Epilog

4.8K 138 14
                                    

Kelldy menatap ke arah langit yang sangat cerah lalu beralih ke arah banyaknya abu yang mulai menghilang. Dia berjalan masuk menuju ke reruntuhan goa lalu mulai mencari abu milik Kiezi dan Zen.

Saat di sudah sampai di sebuah reruntuhan bekas pertarungan, dia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Dia melirik ke arah baju yang tergeletak. Itu milik Arvar dan Delia.

Dia menghela nafas lalu berjalan menuju ke arah lain sambil menyingkirkan batu-batuan yang menutupi jalanan. Dia menghela nafas pelan lalu memutar bola mata saat tiba-tiba beberapa bekas goa itu ambruk dan dia hampir saja terkena reruntuhan itu.

Dia menghela napas lega lalu kembali melangkahkan kakinya sambil sesakali menyingkirkan reruntuhan yang ada. Setelah hampir berjam-jam dia berkeliling dan tak menemukan sama sekali abu milik kedua orang tuanya, dia langsung mengerang sebal.

"Apa abu mereka sudah tertiup angin?" Gumam Kelldy menunduk frustasi. "Apa iya? Haruskan begini? Kenapa ahkir ini begitu menyedihkan? Saat aku ingin membahagiakan mereka, mereka malah menghilang."

Dia mengerang kesal lalu mengacak-acak rambutnya.

Kelldy berbalik keluar lalu langsung menuju ke kastil milik Zen yang tak jauh letaknya dari goa itu. Darvo yang melihat Kelldy berlari menuju ke kastil Zen hanya diam saja.

"Dia tidak tahu jika pemilik pedang perak akan mati dan sudah pasti mendapatkan takdir yang mengerikan," gumam Darvo pelan.

Kelldy terus berlari tanpa peduli Kellyn ataupun siapapun yang memanggilnya. Dia tak akan berhenti berlari sebelum dia sampai di kastil ayahnya yang lembut itu.

Sesampai di depan sebuah kastil, dia masuk dengan cepat dan menjelajah di dalam kastil itu. Memang tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Tiba-tiba sebuah suara benda jatuh membuat Kelldy berbalik dan menatap seseorang yang menjatuhkan sebuah guci merah.

"Kau? Paman Timo bukan?" Tanya Kelldy menatap Timo.

"Oh... Kelldy? Ada apa kemari?" Tanya Timo menatap Kelldy.

"Kau tahu soal ayah dan ibu? Kenapa abu mereka tidak ada?" Tanya Kelldy yang langsung membuat Timo tersentak pelan.

Ingatannya kembali ke beberapa hari yang lalu saat Kiezi dan Zen mengatakan jika mereka akan mati di pertarungan itu dan abu mereka akan hilang.

Timo tersenyum kecil lalu merapikan guci merah yang pecah itu. Setelah itu barulah Timo meminta Kelldy untuk menuju ke ruangan yang diminta Timo.

Kelldy mengangguk lalu masuk ke dalam ruangan yang sangat rapi. Di situ ada Helen yang duduk di sebuah kursi, tentunya kaki Helen buntung.

"Kau kemari? Berarti semua benar," gumam Helen. "Takdir memang tak bisa disangkal ya."

"Apa maksudmu?" Tanya Kelldy dengan wajah bingung.

Pandangan Helen yang dari jendela beralih ke arah Kelldy yang menatap bingung. "Kau tak diberitahu olehnya?"

"Soal apa?" Tanya Kelldy bingung sendiri. Dia benar-benar tak mengerti maksud Helen.

Pintu terbuka dan dua orang masuk dengan keduanya berwajah sendu. Timo dan Jonathan masuk dengan wajah sendu.

"Paman Jonathan?"

"Kelldy," lirih Jonathan. "Aku tahu kau belum tahu ini, tapi setelah ini semua terjadi kau juga harus tahu ini. Bersiaplah dengan takdir yang akan menentukkan kehidupanmu."

"Maksudnya apa?"

"Abu milik Ayah dan Bunda menghilang dan mereka tak akan pernah kembali lagi ke dunia ini." Timo berkata sambil meletakkan kembali guci merah yang tadi pecahkannya. Guci itu sudah kembali sempurna.

Prince Vampire : Queen of Kiezi's Darkness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang