[040]

2.7K 140 12
                                    

Suara ketukan pintu membuat Kelldy mengangkat kepalanya dan menatap ke arah pintu coklat dengan ukiran naga yang sedikit rumit.

"Masuk."

Pintu terbuka, Lovio dan Gilara masuk tiba-tiba dengan wajah sangat khawatir. Kelldy menatap bingung ke arah dua orang yang barusan saja datang dan sepertinya terlihat khawatir.

Kellyn yang duduk di dekat Kelldy terlihat bingung dengan ekspresi kedua pasangan itu. Dia hendak bertanya saat Lovio langsung memotong secara tegas.

"Daerah Utara atau lebih tepatnya kota Lucifer tiba-tiba saja dibakar dan hilang tanpa bekas. Banyak abu di mana-mana," ujar Lovio pelan, "apa kau tak pernah sada akan hal itu?"

"Apa? Sejak kapan? Bahkan aku tidak mendapat laporan sama sekali," Kelldy menggebrak meja secara tiba-tiba dan sekarang menatap Lovio dan Gilara geram sendiri.

"Kalau begitu ceritakan apa saja yang tersisa di sana!" Perintah Kelldy tegas ke arah dua orang itu dan langsung diangguki.

Lovio berjalan mendekat dan membuka sebuah kertas yang ternyata adalah peta Daerah Utara kota Lucifer.

"Ini...," Kelldy menatap Lovio bingung, "dari mana kau mendapatkannya?"

"Kau tidak perlu tahu aku mendapat dari mana! Yang jelas bagian kota Utara yang ini telah hangus tanpa sisa. Hanya tinggal abu-abu para warga yang ada, mereka semua mati," ujar Lovio.

Gilara mendekat, "Tidak ada jejak sama sekali tentang tindak kejahatan apa yang terjadi, tapi yang jelas ada satu petunjuk." Gilara berkata dengan nada pelan dan tersirat kebingungan.

"Petunjuk apa maksudmu?" Tanya Kellyn secara tiba-tiba, dia berdiri dan menatap Gilara.

"Kalau kau berusaha melacaknya, maka kamu pasti bisa meraskannya di sekitarku," ujar Gilara pelan mengarahkaan pandangannya ke arah Kellyn.

"Aku sudah merasakan hawa tak enak sedari tadi," gumam Kellyn, "apa itu Gilara?"

Gilara mengambil sesuatu dan terlihat sebuah botol kaca dengan darah hitam di dalamnya. "Ini darah hitam, tapi bukan darah hitam iblis biasa."

Kelldy mengambil lalu menyipitkan matanya, dia mengendus pelan. "Sial, baunya bahkan sangat menyengat."

"Iya, oleh karena itu botol itu bahkan telah aku segel," ujar Gilara pelan sambil menyentuh pelan lehernya.

Kelldy menatap tajam ke arah Gilara lalu ke arah Lovio yang sudah menggeram pelan tak suka.

"Lovio--"

"Aku sudah melarangnya!" Potong Lovio kesal sambil bersedekap, Gilara menghela nafas pelan. "Tapi dia keras kepala dan yah! Dia menyegel segelnya di tubuhnya sendiri!"

"Gilara!" Kellyn berteriak lembut nan tegas, "seharusnya tidak boleh! Kau tidak boleh menyimpan segel di tubuhmu."

"Tidak apa, selama tubuhku masih sehat dan yah... kekasihku yang keras kepala ini tidak pergi meninggalkanku, maka aku akan baik-baik saja." Gilara tersenyum sambil memeluk erat lengan kiri Lovio.

Lovio berdecak sebal melepaskan pelukan lengan Gilara dari lengannya dan digantikan lengannya yang melingkar di pinggang ramping gadis itu.

Prince Vampire : Queen of Kiezi's Darkness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang