10 tahun kemudian
"Ezio! Sudah ayah bilang jangan masuk ke dalam sana! Kenapa kau tak pernah mau menurut?" Kelldy menatap anak laki-laki yang masih berumur 10 tahun itu garang.
Ezio Lucifer, anak pertama dari Kelldy. Sifatnya sangat berbeda dengan Kelldy yang bodoh kadang tegas ataupun Kellyn yang lemah lembut.
Ezio Lucifer, diumurnya yang 10 tahun dia sudah bisa menggunakan pedang, panah, tombak, dan menggunakan sayapnya. Sifatnya keras kepala, jarang berbicara mirip Kiezi, dan dia memiliki keinginan tahu yang tinggi.
Dia memiliki vamore yang anehnya seorang laki-laki. Pertamanya Ezio pergi ke dunia manusia karena tidak sengaja membuka dimensi secara tiba-tiba karena dia menyentuh sebuah pohon.
Ahkirnya Ezio pergi ke dunia manusia dan bertemu dengan seorang anak laki-laki seumuran dengannya dan dia adalah anak orang kaya tapi kedua orang tuanya dibunuh.
Ahkirnya Ezio mengangkat anak itu--Sandy menjadi vamorenya. Tapi Ezio mengubah naman Sandy menjadi Arno.
"Sekarang kau akan menjadi kesatriaku, pelindungku, dan segala-segalanya bagiku. Dengan aku juga akan menyanyangimu sebagai sahabat." Itulah kata-kata yang dikatakan Ezio kepada Arno.
Arno hanya mengangguk dan mengiyakan, Arno adalah anak laki-laki yang kaku dan jarang berbicara. Saat diajak bicara dia hanya mengangguk atau menggeleng. Saat pergelangan tangannya ditancapkan taring Ezio dia hanya diam dan tak merintih. Ezio tidak ambil peduli soal itu, asalkan Arno tetap setia itu sudah membuat dia senang.
"Arno," panggil Ezio sebal menatap Arno yang tetap diam tak peduli dengan Ezio yang sudah merengut kesal ke arahnya seperti anak kecil walau nyatanya memang seperti bocah.
Saat Ezio terus saja mengganggunya dan terus meminta Arno menemaninya keluar istana, ahkirnya Arno berdiri dan memilih pergi dari sisi Ezio yang membuat Ezio langsung merengut kesal.
Arno mengira jika Ezio akan bersikap datar seperti Ezio dan Kelldy berbicara sebelumnya. Tapi tetap saja, Ezio akan selalu menjadi anak yang sangat manja jika bersama dengan Arno.
"Arno! Kenapa meninggalkan--"
"Karena anda menyebalkan Pangeran," potong Arno datar tak peduli. "Saya tidak mau melakukan hal yang diluar kewajiban saya dan anda tidak seharusnya melanggar perintah Ayah anda."
"Hah... kau ini menyebalkan!!" Teriak Ezio keras dan membuat Arno memijit pangkal hidungnya lelah sendiri. Dia menatap anak laki-laki yang seumuran dengannya juga bisa disebut sebagai tuannya lima minggu ini.
"Sebaiknya anda tidak berteriak-teriak, tadi Ayah anda sudah marah pada anda karena anda sudah masuk ke dalam ruangan terlarang itu," ujar Arno datar ke arah Ezio yang langsung melotot kesal dan menarik lengan Arno lalu menarik lengan baju Arno dan menancapkan taringnya di lengan Arno.
Ezio merasa kesal sendiri jika terus saja begini, bayangkan saja jika dia terus saja menancapkan taringnya tapi Arno sendiri biasa saja dan tak peduli sama sekali. Itu semua sangat menyebalkan bagi Ezio sendiri, tapi juga Ezio sendiri tidak ambil peduli dengan itu semua.
"Saya bahkan tak merasa sakit karena taring anda Pangeran, lebih baik anda menuruti kemauan Ayah anda menuju ke kamar tidur anda. Sekarang saya harus bertemu dengan Pendahulu Raja Zen, kakek anda," ujar Arno yang sekarang menyadari raut wajah Ezio yang berubah curiga. "Saya dipanggil oleh Raja Zen Pangeran."
