[050]-End

3.8K 143 22
                                    

Kiezi menusukkan pedang peraknya tepat di jantung Logard. Logard berteriak sangat keras karena kesakitan, Kiezi hanya menatap datar.

Dia memutar bola mata malas, "Logard, sekarang aku tanya padamu... aku tahu hanya dengan menusuk jantungmu saja tidak akan membunuhmu. Jadi, aku akan benar-benar menyegelmu."

"Dasar keparat! Kau sama saja dengan Bevan! Tidak punya belas kasih!" Teriak Logard sambil menatap benci ke arah Kiezi.

Kiezi hanya menatap datar, bahkan sama sekali tidak peduli. Dia terus menekan pedangnya hingga menembus dasar lantai. Darah hitam iblis milik Logard keluar bercampur darah merah milik Hans.

"Sebelumnya aku tak berniat membunuh Hans, tapi sayangnya aku baru ingat jika tubuh Hans bahkan sudah hampir tak berfungsi lagi," gumam Kiezi sambil menarik tangannya dari pedang perak miliknya.

Dia membiarkan pedangnga terus tertancap di jantung Logard. Dia hanya menatap tubuh Hans yang mulai menjadi debu sedangkan aura jahat mulai memenuhi ruangan.

Roh milik Logard mulai berkeliaran di mana-mana. Kiezi hanya menutup matanya lalu tersenyum miring.

"Aku tahu kau masih bisa bertahan walau dengan jiwa saja Logard," desis Kiezi sambil menarik pedangnya dari tanah karena tubuh Hans sudah hancur.

Dia berjalan sambil tersenyum miring dan membuat aura di sekitarnya benar-benar gelap. Dia tahu Delia dan Arvar ada di sana dan melihat semua kejadian itu. Dia sangat tahu.

Tapi dasarnya Kiezi tidak peduli, dia tak akan pernah mau peduli dengan perasaan Delia sebagai anak dari Hans. Juga Delia pasti akan mati nantinya.

"Hah... Logard, aku akan menyegelmu, sekarang!" Teriak Kiezi langsung menyerang ke arah roh Logard yang mulai berubah menjadi seperti monster.

"Kau tak akan bisa menyegelku dengan tubuhmu yang bahkan sudah mulai menghilang," ujar Logard dengan suara yang sangat menakutkan.

"Yah... aku memang tak mungkin bisa menyegelmu... tapi aku akan menyegelmu bersama dengan tubuhku." Kiezi berkata dengan nada sangat dingin.

"APA!?"

"Memang kau kira aku--"

"KIEZI!"

Kiezi menoleh dan melebarkan matanya saat melihat Zen berlari ke arah dan memeluknya erat. Kiezi bungkam dan tak bisa berkata apa-apa.

"Z-Zen?"

JLEB!

Dalam keadaan Zen memeluk erat Kiezi, itu semua dimanfaatkan oleh Logard untuk membunuh kedua orang itu. Zen dan Kiezi langsung memuntahkan banyak darah.

"K-Kiezi? K-kau tak apa?"

"Hah... hah... dasar... b-bodoh!" Kiezi membentak sambil terus berusaha untuk menahan kesadarannya. "Z-Zen."

"Hm?"

"Aku akan menyegelnya di dalam diriku bersama denganmu," ujar Kiezi dengan sangat lembut. Senyum serta air mata sendu mengalir di kerua pipinya.

"Iya Kiezi, aku akan selalu bersamamu, aku sudah selalu sadar jika takdir memang tak pernah adil. Kau selalu dalam keadaan banyak masalah, nyawamu juga selalu terancam, semua itu... s-semua itu membuatku kesal. Yah... pada ahkirnya aku dan kamu akan menghilang."

"Selamanya."

"Ya selamanya, juga bersama selamanya," lirih Kiezi. Kiezi mengusap darahnya lalu mulai menutup mata dan mengucapkan kata-kata dengan bahasa kuno.

Sebuah cahaya putih membuat tubuh Logard bersinar dan perlahan seperti terserap ke dalam tubuh kedua orang yang sekarang sedang berpelukan erat.

"Untuk terahkir kalinya," gumam Zen pelan, "aku hanya ingin menciummu. Serta mencintaimu... Kiezi Lucifer."

"Hah... sudah lama tidak ada yang memanggil nama panjangku," gumam Kiezi. "Selamat tinggal dunia."

Lalu perlahan tubuh kedua orang itu menghilang. Tidak ada debu atau apapun, yang tersisa hanyalah sebuah kenangan. Sebuah ingatan dari orang-orang disekitarnya, dua orang yang memang takdirnya telah ditentukan, mereka kembali menyelamatkan dunia dari kehancuran.

Delia dan Arvar tersenyum lalu tubuh mereka juga mulai menghilang tanpa sisa. Hanyalah penyesalan yang ada di benak gadis itu. Sudah tak ada lagi yang akan melihat sosok mereka yang menghilang.

Mereka yang telah mati tak bisa melawan takdir. Walau mereka ingin, tidak akan ada gunanya melawan takdir. Takdir sudah ditentukan, telah ditentukan oleh seseorang, dan orang itu bukanlah Tuhan karena Tuhan hanya menciptakan mereka yang ada di bumi bukan di dunia lain seperti vampir dan yang lainnya.

"Mungkin memang sudah pada takdirnya dia menghilang," gumam Darvo sambil menatap pedanh hitamnya yang perlahan hilang. Sudah waktunya berhenti menggunakan kekuatannya. Darvo menghela nafas pelan lalu terkekeh dan kembali menatap langit yang kembali cerah.

Mayat-mayat hidup mulai hancur dengan sendirinya, dunia vampir mulai aman dan damai kembali. Walau mereka sebenarnya tidak terlalu yakin apa yang sebenarnya terjadi, tapi yang jelas mereka tahu jika ratu mereka telah mati.

"Yang Mulia apakah--"

"Yah... ini memang takdirnya, kita sudah tak lagi bisa menatap dirinya. Hanya menyebutkan namanya saja sudah pasti dia juga tak akan kembali lagi, tersenyumlah Kiezi Lucifer. Berbahagialah dengan Zen serta semua yang telah mati. Dirimu di sana adalah penyelamat, selamanya akan dikenang."

Tubuh Kellyn bergetar dan air mata tak berhenti turun. Kelldy menahan dirinya untuk tidak berteriak, tapi dirinya harus tetap kuat. Dia memeluk erat Kellyn.

Jonathan dan Kinan hanya diam, mereka sangat tahu jika saat ini Kiezi akan menghilang. Dia sudah tahu sejak awal, tak ada gunanya membangkitkan Kiezi. Dia akan tetap mati, tapi bukan sendiri tetapi bersama dia orang yang dicintai wanita itu.

Luvin hanya bungkam.

Raja Anson dan Ratu Emili hanya diam sambil tersenyum kecil menatap langit. "Semoga kau bahagia Kiezi Lucifer."

"Dia akan selalu dikenang dunia bersama suaminya."

****

"Kadang dalam kehidupan kita tidak bisa melawan takdir. Tapi suatu saat nanti kita harus tetap tahu jika kita tidak sendirian."
-Kiezi-

"Tidak selamanya kita hidup, jadi lebih baik hargailah kehidupan supaya kita tahu apa tujuan kita hidup."
-Zen-

****

SEQUEL

Or

NO SEQUEL

Prince Vampire : Queen of Kiezi's Darkness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang