk-aduk. Inget ya harus kecampur semua"
"Siap, Bu Guru" gue mengangguk patuh dan mulai mengaduk-aduk nasi campur gue agar semua elemennya tercampur dengan sempurnya.
Fe menyeruput mie rebusnya dengan nikmat sementara gue masih sibuk mencampur-campur si nasi di mangkuk batu panas ini. Hot bowl kali ya namanya, temennya hot plate yang suka dipake di warung-warung steak gitu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fatal Attraction
ChickLitIni bukan hanya tentang Bram dan lika-liku perjalanannya dalam mendapatkan sang pujaan hati. Bukan juga tentang Fe dan luka-luka masa lalu yang masih menghantui setiap siang dan malamnya. Juga bukan tentang Harris beserta perasaan-perasaan yang tak...