Jika kamu terima saran, maka kusarankan untuk kembali. Aku tetap hidup disini. Tanpa asupan, tanpa darah, tanpa nadi. Aku tetap bisa berjalan bebas semauku. Kupaksakan melompat sebisaku. Acapkali aku berlarian tak peduli dengan darah yang merembes di seragam bagian pojok kanan bawah yang ku kenakan. Mengapa aku harus peduli? Sedangkan kamu saja masa bodo dengan hatiku, pikirku demikian.
Mereka sarankan aku tidak terlalu aktif bergerak. Melarang hal bodoh yang aku suka. Mengawasi setiap derap langkahku. Tak jarang mereka mencibir kesal jika aku membangkang mereka. Persetan dengan mereka, jika kamu saja tak peduli, lantas mengapa aku harus peduli?
Sesungguhnya, batin ku teriakkan namamu perdetiknya. Hanya saja, kamu tak pernah dengar, meski kita di bawah naungan langit yang sama. Sebenarnya aku tak sanggup berjalan sendirian, aku mulai tertatih kehabisan darah. Namun jika kamu saja tak mempermasalahkan, lantas aku bisa apa selain diam menyaksikan tubuhku dilahap waktu?
Lots of panda,
Tsyafazz
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Semesta
PoetryKamu akan diam saat hatiku menjerit. *** FYI, ini hasil imajinasi dan karya otak sendiri tanpa campur tangan orang lain. Jadi, kalau ingin copast, tolong cantumkan sumbernya. Dan jangan seenaknya mengomentari karya seseorang. Kamu manusia ciptaan Tu...