[022]

3.3K 169 13
                                    

Kelldy berlari lalu bergelantungan di salah satu pohon lalu menebas kepala mayat hidup yang memiliki gen serigala itu dengan cepat. Setelah jalanan di bawahnya kosong dia turun dan berlari kembali sambil terus menebaskan pedangnya ke sebarang arah.

Setelah lelah dan mulai kehabisan enaga lolonan serigala terdengar dan tubuhnnya langsung ditarik menggunakan rantai oleh Zavier. Sesampai di atas pohon dia bernafas lega. Dia tidak takut, hanya takut jika dia kehabisan tenaga nantinya.

"Aku serahkan sisanya pada kalian," gumam Kelldy lalu menyandarkan punggungnya di pohon dan duduk dengan pedang kesayangannya di pangkuannya.

Tiba-tiba pikirannya melayang ke arah Kellyn, sudah beberapa jam ynag llau dia meninmggalkan gadis itu. "Semoga dia baik-baik saja."

"Zenna," gumam Zavier tiba-tiba.

"Ada apa dengan Zenna? omong-omong dia di mana?" Tanya Kelldy datar ke arah Zavier.

"Aku tidak tahu, sebelum aku keluar dari istana, dia sudah lebih dulu pergi entah ke mana." Zavier berkata setengah cemas.

"Bdoh!" Kelldy hanya berkata santai tanpa peduli betapa sebalnya Zavier kepadanya.

Sementara keadaan di istana menjadi serba gelap, banyak darah di mana-man dan seorang gadis berambut sebahi bewarna hitam itu terus berjalan dengan pedang yang dia bawa diseret sehingga lantai yang ada di istana hancur.

Gadis itu menatap dalam kegelapan dengan tatapan nyalang dan tidak suka. "Aku akan menghancurkan siapa pun yang menghalangiku."

"Zenna."

Zenna berbalik dan menatap seorang yang baru-baru ini dia kenal. Dia menghela nafas pelan.

"Apa? Aku sudah menyelesaikan tugasku, boleh aku kembali? Aku malas ada di sini." Zenna berkata dengan nada setengah malas sambil berjalan ke arah lelaki berjubah hitam yang tadi memanggilnya.

Dia berjalan tanpa peduli jika dia menginjak abu para vampir yang ada di Istana, abu vampir yang telah dia bunuh.

"Hmm, kau boleh kembali... Pangeran Lovio dari kerajaan Peri membantu, dan mungkin sebentar lagi mereka akan tahu jika kau yang sudah mengendalikan tubuh-tubuh serigala yang telah mati itu."

"Hm, oh iya satu lagi... jangan panggil aku Zenna, itu bukan namaku. Itu hanya nama dari tubuh yang aku jadikan wadah ini saja. Panggil aku seperti biasa."

"Baik, Putri Elqila."

****

Lovio terdiam dengan energi yang ia rasakan, dia pernah merasakan energi ini. Dia sangat yakin, tapi dia lupa siapa yang memiliki energi ini.

"Cih... aku sudah tahu tapi... aku lupa energi siapa ini. Auranya gelap, penuh dendam, dan menjijikan. Dia seperti seorang roh yang dihidupkan kembali. Aku tak menyukai auranya sama sekali." Lovio langsung menghancurkan tubuh-tubuh serigala itu hingga tak tersisa.

"Cih... menyebalkan." Lovio berdesis dan dia langsung menghela nafas perlahan.

"Sudah hilang, ayo turun." Kelldy mengajak Zavier turun dari pohon.

Keduanya turun dan duduk di dekat pohon yang juga sebagai tempat untuk bersender Luvin dan Lovio.

"Bagaimana? Kau tahu siapa yang mengendalikan mereka?" Tanya Kelldy ke arah Lovio yang bersandar dan membenahi kunciran rambutnya.

Lovio menarik nafas lalu menoleh ke arah lain sambil menutup mata. Dia merasakan kepalanya terasa sakit.

"Hm, a-auranya sangat-sangat menakutkan. Aku pernah merasakan aura miliknya tapi aku tak tahu di mana dan siapa itu." Lovio menjawab pelan.

Hening, tidak ada yang berbicara. Hanya suara semilir angin yang terdengar.

"Hei, tidak masalah... kau sudah membantu kami." Kelldy berkata dengan tersenyum ke arah Lovio.

"Maaf, aku hanya bisa membantu sampai di sini. Aku bukan seorang pangeran yang hebat," ujar Lovio pelan.

"Kau hebat Lovio."

****

Zavier membuka pintu gerbang istana dan langsung mematung dengan keadaan istana yang amat berantakan dan sangat-sangat mengerikan.

Banyak abu di mana-mana, darah terciprat di dinging dan lantai. Luvin dan Lovio yang ada di belakang terkejut bukan main.

"A-apa? Apa yang terjadi di sini?" Gumam Zavier pelan.

Tiba-tiba Kelldy datang dan langsung ikut terkejut dengan apa yang dia lihat. Kelldy langsung melepaskan lingkaran lengannya di pinggang Kellyn lalu berlari mendekat ke arah Zavier yang mulai bergetar.

"Zav--"

"Zenna, lalu Zenna ju--"

"Pa-nge-ran," lirih seseorang yang tiba-tiba keluar dari dinding diikuti yang lainnya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Zavier ke arah vampir.

"Ha-hanya kami yang tersisa, masih untung kami selamat Pangeran. Seorang gadis manusia yang biasa bersama Pangeran itu yang membunuh semua vampir yang ada di sini," ujar salah satu dari mereka.

"A-apa?"

"Tidak mungkin."

Ah... aku ingat, aura itu... ya, gadis setengah vampir itu. Batin Lovio baru sadar.

"Zavier," panggil Lovio pelan.

Zavier menoleh diikuti oleh Kelldy dan Luvin yang juga melirik ke arah Lovio.

"Aku tahu siapa yang mengendalikan semua serigala-serigala itu," ujar Lovio sambil menunduk pelan. "Gadis itu, gadis itu memiliki aura lain semenjak kejadian beberapa hari yang lalu."

"A-apa? Tidak mungkin." Zavier menunduk dan merasakan dadanya terasa sakit. Dirinya masih tidak menyangka jika Zenna, gadis yang mungkin dia sayangi itu yang melakukannya.

"Ada yang tidak beres," gumam Luvin pelan.

"Apa maksudmu ada yang tidak beres?" Balas Zavier cepat menatap Luvin yang balas menatapnya.

"Sebelum pertarungan yang beberapa hari lalu terjadi, Zenna seperti manusia setengah vampir biasa. Dia biasa saja, tidak ada aura mengerikan yang keluar dari dirinya." Luvin menjawab pelan.

"Mungkin dikendalikan," suara seseorang membuat semuanya yang ada di sana menoleh ke arah Helen yang ada di gendongan Timo.

"Apa dikendalikan?"

"Mungkin bukan dikendalikan, tapi lebih tepatnya dijadikan sebagai wadah. Kau yang rambut hijau, kau seorang peri bukan? Aura apa yang kau rasakan tentang gadis itu?" Tanya Helen santai.

"Aura menjijikan dan tak enak sama sekali, seperti seorang mayat." Lovio menjawab datar.

"Nah, aura menjijikan itu yang berarti sebuah roh." Helen berkata datar.

"Roh?"

"Ya, roh... kami yang sudah hidup lebih lama dari kalian pasti tahu yang seperti itu. Roh yang baunya paling menjijikan adalah roh serigala karena bukan berbentuk abu atau pun seperti peri yang langsung menghilang, serigala berbentuk mayat'kan?" Timo melirik ke arah Luvin yang terdiam.

"Bagaimana kalian tahu soal aku serigala? Padahal auraku bahkan tak terasa," ujar Luvin pelan.

"Dulu kami pernah masuk ke dalam sekolah vampir, kalian pasti tahu sekolah itu. Kiezi dan Zen tidak mungkin tidak bercerita," ujar Helen pelan.

"Eh?"

"Sudahlah, itu tidak penting... lebih baik kalian menyelidiki di mana gadis setengah vampir itu, dia dijadikan wadah," ujar Helen pelan. "Ayo Tim, kita kembali ke kota."

****

VNTA

Prince Vampire : Queen of Kiezi's Darkness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang