[018]

3.8K 187 9
                                    

Kellyn menatap ke arah vampir di depannya dengan tatapan lelah. "Apa sebenarnya maumu? Hens," tanya Kellyn tajam.

"Mauku? Membunuh anda nona," ujar pelayan setianya itu dengan senyuman sangat ramah tersungging di wajah tampannya.

"Apa?" Kellyn tampak bengong merasa benar-benar bingung.

"Anda harus mati nona, anda pembawa masalah bagi bangsa vampir. Sebenarnya saya menyukai nona, tapi karena nona adalah pembawa masalah di dunia vampir ini saya harus membunuh anda," ujar Hens sambil mendekat ke arah Kellyn yang merangkak mundur sambil menutupi luka goresan cukup lebar di perutnya.

Kellyn merasakan kaki dan tangannya bergetar. Dia ketakutan, dan sangat yakin jika dirinya memang ketakutan.

"Ja-jangan mendekat!" Teriak Kellyn tajam dan bergetar.

Hens hanya tersenyum dan tetap mendekat ke arah Kellyn dengan pedang yang diseret. Dia memang suka membunuh, tapi karena wajahnya terkesan ramah tidak akan ada yang tahu.

"Tenanglah nona, saya tidak akan membunuh anda secara pelan tapi secara cepat supaya anda tidak merasakan sakit," ujar Hens sambil meletakkan ujung pedangnya di lengan Kellyn yang bergetar ketakutan.

"Ku-kumohon... ja-jangan bunuh aku," lirih Kellyn berusaha mundur tapi sia-sia. Jika dia mundur maka akan terjadi luka di lengannya, jika dia tidak mundur maka dia akan mati.

"Anda tidak akan bisa lepas dari saya nona," ujar Hens ramah dan tersenyum. Hens berjongkok mengangkat dagu Kellyn yang memilih menunduk.

Air mata milik Kellyn mengalir deras, Hens masih tersenyum. Dia meletakkan jempolnya dan mulai menghapus air mata Kellyn perlahan.

"Jangan menangis, lukanya tak akan sakit. Lebih baik jangan menangis," ujar Hens ramah.

Dia menggores pedangnya dan darah Kellyn perlahan keluar dari lengan milik gadis itu. Gadis itu menjerit kecil, sakit, perih, takut, ingin berteriak, semuanya menjadi satu. Tapi dia tidak bisa apa-apa, dia hanya bisa diam.

"Anda pembawa malapetaka di dunia ini, masih untung bayi anda tidak lahir," ujar Hens dingin. "Jika anda ingin tahu, jika anak anda lahir. Dia bisa membuat semua kaum tunduk kepadanya anak anda itu akan menghancurkan segalanya."

"Apa maksudmu?"

"Anak anda itu memiliki banyak darah dari para kaum. Kaum, serigala karena anda tahu jika di dalam darah anda ada gen serigala. Kedua anda memiliki darah seorang vampir rendah dan Pangeran Kelldy adalah seorang anak dari Kiezi yang seorang vampir setengah iblis. Semuanya menjadi satu." Hens berkata dingin dan tak suka.

"Kau bisa menjadi penghancur dunia jika kau mau. Tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi, kau harus mati. Mati di tanganku!" Teriak Hens keras mengkat pedangnya lalu mengarahkan ke Kellyn secara cepat.

Tapi terlambat, pedang itu ditangkis oleh seseorang dan membuat Hens mundur beberapa langkah. Hens berdecak kesal saat dia melihat Kelldy dan Luvin sudah ada di sana.

Luvin berjongkok dan membantu Kellyn sedangkan Kelldy menghunuskan pedangnya ke arah Hens. Hens berdecak kesal, dia kesal karena terlambat membunuh Kellyn.

"Ck. Dasar sialan," gumam Hens pelan.

"Kau? Apa yang kau lakukan hah? Mau membunuh Kellyn?" Kelldy menatap tajam ke arah Hens yang hanya menatap datar tak peduli.

"Menurut anda Pangeran? Saya ditugaskan untuk membunuh nona Kellyn supaya tidak terjadi masalah di dunia ini," ujar Hens tenang. Itulah Hens, selalu tenang dan ramah kalau itu dengan musuh.

Kelldy berdecak. "Kau tak akan aku ampuni Hens. Kau pengkhianat!" Tajam Kelldy dingin.

"Saya tidak peduli, tapi mungkin saya hanya bilang salam perpisahan Pangeran," ujar Hens dan langsung hilang begitu saja membuat Kelldy lagi-lagi mengerang frustasi.

