—Bram
Apartemen Jeff, Malam Jumat.
"...Lu tau nggak sih, temen gue pernah ada yang dapet proyekan shooting film dokumenter di daerah Lebak Bulus gitu. Nah, mereka nih diinepin di semacam rumah dinas, tapi udah tua banget tuh rumah. Pas malem, temen gue mimpi cewek lagi mainan sama anak kucing..."
"Terus, terus?"
"Udah mimpi gitu, dia kebangun. Katanya gara-gara denger suara orang mandi. Di kamar tempat dia tidur itu emang ada kamar mandinya sih, terus dia heran 'kan siapa nih bocah mandi tengah malem iseng amat..."
"Lah gua kayak gitu, Jeff, kalo abis proker"
"Pantes lu sering rematik, Sat"
"Anjing"
"Lanjut, lanjut!"
"Sampe mana tadi gue? Oh mandi tengah malem," Jeff berdehem lalu melanjutkan ceritanya. "Karena dia penasaran siapa yang mandi tengah malem, dia melek aja tuh nungguin siapa yang bakal keluar dari kamar mandi. Nggak lama, pintu kamar mandinya kebuka... terus yang keluar cewek..."
"...Hah?"
"...Di tim mereka nggak ada yang cewek"
Sebuah tarikan nafas panjang dan satu per satu dari kami pun mundur teratur dari lingkaran dengan ekspresi nggak enak di wajah masing-masing.
"Serem juga, Bang..." Dodi menggumam pelan, meski gue bisa melihat wajahnya sedikit pias.
"Gue jadi temen lu udah cabut sih besok paginya. Bodo amat proyek-proyek daripada gua kaga selamet" gue menimpali sambil bergidik.
"Iya cuy, gue juga. Amsyong banget anjir mau shooting dokumenter malah jadi shooting horor" Wira mengamini.
"BTW terus tuh cewek nyamperin temen lu nggak?" Satria bertanya penasaran. "Apa dia nggak tau kalo temen lo itu kebangun jadi ngeloyor aja gitu cabut?"
Jeff hanya mengangkat bahu. "Dia nggak cerita sih... tapi, oh ini gue baru inget, dia cerita 'kan tim mereka nginep situ 4 hari 3 malem. Nah, malem besok-besoknya temennya juga mimpi cewek lagi main sama anak kucing. Semuanya. Tapi yang sampe ketemu mbaknya cuma dia doang"
"Bangsaaaaaaaaaaat" Wira menggeleng-geleng cepat. "Apa rasanya njir gue nggak ngebayangin"
"Jangan dibayangin ntar dateng" Satria meledek sambil tersenyum kampret.
"Tai dah lu, Sat"
Kami semua tertawa melihat Wira yang tampak benar-benar ketakutan atas cerita horor Jeff barusan.
Sebenarnya, agenda kami malam ini bukan untuk bertukar cerita horor kayak anak SMP lagi Persami. Gue dan anak-anak memutuskan untuk berkumpul di apartemen Jeff untuk berdiskusi mengenai materi lagu yang akan kami bawakan nanti saat ajang kompetisi Art War.
Minggu lalu, kami sudah sempat larihan full band sama Dodi. Masih bawain lagu-lagu orang lain sih, sekalian memenuhi keinginan Jeff untuk "nge-test" drummer baru kita ini. Untungnya, Dodi lulus tes tersebut, plus Jeff tampaknya sudah menyukai kehadiran anak itu beserta kelakuan-kelakuan anehnya.
Seperti saat latihan terakhir, di mana kami terpaksa harus mencari studio lain yang letaknya lumayan jauh dari kampus karena Studio 61—tempat kami biasa latihan—sedang tutup karena satu dan lain hal. Latihan yang kala itu dimulai agak malam akibat Satria yang harus rapat dulu dengan BPH-nya, otomatis membuat waktu selesainya pun ikutan larut. Rupanya, personil terbaru sekaligus termuda di band ini, punya jam malam di rumahnya. Jadilah, saat kami beres-beres instrumen, Dodi malah sibuk teleponan dengan seseorang yang gue duga adalah nyokapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fatal Attraction
Romanzi rosa / ChickLitIni bukan hanya tentang Bram dan lika-liku perjalanannya dalam mendapatkan sang pujaan hati. Bukan juga tentang Fe dan luka-luka masa lalu yang masih menghantui setiap siang dan malamnya. Juga bukan tentang Harris beserta perasaan-perasaan yang tak...