Jangan terkaget. Maaf telah lancang memelukmu erat. Aku terima jika kamu ingin memakiku setelahnya. Tapi, biarkan kita sama-sama berdiam dalam posisi ini sejenak.
Sungguh, aroma maskulinmu begitu kurindukan. Wujudmu begitu kunantikan. Ayolah, bagaimana mungkin aku berbohong padamu, orang yang kucinta melebihi raga yang kupunya?
Meski kamu menyakitiku dengan status yang mengambang, tak apa. Ingin sekali ku permasalahkan, tapi hatiku tak sanggup. Toh, jawabanmu tetap sama, "jalani saja dulu". Karena ku tau, kamu terlalu takut menyakiti relung jiwaku untuk kesekian kalinya. Kamu sudah begitu banyak menggores hatiku dengan beling kaca.
Tapi ketahuilah. Posisi ini, yang katamu aman, malah semakin membesarkan rongga dalam hatiku. Hatiku hanya satu, jika sudah berlubang, bagaimana aku harus melanjutkan hidup? Mengertilah. Aku mencintaimu. Harus kuyakini dengan apalagi?
Lantas, bagaimana inginmu? Akan kudengarkan semuanya. Tapi setelahnya, akan kugenggam tanganmu erat, sembari memintamu mendengarkan semua inginku. Apakah kita bisa sepakat?
Aku hanya ingin denganmu. Utuh atau tidaknya aku, hidup atau matinya aku, aku tetap inginkanmu menjadi yang terakhir membuatku tertawa, menangis, gugup, tersipu malu, merasakan nyeri di jantungku, dan lebih banyak lagi. Meski kamu tak ingin, aku tetap ingin. Maaf aku terlalu keras kepala dan menyusahkanmu.
Tak pernah ada lelaki yang mampu membuatku seperti ini sebelumnya. Tak pernah ku cicipi tawa bahagia sebelum ada kamu. Entah kehadiranmu hanya sekedar singgah atau akan menetap selamanya, aku tak berani banyak berasumsi. Aku khawatir asumsiku akan salah, dan aku akan terjerembab dalam kepedihan hatiku sendiri.
Ketahuilah, Tuan. Peduli atau tidaknya kamu, hatiku selalu menjadi milikmu. Jiwaku selalu menjerit memanggilmu. Bahkan jeritan puluhan jangrik di samping rumahku tak mampu mengimbanginya setiap malam tiba.
Aku masih bisa berjalan jika kamu pergi. Aku masih bisa melanjutkan hidupku dan semua mimpi-mimpiku jika kamu memutuskan untuk menghilang. Namun ketahuilah, segalanya akan berbeda karena luka yang membekas dan membuat hatiku kosong melompong. Aku mati dalam kehidupan. Aku cacat dalam perjalanan. Aku tak akan kuat.
Dengan segala jeritan resah saat tengah malam menusuk, kubentuk menjadi rentetan kalimat permohonan. Kembalilah padaku. Akan kita bangun kembali cerita hidup berdua. Bukankah kamu sendiri pernah mengatakan menginginkanku menjadi yang terakhir dalam hidupmu? Sama halnya denganku. Sama sepertiku.
Jangan pergi dariku. Atau kamu akan menghancurkan semuanya. Ibuku mencarimu jika kamu tak ada. Lantas, bagaimana lagi dengan hatiku yang terseok-seok menggeret kakinya yang tertusuk duri merintih memintamu kembali?
Putar kemudimu. Aku tau, rasamu masih sama seperti dulu, saat kita pertama bertemu. Aku disini, merentangkan tangan bersedia memberi pelukan hangat, dan akan kujerat dengan kawat agar kamu tak kabur kemana-mana.
Teruntukmu, dengan segala keluh kesahku, aku mencintaimu.
Lots of panda,
Tsyafazz
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Semesta
PoetryKamu akan diam saat hatiku menjerit. *** FYI, ini hasil imajinasi dan karya otak sendiri tanpa campur tangan orang lain. Jadi, kalau ingin copast, tolong cantumkan sumbernya. Dan jangan seenaknya mengomentari karya seseorang. Kamu manusia ciptaan Tu...