#22

8.9K 1.5K 456
                                    

Bram

Fe menepati janjinya. Dia hadir malam ini.

Gue udah nggak mikirin lagi kenapa gue bisa selega ini saat gue menemukannya tengah duduk di bar sendirian sebelum kami membawakan You. Gue nggak mikirin sebodoh apa gue terlihat di depan audiens saat senyum gue tanpa aba-aba merekah begitu saja sebelum lagu dimulai. Gue bahkan juga nggak memikirkan ceng-cengan apa yang bakal dilemparkan ke gue saat gue memutuskan untuk langsung menghampirinya setelah kami menyelesaikan performance malam ini, dan bukannya balik ke meja mengikuti anak-anak.

Di benak gue saat ini hanya ada satu hal, dan hal itu pastinya bukan roastingan apa lagi yang bakal dilontarkan Jun atau Jeff kepada gue.

Fe datang. Dia menepati janjinya.

"Hai" gue menyapanya dengan senyuman kecil.

Fe melompat turun dari kursi tinggi bar dan menyampirkan tas kecilnya di bahu sebelum membalas sapaan gue dengan senyum serupa. "Hai, Kak"

"Naik apa tadi ke sini?" tanya gue.

"Gojek. Hehe" jawabnya singkat.

"Oh... I see" Gue hanya mengangguk-angguk pelan, tiba-tiba nggak tahu lagi apa yang harus gue bicarakan.

Fe... cantik malam ini. Nggak paham sih ini faktor penampilannya yang agak berbeda dari tampilan sehari-hari dia yang sering gue liat di kampus, atau memang Fe sebenarnya udah cantik tapi gue aja yang baru sadar sekarang.

Tapi yang jelas, melihatnya berdiri di depan gue sekarang dengan kaus bertuliskan QUENTIN TARANTINO besar-besar di bagian dada, rok jeans, serta sepasang sneakers putih; tempo detak jantung gue perlahan mulai lari dari ketukan yang seharusnya.

"Fe,"

"Kak,"

Gue dan dia bertukar pandang saat kami berdua memanggil satu sama lain di saat yang bersamaan. Diam. Lalu saling tertawa.

"Lo duluan" gue mempersilakannya.

Fe menggeleng. "Nggak udah lo aja, tadi mau ngomong apa, Kak?"

"Hm, itu..." gue mengusap tengkuk gue sejenak sembari merangkai kata. Apa ya? Emang tadi gue mau ngomong apa kok gue lupa?

"Itu...?" Fe mengangkat alisnya

"Itu... lo udah pesen?" tanya gue akhirnya.

Fe menggestur ke arah segelas jus jeruk yang terletak di atas meja bar kemudian meringis kecil. "Udah itu. Hehe."

"Oh... iya ya. Hehe" gue ikut-ikutan meringis. Apaan sih anjir kok jadi deg-degan gini gue. "Lo tadi mau ngomong apa?"

"Hah?" dia mengerjap bingung untuk beberapa sata sebelum menjawab. "Oh... nggak. Itu... tadi lagunya bagus"

Mendengarnya, sebuah senyuman pun kembali terkembang di wajah gue. "Yang mana?"

"Yang... lo tulis?" jawabnya nggak yakin.

"...Semuanya gue yang nulis, Fe"

Fe terdiam untuk beberapa saat sebelum membulatkan kedua matanya, lalu tertawa. "Oh... hahahahahaha iya juga"

Mau nggak mau, gue pun ikut tertawa dibuatnya. Sial, boleh gue bawa pulang aja nggak sih ini anak satu? Gemes banget gue.

"Berarti lo suka semuanya dong, Fe?" gue pun bertanya, iseng.

"Ya... well..." Fe membiarkan kalimatnya menggantung selama beberapa saat. "Semuanya enak"

Lagi-lagi, sebuah gelak tawa melompat keluar dari mulut gue. "Makasih ya"

Fatal AttractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang