[006]

6.1K 270 3
                                    

KELLDY menatap Kellyn yang juga balas menatapnya. Kelldy mengerutkan kening bingung.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Kelldy menatap tajam Kellyn.

Kellyn tersentak dan memalingkan wajahnya ke arah buku yang ada di pangkuannya. Sedangkan Kelldy lagi-lagi hanya menatap Kellyn lalu kembali menatap ke arah luar langit.

"Kenapa kau senang duduk di balkon?" Tanya Kelldy tiba-tiba membuat Kellyn mengangkat wajahnya.

"Karena saya bisa mengingat kembali ayah dan ibu saya," ujar Kellyn.

Kelldy menatap Kellyn lalu mendengus kesal. "Aku jadi benar-benar merasa bersalah, apa perlu aku membawamu kepada ayah dan ibumu?"

Kellyn hanya tersenyum tipis lalu menunduk menatap buku yang ia baca. "Tidak perlu, mereka sudah tiada."

Kelldy tersentak lalu menggaruk kepalanya merasa tidak enak. "Maaf aku tidak tahu."

"Tidak apa pangeran," balas Kellyn pelan.

"Dengar, kenapa kau suka sekali memakai gaun bewarna ungu itu?" Tanya Kelldy tiba-tiba. Kelldy juga sepertinya bingung mencari topik untuk berbicara dengan Kellyn. Kalau bukan karena suruhan bundanya yang dingin seperti salju itu, mungkin dia tidak akan diam dan hanya menatap ke arah balkon untuk menemani Kellyn di kamar.

"Itu karena saya suka warna ungu," jawab Kellyn lembut.

"Oh, aku kira kau suka merah muda," balas Kelldy asal.

"Pangeran." Kellyn memanggil Kelldy pelan.

"Ada apa?" Jawab Kelldy.

"Saya ingin bertanya kepada anda, bolehkah?" Tanya Kellyn pelan.

Kelldy menatap lalu menarik nafas lalu menghembuskan nafasnya secara kasar. "Sebelum kau bertanya, bolehkan aku bilang kalau kau tidak perlu memanggil aku pangeran? Cukup kau panggil aku Kelldy saja."

Kellyn terdiam. "Baik pa--maksudku Kelldy." Wajah Kellyn merona tanpa sebab.

"Lalu apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya Kelldy.

"Aku tidak bermaksud menyinggung sama sekali... tapi apakah kau mau menerima anak ini jika anak yang aku kandung ini lahir." Kellyn menelan ludahnya susah payah.

Kelldy terdiam mematung menatap Kellyn. Tiba-tiba dia merasa benar-benar menjadi pangeran vampir paling brengsek.

"Maaf." Kelldy hanya bisa mengatakan satu kata yang bahkan tidak bisa diartikan itu.

Kellyn diam saja, dia berpikir apa Kelldy akan menerima anak yang ia kandung atau tidak. Tapi dia ingin atau lebih tepatnya berharap jika Kelldy ingin menerima anaknya ini.

"Maafkan aku, aku sudah membuat dirimu sulit. Soal bayi itu, tenang saja aku menerima anak itu. Aku akan menerima anak yang kau kandung, tenang saja." Kelldy berkata dengan sungguh-sungguh.

Kellyn terdiam lalu mengerjapkan matanya kaget. Tiba-tiba air matanya mengalir. Dia terisak.

Kelldy menatap bingung lalu beranjak ke arah Kellyn dan memeluk Kellyn dengan tiba-tiba. Entah apa yang terjadi kepadanya, tiba-tiba Kelldy ingin memeluk Kellyn.

"Maafkan aku," ujar Kelldy pelan.

Kellyn balas memeluk Kelldy tanpa peduli dengan Kelldy adalah pangeran atau bukan. Kellyn merasa tenang, Kelldy bisa merasakannya.

"Maafkan aku Kellyn." Kelldy hanya bisa mengucapkan kata-kata itu. Kelldy sendiri tidak tahu mengapa dia malah minta maaf pada Kellyn.

Setelah Kellyn tenang, keadaan menjadi canggung. "Kelldy." Tiba-tiba Kellyn memanggil namanya.

Prince Vampire : Queen of Kiezi's Darkness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang