📝BI [13]

16 8 0
                                    

Promise
andieeeeer
~•~

...

"Lidi ... kata Papa aku, kami bakalan pindah ke tempat baru. Jauh dari sini," ucap gadis berkuncir kuda sambil berusaha menahan tangisnya.

"Jauh? Berati kita gak bakalan bisa ketemu lagi?" tanya gadis berkacamata bernama Lidia.

Elin mengangguk sabagai jawabannya atas pertanyaan sahabatnya itu. Jujur ia merasa berat untuk berpisah dengan Lidia. Apalagi mereka selalu bersama hampir setiap hari.

"Kapan kamu pergi?"

"Kata Papa sih, minggu depan."

Lidia lalu menepuk pundak sahabatnya lalu berkata, "Yaudah, seminggu ini kita bikin kenangan biar kita saling ingat." Lidia juga merasakan sedih akan berita kepindahan Elin, namun ia berpikir daripada bersedih lebih baik mereka membuat kenangan yang tak akan bisa mereka lupakan.

Maka mulai dari hari itu, Lidia dan Elin makin lengket, selalu bersama ke sana dan ke mari. Mereka berkeliling kampung, melukiskan memori indah dalam ingatan masing-masing.

Hingga tibalah hari yang mereka harap tidak akan pernah datang. Sebelum Elin berangkat, Lidia membawa Elin ke sekolah mereka. Tepat di bawah pohon mangga samping laboratorium Fisika.

"Nah, kamu bawa apa yang aku minta?" Elin mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Lidia.

"Sip, aku juga bawa. Nah suratnya kita simpan dalam kaleng ini," ucap Lidia sambil mengeluarkan sebuah kaleng dari dalam tas ranselnya.

Setelah memasukkan surat yang mereka tulis, Lidia lalu menggali tanah di bawah pohon mangga lalu memasukkan kaleng berisi surat itu ke dalam lubang.

"Nah, kita harus janji sepuluh tahun dari tanggal hari ini. Kita bakalan ketemu lagi di sini, untuk membaca surat kita."

"Janji."

End

Bedah IdeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang