—Harris
Siang-siang gini enaknya emang tidur.
Setelah kemarin malam gue nyaris nggak tidur demi ngelarin Gamtek sialan yang deadline-nya pagi ini, gue rasa tubuh gue pantas untuk mendapat barang sejam-dua jam istirahat. Lagian, kelas gue selanjutnya juga masih nanti jam 2. Cukup lah untuk sekedar merem dan membaringkan badan sejenak.
Ya kalau kebablasan juga nggak masalah sih, toh absen gue masih sisa 1 lagi.
Di ruang BEM yang sepi dan dingin, gue memutuskan untuk mengistirahatkan mata lelah gue. Untung kunci ruangan masih di gue terakhir abis proker Kantek Sound, jadi gue nggak perlu repot nanya di grup nungguin anak-anak Kestari atau BPH yang biasanya pegang kunci.
Segera setelah gue mendorong pintu kayunya, gue pun meletakkan tas gue di atas lantai berlapis karpet dan menyalakan AC. Selanjutnya gue mengambil sudut di dekat lemari penyimpanan dokumen dan properti sisa proker masa lampau, lalu berbaring di sana beralaskan tas gue sebagai bantal.
Eh, ngomong-ngomong, lo pada kaget nggak gue jadi anak BEM? Haha. Sama.
Gue juga nggak tau ya kenapa gue kepikiran untuk jadi aktivis kampus. Padahal dari awal gue udah bilang gue males ikut kegiatan kampus macem-macem sejak harus merasakan masa ospek teknik yang melelahkan jasmani dan rohani. Tapi, ujung-ujungnya gue pasrah juga mengikuti semua kegiatan yang harus gue ikuti, dan bahkan mau-mau aja saat diajak temen gue, Asta, buat ikutan oprec BEM waktu liburan kemarin.
Herannya, gue keterima.
Lah, yaudahlah. Mungkin Tuhan tau kalau hambanya ini butuh diberi kesibukan sedikit biar nggak bengong memikirkan hal-hal yang nggak seharusnya gue pikirkan. Kayak Fe misalnya.
Yaaaaaa. Ledekin dah ledekin. Gue juga nggak mau bohong kok—gue masih sayang sama Fe, walaupun keadaan nggak lagi memungkinkan gue untuk sering-sering berada di sisinya kayak dulu.
Selain persoalan waktu kuliah dan tugas yang bikin gue (dan dia juga mungkin) kadang pengen jambak rambut saking susahnya, kesibukan kami di organisasi fakultas masing-masing jadi salah satu faktor berkurangnya intensitas gue ketemu dia. Padahal mah kalau mau main ke tempatnya dia, tinggal nyebrang jembatan terus jalan dikit juga jadi.
Walaupun tetep jauh, sih. Tapi ya gapapa lah, Fe ini yang gue samperin... Mau gue nyebrang jembatan sirotolmustakim juga gue rela sih kayaknya...
Baru aja gue hendak terbang memasuki fase mimpi dalam tidur gue, dari arah pintu gue mendengar suara orang melangkah masuk dan menyapa gue.
"Lah, Ris? Nggak kelas lo?"
Sial. Otak gue yang sensitif terhadap stimulus apapun yang terjadi saat gue hendak atau sedang tidur pun, mau nggak mau kembali terjaga. Kedua mata gue terbuka setengah hanya untuk menemukan kabid gue tengah duduk bersila di hadapan gue sambil merogoh-rogoh ranselnya untuk mengeluarkan laptop.
Adalah Kak Arian, anak Teknik Mesin dan Kepala Bidang Seni BEM FT. Dia duduk di situ, tampak heran menemukan gue yang tengah tergeletak nyaris tidur di atas karpet apek ruang BEM.
"Oi, Kak" sapa gue sambil menguap. "Udah kelar. Lagi numpang tidur bentar tadi, ngantuk banget gue"
Kak Arian tersenyum kecil sambil mencolokkan kabel laptopnya ke stop kontak terdekat. "Ngapa lu?"
"Gamtek, biasa." Gue menjawab sambil meletakkan lengan gue untuk menutupi mata. Sayup-sayup, gue bisa mendengar Kak Arian terkekeh.
"Mending lo Gamtek doang" lanjutnya kemudian.
Gue mengangkat lengan gue, lalu menoleh ke arahnya dengan alis terkerut. "Lah, lu kaga kelas, Kak?"
"Ntar jam 11. Mau ngadem dulu. Baru nyampe nih, dari Bekasi gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatal Attraction
ChickLitIni bukan hanya tentang Bram dan lika-liku perjalanannya dalam mendapatkan sang pujaan hati. Bukan juga tentang Fe dan luka-luka masa lalu yang masih menghantui setiap siang dan malamnya. Juga bukan tentang Harris beserta perasaan-perasaan yang tak...