—Fe
Setelah melalui minggu-minggu penuh peluh, air mata, dan darah, akhirnya aku sampai juga di hari ini.
Selasar jurusan kami udah disulap menjadi kamar cantik seorang peri mainan; lengkap dengan tempat tidur, ayunan, dan kelinci yang entah kenapa bisa disetujui oleh anak-anak untuk diletakkan di situ sebagai properti. Amel, Mamad, dan Zakky udah diumpetin di Yongma daritadi karena harus bersiap dengan make-up dan kostum dari sekarang. Sementara aku sendiri lagi bolak-balik dandanin anak-anak yang akan maju untuk parade.
Pentas teater is here yo!
"Agus sini cepet! Mata lo berantakan" aku memanggil salah seorang temanku yang berperan sebagai extras untuk parade.
Ceritanya dia adalah minions dari Ratu Naga yang akan menjadi tokoh antagonis utama dalam keseluruhan pentas teater jurusan kami. Makanya, dia dan beberapa orang lainnya yang berperan serupa didandanin rada serem dengan wajah kelewat putih dan area mata yang diwarnain merah menyala.
Suasana di sekelilingku riuh rendah. Enuy sama Nadine lagi sibuk benerin kostum penari, Bila lagi nyiapin alat musik bareng sama Hendra, Arga lagi beresin instalasi tetris, Eyi si Ratu Naga lagi sibuk dengan gaunnya... wah banyak deh.
Tongkrongan jurusan lain pun nggak kalah heboh. Di seberang, aku bisa melihat anak-anak komunikasi lagi berkumpul dengan kostum koboy—since mereka dapet temanya Western. Terus kalo melongok ke belakang Selasar, ada anak-anak Politik yang dandanannya udah kayak mau Halloween dengan baju compang-camping yang penuh darah dan tata rias yang sengaja dibikin berantakan; mereka dapet temanya Bencana Alam FYI.
Ada juga anak Antrop tuh di ujung sana yang dapet tema Sejarah lagi mondar-mandir bawa cangkul dan topi petani—ceweknya pake kebaya dan kemben lengkap dengan kondenya. Denger-denger mereka mau bawain Ronggeng Dukuh Paruk sih nanti.
Anyway, tahun ini tema besar keseluruhan acara pentas teater ini adalah genre film. Jurusanku kebetulan dapet tema Fantasi, makanya kami mengangkat cerita tentang dunia peri dan mainan. Dibanding sama tongkrongan lainnya, Selasar jadi punya dekorasi yang paling imut dan menggemaskan—apalagi dengan hadirnya 3 ekor kelinci kecil yang khusus dibeli minggu lalu sebagai pemanis.
"Kesos siap-siap ya, bentar lagi rombongan lewat sini" seorang senior berkaus hitam menghampiri jurusan kami. Dia panitia paradenya kayaknya.
"Udah, Fe?" Agus bertanya padaku yang tenga memulaskan lipstik merah menyala ke sekeliling mata hingga mendekati pipinya.
"Dah dah. Udah. Baris lo buru" aku menepuk pundaknya dua kali sebelum anak itu ngacir gabung dengan barisan parade.
As expected, semua jurusan terlihat all-out dalam dalam membawakan temanya masing-masing. Liat tuh anak-anak ADM parade pake baju zirah DIY plus tombak dan pedang karena dapet temanya adalah Perang. Atau anak-anak HI yang, walaupun jumlah sumber daya manusianya sama mengenaskannya dengan jurusanku, berhasil mengeksekusi tema Horror mereka dengan baik. Ini aja bau kemenyannya kecium sampe sini, jadi ngeri kenapa-napa 'kan.
"Fe, lo ikut sampe Teko apa mau di sini aja?" Bila menepuk pundakku dari belakang.
Teko itu tempat dilangsungkannya acara Pentas Teater ini, by the way. Nama panjangnya sih Teater Kolam karena tempat itu berupa sebuah panggung terbuka yang terletak di dekat kolam ikan. Kreatif ya yang ngasih nama. Hehe.
"Kesana lah. Pengen nonton juga gue," cengirku polos. "Lo mau jaga selasar, ya?"
Bila menggeleng. "Hendra aja ah yang jaga Selasar, gue mau liat si Ceceu sama Mamad di panggung. Yuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatal Attraction
ChickLitIni bukan hanya tentang Bram dan lika-liku perjalanannya dalam mendapatkan sang pujaan hati. Bukan juga tentang Fe dan luka-luka masa lalu yang masih menghantui setiap siang dan malamnya. Juga bukan tentang Harris beserta perasaan-perasaan yang tak...