📝BI [105]

3 2 0
                                    

Deep Despresi
RizkiyArdahanaArdaha
~~•~~

Setitik air yang jatuh bagaikan tangisan dari sang alam yang menghantui para penetap di bumi ini. Tak kala itu, nampak seorang gadis dari kaca jendela kamarnya ikut menitikan cairan bening mengikuti sang alam yang masih meraung-raung di luar sana.

"Mengapa... Tuhan itu tidak adil ya, disaat hambanya diberikan kesulitan yang berat tanpa tau ada jalan dibaliknya," lirihnya pelan dengan memainkan jari di kaca jendela yang pada saat itu mengembun.

Ntah tanpa sadar, ia menggambar seorang gadis yang rapuh bagaikan daun yang tak beranting. Kisah pilu kesedihan yang selama ini telah menancap dihatinya kini mulai melebar bagaikan luka goresan benda tajam. Apakah hanya dia manusia yang mendapatkan kisah hidup yang kelam seperti ini? Kenapa bisa ada empat masalah dalam satu hari yang cukup membuat psikisnya terkikis. Apa yang selama ini ia pikirkan tak mungkin terjadi, tetapi tuhan berkehendak lain.

"Cukup sudah aku kehilangan ibu, sekarang ditambah kehilangan adik kecilku," gumamnya letih dengan batin yang semakin hari membuatnya rapuh.

"Tenangkan dirimu Alice, mari kita menyusul mereka," ujar Ayahnya yang muncul tiba-tiba dengan pisau dapur yang siap disebelah tangannya.

Gadis tersebut melirik kekanan dengan senyuman yang bahagia. "Ayo yah, aku tidak sabar bermain kejar-kejaran sama Anna kecilku."

Bedah IdeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang