[011]

4.7K 211 3
                                    

Kiezi menghindar saat seekor serigala ingin mencabik tubuhnya. Dia mundur dan terus meloncat sambil berusaha untuk menyembuhkan sebuah luka di perutnya.

Dia menarik nafas dan langsung bersembunyi di balik batu besar dekat hutan sekarang dia tempati untung bertarung.

"Hah... hah... di mana Zen?" Gumam Kiezi pelan sambil mengedarkan pandangannya ke arah lain mencari suaminya itu.

"Sial, sepertinya tadi dia bertarung dengan tiga serigala. Jadi mungkin dia pergi ke tempat lain." Kiezi berdiri dan berjalan tertatih-tatih sambil merobek gaunnya sendiri. Dia merobek hingga pakaian yang terkena darah miliknya hilang.

"Kalau begini mereka tidak akan bisa menemukanku," gumam gadis itu sambil membuka sayapnya dan tetap menutup lukanya dengan tangannya.

Dia terbang menuju ke arah lain, walau dia tahu hutan yang sekarang dia gunakan untuk berperang sudah tertutupi segel. Mau memakai serangan bentuk apapun tetap tidak bisa keluar.

"Sial... kenapa bisa sesulit ini?" Gumam wanita itu kesal.

Kiezi mendarat tepat di dekat goa yang sepertinya tidak terpakai. Kiezi mengedarkan pandangannya ke segela arah lagi. Lalu masuk saat sudah merasa tempat itu aman.

Dia masuk dan duduk di tepi goa yang paling dalam. Dia melihat ke arah perutnya yang terluka dan sudah tidak lagi tertutupi oleh kain apa pun karena dia sudah merobek pakaiannya.

"Hah... semoga Zen baik-baik saja," gumam Kiezi pelan.

Dia mencoba mengobati lukanya, jika dia berhasil maka dia tidak dapat ditemukan sama sekali. Serigala menggunakan indra penciuman untuk mencari mangsanya.

Kiezi memfokuskan kekuatannya ke luka menggangga miliknya dan mulai mengobati luka yang cukup besar itu, perlahan luka itu menutup tapi terasa sangat sakit dan tenaga Kiezi hampir habis rasanya.

"Hah... hah... ahkirnya, sembuh." Kiezi menarik nafasnya panjang lalu mengeluarkannya secara perlahan. Nafas Kiezi perlahan memelan lalu seperti lenyap, gadis yang sekarang bukan lagi perawan itu juga menutup mata. Entah apa yang dia lakukan, tapi yang jelas mata gadis itu menutup, nafas gadis itu seperti lenyap.

---

Zen memuntahkan darah berulang kali, dia menarik nafas dan mengusap darah yang ada di mulutnya. Dia berusaha memfokuskan rantai yang dialiri listrik olehnya itu membunuh musuhnya.

"SIALAN! BRENGSEK!" Bentak Zen kesal sambil menarik rantainya kembali lalu melempar dan tertancap tepat di perut serigala yang sedari tadi membuat dia terluka.

Ahkirnya serigala itu melolong dan berubah menjadi bunga melati. Darah yang dikeluarkan oleh serigala itu begitu menjijikan dan membuat Zen memuntahkan darahnya yang sedari tadi dia tahan.

"Hah... hah... Kiezi, apa dia selamat?" Gumam Zen pelan. Dia berjalan tertatih-tatih dan mendekat ke pohon yang sangat besar. Dia menarik nafas dan tersenyum gentir.

"Apa aku berguna?" Tanya Zen pada dirinya sendiri. "Apa aku berhasil mengalahkan para serigala itu? Apa aku berhasil melindungi orang-orang yang aku sayangi? Apa aku akan selamat? Apa yang harus aku lakukan?"

"Hah... kenapa semua begitu menyiksa seperti ini, kenapa masalah selalu datang dalam hidupku. Kakak... tolong," lirih Zen dengan air mata menetes.

Zen menarin nafas lalu mengeluarkan nafasnya secara perlahan. Dia terus menjaga kesadarannya.

"Aku tak mau mati sekarang," lirih Zen pelan. "Aku masih ingin melihat Kiezi."

Zen berdiri dan berjalan perlahan sekali lagi, terjatuh lalu berdiri, terjatuh lalu berdiri lagi, berulang kali seperti itu dan berusaha tersenyum mengingat wajah dingin dan ketus Kiezi yang selalu menyanyanginya. Dia tersenyum dan terjatuh lagi.

Prince Vampire : Queen of Kiezi's Darkness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang