Kamu tertawa. Terbahak-bahak hingga badanmu tergoyang ke belakang seraya bergetar hebat. Sesekali kamu menyeka air matamu yang merembes dari mata sipitmu. Aku hanya diam. Menahan kesal dan gejolak nyeri di dada. Perlahan, air mataku luruh. Semakin deras. Lalu kamu melihatku, disampingmu. Tawamu lenyap seketika. Melayang entah kemana.
"lucu sekali ya?" tanyaku dengan suara parau seraya menahan isakan kecil.
Namun kamu hanya berdiam diri di tempatmu, tanpa mengatakan apa-apa.
"Silahkan tertawai aku. Tertawalah karena aku adalah wanita yang selalu merasakan nyeri di dada saat sikapmu melukai hatiku. Tertawalah saat mengetahui aku adalah wanita yang selalu mendoakan bahagiamu setelah orang tuaku diiringi dengan derai air mata. Tertawalah saat kamu melihat aku berhasil menjatuh cintakan diriku sepenuhnya padamu lebih dari jiwaku karena Allah menghendaki."
Perlahan, tanganmu meraih tangan kecilku, mengecupnya lembut. Aku tau, rasa bersalahmu muncul saat itu. Dapat terlihat dari pancaran kilat matamu.
"Tak apa, jika deritaku membuatmu tertawa lepas, maka aku ikhlas lahir dan batinku. Aku menyayangimu. Bahkan mencintaimu. Tertawalah sesukamu."
Senyumku terulas di sela air mataku yang masih luruh tak beraturan. Percayalah, nyeri di hatiku tak terasa, jika bahagia darimu sedikit saja menyelinap. Sudah ku katakan, derita itu bagianku, bahagia itu bagianmu. Tapi, kamu harus denganku, aku memaksa pada-Nya di sela doa.
Lots of panda,
Tsyafazz
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Semesta
PoetryKamu akan diam saat hatiku menjerit. *** FYI, ini hasil imajinasi dan karya otak sendiri tanpa campur tangan orang lain. Jadi, kalau ingin copast, tolong cantumkan sumbernya. Dan jangan seenaknya mengomentari karya seseorang. Kamu manusia ciptaan Tu...