Manusia Bukan?

347 4 0
                                    

Angin bertiup kencang, menyebabkan tambutku yang tergerai sedikit berantakan. Disinilah aku, di hamparan padang rumput yang luas. Diujung sana, terjejer tanaman hias yang sangat rindang. Tak begitu indah, sebab kamulah objek terindah dalam hidupku.

Kicauan burung di atas pohon sedikit mengganggu konsentrasiku, hingga akhirnya bunyar semua. Aku tak mampu meneruskan ceritaku. Aku tak mampu melanjutkan baitnya, meskipun kamu lah inspirasinya.

Perlahan, aku bangkit dari rerumputan, keluar dari peristirahatan. Langkah demi langkah ku tempuh tak tentu arah. Akhirnya, aku sampai di sana, tempat bersemayamnya tanaman hias yang sangat rindang. Seketika aku kaget. Tanaman hias ini, adalah penutup jurang yang curam. Beruntung, aku tak mampu dikelabuhi indahnya.

Namun sialnya, kaki ku terus melangkah, melewati tanaman itu, hingga sampai ke bibir jurang. Ku hembuskan nafas perlahan. Bulir demi bulir air mata jatuh, menghancurkan benteng pertahanan yang susah payah dibangun. Di tempat ini, hanya sendirian.

Mereka pasti mencariku, fikirku demikian. Ah, peduli setan dengan mereka! Yang harus ku fikirkan saat ini hanyalah diriku sendiri. Berhenti memikirkan yang lainnya, berhenti terlalu baik hati.

Ku dudukkan diriku di bibir jurang, dengan kaki mengayun ke bawah. Tenang, sepi sekali. Tak ada siapa pun yang bisa mencaci maki dan bertindak sesuka hati atas diriku. Tak ada yang berpendapat, sok memberi saran tak berbobot, tak seorangpun. Hanya ada aku, desir angin, dan semesta.

Perlahan, ku pejamkan mataku, angin semakin kencang disini, menusuk ruang hati yang luka, pedih. Perlahan, kaki ku semakin mengayun kencang, semakin ku majukan letak tubuhku, hingga aku terjatuh jauh kedasar jurang, mencium dingin tanah yang lembab.

Apa aku mati? Aku tak mampu merasakan tubuhku. Namun, hatiku tetap terasa denyutnya. Hebat sekali ya, pesakitan yang kau torehkan. Kamu manusia bukan, sayang?

Lots of panda,
Tsyafazz

Sajak Semesta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang