[015]

4.2K 212 6
                                    

Seorang gadis duduk di balkon dengan buku terbuka di pangkuannya serta seseorang bersandar di bahunya dan sedang menutup mata.

Gadis itu membaca setiap tulisan yang ada di buku itu dengan cepat. Setelah membaca satu halaman dia membalik lagi halaman itu. Tiba-tiba orang yang ada di sebelah gadis itu mengambil buku itu.

"Eh!?"

"Kau tahu tidak hari ini aku boleh libur dari tugasku?" Tanya laki-laki itu datar. "Kau tahu tidak aku bosan menunggu di sini?"

"Itu... a-aku--"

"Temani aku keluar kota, ayo... jangan terus di sini aku bosan," ujar Kelldy langsung menarik tangan Kellyn begitu saja.

"Eh? Jubah kerajaan--"

"Tidak perlu pakai itu," potong Kelldy malas dan langsung mengambil dua jubah berbulu tebal lalu memakaikannya yang bewarna ungu untuk Kellyn sedangkan dirinya bewarna hitam gelap.

"Begini saja, cuaca di luar sedikit dingin tapi tidak membahayakan." Kelldy menggandeng tangan mungil gadis itu dengan wajah datarnya.

Setelah sampai di depan gerbang istana, Kelldy meminta dua prajurit yang menjaga gerbang untuk membukakan gerbang.

Setelah terbuka dua vampir itu berjalan keluar menuju ke daerah kota. Di sana ada banyak rumah-rumah penduduk. Kellyn jadi ingat dengan masa-masa saat dia belum bertemu dengan Kelldy.

"Kau masih ingat di mana rumahmu?" Tanya Kelldy menatap ke arah Kellyn.

"Eh? Masih, ada apa?"

"Antarkan aku ke sana," ujar Kelldy cepat.

"A-apa? Untuk apa?"

"Sudah antarkan saja," ujar Kelldy tajam. Kellyn mengangguk perlahan lalu berjalan berdampingan dengan tubuh yang mulai merasa tidak enak karena dia sadar jika dirinya jatuh cinta dengan Kelldy.

*****

Zen menatap ke arah Kiezi dengan tatapan tak biasa. Kiezi menghela nafas lalu menjulurkan tangannya dengan kertar di genggamannya.

"Ini apa?" Tanya Zen datar. .

"Lebih baik kau baca dulu," ujar Kiezi datar. Dia berbalik membuat gaun hitam panjangnya ikut bergerak. Dia duduk di atas ranjang dan mendesah pelan menekan kepalanya yang terasa pusing.

"Mereka memberontak? Ini Klan serigala bagian Barat?" Tanya Zen sambil mendekat ke arah istrinya.

"Hm, bagian Barat... kau tahu sendiri jika serigala bagian Barat memang tidak suka dengan kita para vampir." Kiezi berkata sambil menyandarkan kepalanya di pundak Zen. "Aku lelah, semua masalah selalu datang beruntun."

"Lebih baik kita meminta bantuan mereka--"

"Jangan-jangan mereka? Para peri? Kiezi dengarlah kita sudah menyusahkan mereka, sekarang saja Lovio belum bangun." Zen berkat sambil menyentuh bahu Kiezi dan memutarnya ke arahnya.

"Iya, tapi mau bagaimana lagi? Aku memang rela mati begitu saja di tangan mereka, aku rela tapi... aku masih tidak tahu anak yang Tetua para vampir ramalkan itu Kelldy atau Zavier!" Bentak Kiezi. "Kalau aku mati aku harus membuat segel kekuatanku untuk aku--"

"Cukup! Jangan bicara seakan-akan kau akan mati!" Potong Zen kesal.

Dia mendengus pelan sambil berdiri, dia berjalan ke arah balkon. Lelaki itu menatap ke arah langit lalu mendesah pelan.

"Waktuku mungkin tidak lama Zen," ujar Kiezi.

Zen hanya diam dan memilih menunduk mendengarkan Kiezi berbicara yang menurutnya ngelantur. Zen paling tidak suka mendengar Kiezi berbicara seakan-akan dirinya mati.

Prince Vampire : Queen of Kiezi's Darkness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang