#25

9.4K 1.4K 188
                                    

Bram

[LINE]

Hashifa Almiranda

Kak, band lo jd bisa tampil kan buat Malam Musik?

Gue melirik sekilas ke arah notifikasi Line yang baru aja masuk ke ponsel gue tersebut, hanya untuk menggesernya sedetik kemudian dan lanjut menamatkan level 25 Pokopang yang tengah gue mainkan. Nanggung.

"Kata gue, Youtube mah masukin aja yang Backyard kemaren. Senja ada kok videonya"

"...Ya, Bisa sih. Tapi kita nggak ada rekaman video yang lagi di studio ya? Gue ngerinya 'kan kalo yang direkam Senja banyak goyang terus grusuk-grusuk"

"Wah lo ngeremehin Senja, Wir? Kacau, gue bilangin nih ya ke orangnya"

"Kaga gitu anjir. Kan itu cuma TAKUTNYA. Kalo videonya bagus sih upload aja. Cuman, kalo ada yang pas kita di studio, mendingan itu aja dulu yang dinaikin"

"Nah masalahnya 'kan kaga ada. Besok apa? Kita latian terus gue suruh Senja bawa kamera"

"Yah besok gue gereja"

"Ya abis lu gereja lah. Apa lu mau gue rekam pas lagi di gereja?"

"Palelu ceper"

"Astaghfirullah kasar ya den Adhiyaksa"

Gue mengintip sedikit ke arah Jeff dan Wira yang tengah terlibat dalam adu mulut skala kecil itu, lalu tertawa pelan.

"Heh tawa-tawa doang, nimbrung" ujar Jeff yang rupanya menangkap gelak singkat tersebut.

"Bentar, nanggung." gue membalasnya singkat kemudian men-swipe ponsel untuk meruntuhkan koin-koin warna pink di layar.

"Lagi enak?" Wira bersuara.

Nyaris seketika, Jeff pun terbahak keras sementara gue hanya memberinya satu cengiran lebar.

Yes. Abis semua tuh koin.

"Iya, lagi klimaks"

"Bangsat emang lu, Bram"

Oh, ngomong-ngomong, halo semua, kembali lagi bersama Enam Hari. Kali ini nggak di studio, melainkan di basecamp baru kita di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan. Ya benar, kami tengah berada di kamar Raden Bagus Adhiyaksa Wirosetyo dalam rangka konsolidasi rutin Enam Hari.

Nggak deng, kita nongkrong aja sebenarnya. Sama numpang makan. Kapan lagi ye 'kan.

Kami menjadikan Rumah Wira ini sebagai basecamp baru karena beberapa alasan. Satu, kami sepakat di antara kediaman kami berlima, rumah Wira lah yang paling menyenangkan untuk dijadikan tempat kongkow. Ya... nyaris sejajar lah sama rumah Satria—bedanya cuma di urusan konsumsi doang. Kalau di rumah Satria konsumsi ditangani langsung oleh Tante Ratih dan Bibiknya, kalau di rumah Wira 14045 berbicara.

Sedap.

Dua, rumah Wira jaraknya relatif strategis dari kediaman kami semua. Adil 'kan jadi nggak ada yang merasa disusahkan dengan keharusan untuk berkendara lama-lama menembus semrawutnya lalu lintas ibukota. Sebenarnya, ini juga bisa jadi faktor yang mengurangi tingkat keterlambatan ya, tapi tampaknya buat aspek yang satu itu kita masih harus berusaha memperbaikinya.

"Jun udah dateng belom?"

Pintu kamar Wira terayun terbuka saat Satria yang baru selesai melaksanakan ibadah Ashar di musholla belakang perumahan ini melangkah masuk.

Yep. Jun (lagi-lagi) terlambat hadir, entah kali ini alasannya apa. Kemarin di grup sih dia udah bilang akan datang-nggak tau tapi "akan datang"-nya itu jam berapa. Namanya juga Achmad Zunifar, ngarep apa lo semua.

Fatal AttractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang