Bukan prihal menghormati, tapi tentang hati yang utuh, dipatahkan sedemikian rupa.
Kau. Miris sekali hidupmu. Mati-matian membanting tulang diperbudak oleh kertas warna-warni yang begitu kau obsesikan yang bahkan tak kau bawa hingga ke liang lahat.
Kau. Tajam sekali bahasamu. Memakiku semaumu, menusukkan samurai dihatiku hingga tembus dan terbelah jadi dua. Kasihan sekali, hatiku.
Kau. Ku tanya padamu. Apa isi kepalamu selama ini? Masalah sepele kau besar-besarkan. Kesalahanmu kau limpahkan ke orang lain yang bahkan tidak tau menau. Hey, aku bukan robotmu!
Aku tau hasil peluhmu memberiku pakaian yang layak, kebutuhan yang cukup, makanan yang enak. Namun, aku tak butuh semua itu jika pada akhirnya aku merasa sendirian. Aku dilahirkan bukan untuk sendirian.
Bukan ini tujuanku diberi kehidupan. Bukan untuk mendengar caci maki recehmu. Bukan untuk disalahkan di segala kondisi. Bukan untuk ditohok sedemikian rupa hatinya. Bukan untuk menjadi robotmu. Aku masih harus melanjutkan mimpiku. Aku masih harus melanjutkan hidupku. Aku masih harus memikirkan masa depanku.
Sudahlah, kewajibanmu menghidupiku adikku, dan ibuku memang harus kau lakukan. Aku hanya akan diam saja. Tapi, kau harus tau. Aku bukan robotmu.
Lots of panda,
Tsyafazz
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Semesta
PoetryKamu akan diam saat hatiku menjerit. *** FYI, ini hasil imajinasi dan karya otak sendiri tanpa campur tangan orang lain. Jadi, kalau ingin copast, tolong cantumkan sumbernya. Dan jangan seenaknya mengomentari karya seseorang. Kamu manusia ciptaan Tu...