📝BI [3]

28 6 0
                                    

Perpisahan
imajinasi27
~•~

Langit sore itu terlihat begitu mendung, tetapi tak mengurungkan niat kedua gadis yang sedang duduk di taman menikmati angin sore itu. Keduanya malah asik bercengkrama seakan tak ada waktu esok hari.

"Lis, tumben, ya, langitnya mendung," kata Lista pada sahabatnya -Lisa- seraya menatap langit yang gelap.

"Iya, tumben banget, mending kita pulang aja yuk, Lis, takutnya nanti turun hujan." Lisa berdiri dari duduknya setelah mendapat anggukan dari Lista. Kemudian, mereka beranjak dari taman itu.

***

Sesampainya di rumah Lista, mereka lantas menuju ruang tamu. Keduanya bisa melihat sosok gagah yang sedang duduk membelakangi mereka, Lista mengerutkan dahinya -merasa tak asing dengan orang yang membelakanginya- ia berjalan mendekati orang itu.

"Ayah?" Lista menyapanya dengan hati-hati, ia takut kalau ia salah orang. Rifal menoleh dan tersenyum lembut mendapati anaknya yang sangat ia sayangi

"Lista, sini, Nak." Rifal merentangkan tangannya, menyambut Lista yang berhambur kepelukannya. Sudah lama ia tak memeluk anak kesayanagnnya itu, mungkin sekitar 2 minggu. Akibat ia yang sibuk bertugas di luar kota.

"Ayah kapan nyampe rumah?" tanya Lista menatap Rifal.

"Beberapa jam yang lalu," jawab Rifal singkat.

"Ayo duduk, Lis," kata Rifal pada Lisa yang tersenyum sopan kepadanya. Lisa mengangguk dan ikut duduk di samping Lista.

"Ada yang ingin ayah sampaikan padamu, Lis," ujar Rifal.

"Apa, Yah?" tanya Lista penasaran.

"Besok, kita harus pindah, Lis. Ayah dipindah tugaskan di Kalimantan." Lista terkejut mendengar penuturan Rifal, lain halnya dengan Lisa yang hanya diam mematung.

"Apakah ini perpisahan yang harus aku hadapi? Kenapa harus sekarang?" batin Lisa sedih.

"Kenapa harus secepat ini, Yah, ga bisa ditunda kah?" tanya Lista.

"Maaf, sayang, ga bisa." Rifal menjawab dengan mantap. Ia tahu ini sangat berat untuk anaknya yang harus berpisah dengan sahabatnya.

Lista dan Lisa atau yang biasa dipanggil duo Lis, sudah menjalin persahabaan sejak kecil. Persahabatan yang sangat berbeda dengan persahabatan pada umumnya, persahabatan mereka sangatlah unik.

"Ayah beri waktu kamu untuk menghabiskan waktu bersama Lisa, karena besok pagi, kita harus sudah berangkat, Lis." Setelah mengucapkan hal itu, Rifal meninggalkan putri semata wayangnya bersama sahabatnya.

"Lis?" panggil Lista pelan, tetapi Lisa hanya diam menundukkan kepalanya.

Merasa tak mendapat respon dari Lisa, ia lantas menggenggam tangan Lisa dan berkata, "Walaupun aku pindah ke luar kota, tetapi kamu tetap akan menjadi sahabat terbaikku." Lisa tersenyum tipis, lalu menghela napas lelah.

"Ke balkon kamar aku, yuk," ajak Lista menarik tangan Lisa untuk menuju kamarnya.

***
Sesampainya di sana, mereka duduk menatap langit yang gelap, karena memang hari pun sudah menjelang malam.

Lista menghela napas panjang, ia tahu bahwa ini adalah perpisahan yang sangat berat bagi mereka. Tapi, mau bagaimana lagi, Lista harus ikut dengan ayahnya.

"Lis, aku ga bisa banyak janji sama kamu, tapi aku cuma mau bilang. Kalau kamu adalah sahabat terbaik aku, jarang banget sahabat yang kayak kamu. Kamu itu langka, Lis." Lista membuka suara, setelah cukup lama saling diam.

"Langka? Emang aku apaan pakai langka segala?" kata Lisa dengan nada bercanda.

"Yah, memang benar, ga ada sahabat yang ajaib kayak kamu. Kadang galak, kadang baik, dan kadang nyebelin. Kalau galak, kamu lebih mirip Singa, Lis," kata Lista terkekeh pelan.

"Dih, kurang ajar kamu, Lis, masa aku disamain sama Singa sih," protes Lisa.

"Tapi, emang sih kadang-kadang Singa aja kalah buasnya sama aku," tambah Lisa yang langsung disambut oleh tawa Lista.

Selanjutnya, mereka menghabiskan waktu bersama, karena esok hari, mereka tak akan bisa seperti ini lagi.

Bedah IdeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang