#23

9.9K 1.4K 236
                                    

—Fe

Ada dua permasalahan yang harus kuhadapi hari ini.

Pertama: Ceu Amel, Arga, dan Mamad. Ruang kelas H.103B, jam 5 kurang 15 menit. Hening. Tegang.

Atmosfir di ruang kelas yang sudah kosong ini berat, mainly karena satu dari 4 orang yang ada di dalamnya baru saja meledak melampiaskan emosinya terhadap 3 yang lainnya. Perkaranya? Paper kelompok kami baru aja dibantai habis-habisan oleh dosen setelah tadi dipresentasikan di depan kelas.

"Terserah lo berdua deh. Gue capek ngomong gini mulu," Ceu Amel berdecak pelan sembari menutup laptopnya yang daritadi masih terbuka.

"Yaelah, Mel" Arga angkat bicara. "Nggak cuma kita doang kok yang dapet kritik begitu dari Mbak Agas. Kelompoknya si Zakky 'kan juga dibilang analisisnya kurang dalem"

"...Iya iya. Mereka pas presentasi juga dibantai..." kini Mamad yang bersuara.

"Ya tapi mereka nggak disuruh ngulang makalahnya dari awal, 'kan?" Amel menukas tajam. "Gini deh ya, kita tuh udah tinggal berapa pertemuan lagi coba sampe UAS? Emang lo sanggup kalo kita disuruh turlap ulang? Ngerjain ulang dari Bab 1? Rombak semuanya?"

"Mbak Agas nggak nyuruh kita turlap lagi perasaan," aku mendengar Arga menggumam.

"Ya emang nggak, tapi lo denger nggak tadi dia bilang apa? Datanya kurang kaya. Darimana kita dapetin datanya lagi kalo nggak turlap?" lanjutnya dengan nada yang mulai meninggi. "Lagian udah gue bilang cicil dari jauh-jauh hari pada nggak percaya sih. Paper ginian 'kan nggak gampang ngerjainnya."

"Ceu..." Mamad menepuk pundak gadis itu pelan. "Santai, Ceu. Santai... Kita pasti bisa—"

"Nggak, sekarang lo mikir deh. Kalo kita turlap lagi, terus ngurus surat hari ini, jadinya paling hari apa? Kamis. Kita mau kasih ke lembaga lagi kapan? Jumat? Approval dari lembaganya lagi hari apa? Minggu depan?" Ceu Amel menghela nafas panjang sambil menepis lengan Mamad di bahunya. "Bisa-bisa, efektifnya kita cuma punya dua minggu buat NGULANG DARI NOL. Emangnya lo semua nggak punya deadline lain yang harus dikerjain? Emangnya lo kira GUE nggak punya deadline lain yang juga harus dikerjain?!" lanjutnya penuh amarah.

"Deadline kita semua 'kan sama, Ceu" lagi-lagi Arga menggumam pelan.

Amel menatap tajam ke arah Arga. "Gue tau lo tuh deadliner, Ga. Tapi kalo lo mau ngulang kelas jangan ngajak-ngajak gue lah" pungkasnya.

Mendengar kata-kata tersebut, Arga menegakkan duduknya. "Mel, lo pikir gue mau ngulang kelas?" ujarnya dingin.

Kini, aku dan Mamad yang saling bertukar pandang. Man, this isn't gonna end well.

"Dari cara kerja lo sih iya." Ceu Amel mengangkat bahunya defensif.

Suasana berubah hening kembali. Dari sudut mataku, aku bisa melihat Arga mengepalkan tangannya di bawah meja. Ceu Amel melipat kedua lengannya dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Sementara Mamad tampak salah tingkah dengan terus-menerus melipat-lipat kertas di buku catatannya.

Aku menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya bersuara. "Um... Bisa nggak sih... Kita... dapetin datanya nggak usah pake turlap...?" ujarku hati-hati.

Tiga pasang mata seketika menghujam ke arahku dengan sorot bingung yang nyaris serupa.

"Maksud lo, Fe?" tanya Mamad.

Aku mengangkat bahu. "Ya... I mean... Mbak Agas nggak akan pernah tau 'kan kondisi asli di lapangan gimana? Dia nggak bakal tau juga whether kita dapet datanya dari turlap atau... you know, metode lain"

Fatal AttractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang