Rindu. Lagi-lagi tentang rindu. Sederhana. Rindu hanya terdiri atas lima huruf yang digabungkan, menjadi kalimat biasa juga. Ya, kalimat biasa dengan makna yang menjorok jauh ke dasar samudera terdalam. Dalam sekali.
Bak sang pria bernama Dilan berkata,"rindu itu berat". Sebenarnya, apa yang telah ia maksud?
Lambat laun, aku fahami. Rindu itu memuncak setiap detiknya. Kian menumpuk hingga menggunung. Mencuat ke atas angkasa dan tak dapat dihentikan percepatan waktunya. Percayalah, bahkan cahaya kilat yang diiringi petir pun tak menjadi tandingannya.
Rindu, hanya saja, mereka selalu menyangkutkan rindu dengan hal yang indah-indah. Sebenarnya, tak semua rindu itu indah. Ada juga rindu yang memberi sensasi nyeri di dada bak ingin membunuh raganya sendirian.
Betapa sadisnya rindu. Sepertiku yang tengah merindu. Tak lain dan tak bukan, sasarannya hanya kamu. Lagi-lagi kamu. Rinduku berat. Seperti rindu yang dimiliki Dilan. Rinduku sadis. Ingin kuhentikan, malah aku yang semakin terseret arusnya.
Duhai senyuman senja di bukit belakang sekolah, masih pantaskah aku merindu? Masih berhakkah aku merindu? Tak terlalu lancangkah jika aku merindu? Percayalah, sudah terlalu berat rindu ini kupikul sendirian. Jangan kau hempaskan aku jauh-jauh. Aku tak akan sanggup.
Lelaki yang baik, kembalilah. Bukankah kau juga tau merindu sendirian itu tidak mudah? Ayolah, kembali kesini. Tak apa jika bukan sekarang. Mungkin besok pagi kau berubah pikiran? Aku harap begitu.
Lots of panda,
Tsyafazz
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Semesta
PoetryKamu akan diam saat hatiku menjerit. *** FYI, ini hasil imajinasi dan karya otak sendiri tanpa campur tangan orang lain. Jadi, kalau ingin copast, tolong cantumkan sumbernya. Dan jangan seenaknya mengomentari karya seseorang. Kamu manusia ciptaan Tu...