Ezio memutar bola mata lalu mengangguk pelan dia menghela nafas lalu menghilang secepat kilat meninggalkan Arno sendirian di sana. Di taman kerajaan milik keluarga Bangsawan Lucifer yang sampai sekarang tak pernah berubah.
Arno berjalan pelan ke tengah taman lalu mengeluarkan sayap berbulu hitam. Tidak ada yang tahu jika dirinya bisa mengeluarkan sayap berbulu hitam ini, sebenarnya ada yang tahu tapi orang-orang itu tak ada di sini dan mungkin sebentar lagi dia akan menemui orang itu.
Arno terbang melesat meninggalkan Istana Lucifer dan terbang menuju ke Barat. Saat dia sudah terbang sangat jauh dan kedua bola matanya yang bewarna abu-abu gelap itu menatap sebuah menara menjulang tinggi barulah Arno mulai memperlambat terbangnya. Dia mendarat dengan sangat sempuran, di salah satu balkon di menara itu.
Dia mulai berjalan dan masuk ke dalam menara itu dan disambut oleh beberapa pelayan Istana. Dia hanya mengangguk pelan dan mulai berjalan di setiap lorong menara itu. Tibalah Arno di depan pintu coklat dengan ukiran nama Kiezi Lucifer.
Dia mengetuk pintu ruangan itu dua kali lalu suara yang memintanya masuk terdengar barulah dia membuka pintu ruangan itu dan mulai melangkah masuk ke dalam secara perlahan dan tegap. Seorang laki-laki yang sampai sekarang masih tampak muda itu duduk dengan mata menghadap kertas itu mendongak lalu tersenyum lembut ke arah Arno.
"Arno Lezwird," gumam Zen pelan. "Kau seperti bukan manusia hm? Aku sudah berpikir ini sangat lama. Dari mana anak manusia yang masih berumur sepuluh tahun bisa mengembangkan sayap secepat ini? Kau masih dua minggu di sini bukan? Apa yang sebenarnya kau lakukan di dunia manusia?"
Arno terdiam menatap Zen yang masih balik menatapnya penasaran. "Saya hanya menjadi anak yang biasanya. Saya benar-benar seorang manusia normal, dan saya sendiri tidak mengerti maksud anda kenapa saya bisa mengembangkan sayap secepat ini. Bukannya setiap vamore Bangsawan bisa mengembangkan sayap?"
"Tidak semua," ujar Zen pelan menatap Arno. "Tidak semua bisa mengembangkan sayap tanpa dipaksa secara susah payah, mungkin setahuku hanya kau saja yang bisa dan mungkin memang istimewa bisa membuka sayap secepat itu."
"Maaf, tapi saya sendiri tidak tahu." Arno menunduk dalam dan tak lagi menatap mata Zen. Zen mendesah pelan lalu mengangguk pelan.
"Baiklah tak apa, kembali saja ke Istana Lucifer. Mungkin dia akan mencarimu nanti," ujar Zen sambil melambaikan tangan mengusir ke arah Arno yang langsung mengangguk pelan lalu melangkah keluar dari ruangan itu meninggalkan Zen yang menghela nafas pelan.
"Ki, aku lelah... aku lelah menghadapi ini semua. Aku tak menyangka sudah sepuluh tahun berlalu dan kau belum bangkit ya? Iya kau belum bangkit karena bahkan ramalan itu belum nyata. Semoga benar, sepuluh tahun lagi, Ki."
Zen kembali menatap ke arah kertas yang sedari tadi menantinya. Dia menghela nafas pelan. Tulisan Kiezi yang sangat rapi, surat yang dulu pernah ditulis Kiezi.
"Ki, aku rindu."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Vampire : Queen of Kiezi's Darkness ✔
VampireBook #2 BLOOD Series (Completed) Book #3 BLOOD Series (Completed) [18+] Sebuah suara yang membuat sebuah ramalan. Entah sebuah ramalan yang benar atau tidak. Semua yang terjadi di dunia mahkluk astral, di sebuah kota bernama Lucifer City. Penuh...