"Luvin bawa Kellyn ke kamar, aku harus bilang dengan bunda soal ini," ujar Kelldy berbalik dan menatap Luvin yang sedang mengobati luka Kellyn.

"Ya, em... sebenarnya aku ingin memberitahu jika kedua orang tuamu sedang pergi menuju ke dunia manusia," ujar Luvin datar.

Kelldy melotot. "Apa? Sejak kapan!?" Teriak Kelldy.

"Dari pagi hari yang lalu," ujar Luvin datar.

"Kenapa baru bilang padaku sekarang?" Tatapan Kelldy sangat tajam tapi tidak membuat Luvin takut sama sekali.

"Maaf saja, tapi tadi saat aku tiba di ruang pelatihan aku ingin memberitahu dirimu, kau malah pergi jadi aku tidak jadi memberitahumu. Dan satu lagi." Luvin menatap Kelldy datar.

"Apa?" Tanya Kelldy curiga.

"Semua pekerjaan di Istana alias kepemimpinan diberikan padamu," ujar Luvin sukses membuat mata Kelldy melotot dan bisa saja mata itu keluar dari tempatnya.

"APA!?"

*****

Kelldy berjalan dengan tangan memegangi pelilipisnya. Dia merasa pusing beberapa hari ini karena tugas ibunya dia yang mengerjakan.

"Dasar Bunda sialan," gerutu Kelldy untuk yang kesekian kalinya membuat Zavier dan Luvin berdecak heran sendiri.

"Kau sudah mengucapkan kata itu berulang kali, Kelldy," ujar Zavier datar.

"Kau juga selalu menyentuh pelipis dan menekannya berulang kali. Boleh aku bilang? Aku bisa saja menyembuhkanmu, tapi aku yakin kau tak akan mau," ujar Luvin tenang.

Kelldy menoleh sedikit ke arah Luvin kesal. "Dan kau tahu? Kau sudah mengatakan itu juga berulang kali saat aku sedang menggerutu tentang Bunda Es itu." Kelldy menatap tajam ke arah Luvin yang hanya menatap datar.

"Oh iya, Bagaimana dengan keadaan Kellyn? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Kelldy sambil menyentuh dua gagang pintu dan membukanya.

Mereka masuk dan pintu besar itu tertutup dengan sendirinya tanpa menimbulkan suara sedikit pun.

"Dia baik-baik saja, aku sudah mengobati lukanya dan yah lukanya sedikit serius sebenarnya tapi tak apa," jawab Luvin datar.

"Ya, Luvin kenapa kau tak lagi bereskpresi? Kau malah mirip dengan bundaku yang dingin itu," ujar Kelldy meledek.

Luvin menatap ke arah Kelldy. "Aku tidak tahu."

Tiga kata dan berhasil dan berhasil membuat Kelldy menghela nafas lama sekali. "Hahhhh..."

"Helaan nafasmu tak wajar," ujar Zavier datar dan merasa aneh sendiri.

"Yahh... sudahlah, aku lelah." Kelldy menghempaskan tubuhnya di sofa.

"Maaf, apa aku boleh bilang sesuatu?" Tanya Luvin tiba-tiba.

Kelldy menoleh ka arah Luvin dan berdecak pelan. "Aneh, boleh sajalah katakan."

"Sebenarnya dari tadi aku merasakan aura ganjil di istana ini. Sebelumnya sudah hilang tapi kembali lagi, itu membuat aku khawatir," ujar Luvin membuat Kelldy dan Zavier melotot.

"Kenapa kau tak bilang padaku!?" Teriak Kelldy keras membuat Luvin terkejut.

"Kai ini sangat bego, kau tahu? Kau ini jangan memendam apa yang kau tahu itu sendiri." Kelldy menatap tajam ke arah Luvin yang menghela nafas.

"Kau tahu, kita tidak harus memberitahu apa yang kita tahu kepada orang lain," ujar Luvin pelan dia menghela nafas.

"Apa maksudmu?"

Luvin menatap ke arah Kelldy dan Zavier. "Belum tentu orang yang selalu bersama dengan kita orang yang benar. Bisa saja orang itu menyamar atau juga dikendalikan."

"Kau... pernah mengalaminya?"

"Ya, mungkin pernah dan itu sangat tidak enak kau tahu? Banyak yang hampir dibunuh karena salah satu prajurit milikku saat itu adalah penyamar. Dan dia sudah membunuh banyak orang," ujar Luvin sambil menatap ke arah Kelldy dan Luvin.

"Lebih baik kalian menjaga diri kalian baik-baik," ujar Luvin. "Lebih waspada."

*****

VNTA

Prince Vampire : Queen of Kiezi's Darkness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang