Bukan keinginan Kiezi menggunakan pedang perak yang sekarang digenggamnya. Dia tak yakin jika dirinya menggunakan pedang perak maka dirinya akan selamat.
Bisa saja dirinya yang akan mati tetapi musuhnya juga mati. Walau dia menyelamatkan dunia, masih banyak yang dia ingin katakan kepada semua orang.
Kiezi merobek gaun panjangnya hingga sepaha, pahanya terlihat sangat mulus tanpa ada bekas luka. Tapi dirinya yang penuh bekas luka ribuan kali lebih kejam dari apapun.
"Logard, kita ahkir sekarang! Berhenti membuat dunia ini mulai hancur!" Kiezi berlari kencang ke arah Logard dan mengayunkan pedangnya ke arah Logard yang langsung ditangkis oleh Logard sendiri.
"Sayangnya aku tak mau! Sudah cukup dunia tak pernah menerimaku!" Balas Logard keras.
Dia menahan serangan bertubi-tubi dari Kiezi. Kiezi terus menyerang tanpa pandang bulu, "kalau kau tak mau menyerah, berarti aku harus menyegelmu lagi!"
"Aku tidak akan membiarkan dirimu menyegelku lagi!"
"Tidak akan?"
Tiba-tiba suara bedentum kencang terdengar dan ternyata itu adalah Logard yang sudah ditendang hingga tubuhnya menghancurkan sebagian dari goa itu.
Aura Kiezi sungguh gelap, sama saat Kiezi selalu menggunakan kekuatannya. Mungkin tidak hanya Logard yang sekarang kebingungan, Delia dan yang lain juga.
Luvin membantu Jonathan lalu berdiri dan mengikuti Kiezi yang sudah berlari ke arah lain terlebih dahulu.
"K-kita harus hentikan Kiezi!" Jonathan berkata dengan susah payah.
"Tidak akan mudah menghentikannya, kau pasti tahu Paman," ujar Luvin menatap Jonathan.
"Kalau Kiezi tidak dihentikan, dia bisa--Arghhh!" Jonathan menekan lukanya di bagian perut lalu mulai menutup matanya perlahan.
"Lebih baik kita kembali kepada Kellyn, kita harus mengobati Paman Jonathan." Luvin bergumam pelan lalu mengalihkan pandangannya ke arah bagian goa yang sekarang setengah hancur.
"Delia, Arvar, kalian bisa mengikuti Kiezi dan Logard?" Tanya Luvin.
"Ya, kami akan mengikutinya," ujar keduanya bersamaan.
"Berusahalah menghentikan mereka," ujar Luvin.
"Ya."
Delia dan Arvar langsung berlari pergi berusaha mengejar Kiezi dan Logard. Lalu Luvin beralih ke arah Kelldy yang terbaring lemas di dekat reruntuhan.
"Kelldy! Kau bisa dengar suaraku!?" Teriak Luvin sambil menggendong Jonathan di punggung.
"Y-ya, s-sakit. Bunda me-mengerikan ya?"
"Tidak usah banyak bicara! Cepat usahalah berdiri, kita harus kembali, Paman terluka," ujar Luvin.
"Baiklah, ayo."
Lalu Luvin membuka pintu dimensi, lalu Luvin yang menggendong Jonathan masuk pertama diikuti oleh Kelldy dan mereka tiba di hutan itu terlebih dahulu.
****
"Apa yang terjadi dengan kalian!?" Teriak Kinan dan Kellyn bersamaan. Kinan langsung merebahkan tubuh Jonathan di pangkuannya.
"Jonathan," lirih Kinan sedih.
"Aku akan mengobatinya, tenang saja Bibi," ujar Kellyn sambil mulai meletakkan tangannya di luka Jonathan dan mulai mengobati luka itu.
"Kenapa bisa sampai seperti ini?" Tanya Kinan sambil mengelus rambut coklat Jonathan.
"Sedikit rumit, tapi yahh... sebentar lagi ayah dan ibuku akan datang membantu Darvo mengurus mayat hidup itu. Soal Ratu Kiezi, dia..."
"Kita harus menghentikannya," potong Zen tiba-tiba. "Kiezi menggunakan pedang perak bukan? Dia juga melepaskan kekuatannya bukan?"
"Ya," ujar Luvin menatap ke arah goa yang setengah hancur.
"Di dalam pasti terjadi pertarungan amat sengit," ujar Zen pelan, "kita harus menghentikan Kiezi."
"Z-Zen," panggilan itu amat lirih. Jonathan membuka matanya lalu menghela nafas.
"Sampai sekarang aku masih tak pernah mengerti kenapa Kiezi begitu kejam pada orang lain, tapi jujur saja semenjak dia bertemu denganmu... dia banyak berubah. Walau aku sendiri tidak begitu tahu kenapa dirinya begitu dingin dan tertutup, tapi kau tahu bukan jika dia begitu mencintaimu?" Jonathan menutup matanya dan menghembuskan nafasnya perlahan.
"Aku tahu," ujar Zen pelan, "aku sangat tahu, tapi waktunya tidak lama lagi!"
"OLEH KARENA ITU BERUSAHALAH BERSAMANYA!" Jonathan membentak sebal. "Aku sudah sangat lama bersamanya, hanya ada rasa sahabat antar aku dan dia! Kau tahu jika dia begitu dingin? Aku selalu berpikir apa itu memang bawaan dari lahir atau bukan, tapi nyatanya sampai sekarangpun aku tak tahu kenapa dia begitu dingin."
Zen bergeming.
"Zen, waktunya memang tak lama... walau Carlos membangkitkannya, kerajaan dan darah dalam istana bukan lagi miliknya. Dia bukan seperti Bevan yang punya darah Iblis seutuhnya dalam dirinya," ujar Jonathan.
Tidak ada yang mengerti maksud Jonathan, semua masih bungkam. Bahkan Kelldy dan yang lain juga tak begitu mengerti. Mereka hanya merapat bibir dan tak tahu harus berkata apa.
"Dia memang tak akan bertahan lama," ujar Zen dengan nada menyayat hati. "Tapi kalaupun dia mati, aku harus ikut mati!"
"Ya... kalau dia harus mati, kau juga harus mati, karena kau tahu dia bukanlah monster." Jonathan meneteskan air matanya perlahan.
"Yah... aku mengerti," lirih Zen menutup wajahnya. "Aku tahu! Aku tahu! Walau dia kembali lagipun... dia akan kembali menghilang! Kutukan itu akan memakan jiwanya!"
"Berhenti mengeluh!" Teriak Jonathan.
"Selamatkan dia!" Teriak Jonathan, "selamatkan dia Zenn! Dia hanya perlu dirimu! Kumohon!"
"Kau tidak perlu menyuruhku! Aku akan menghentikannya! Walau aku harus mati bersamanya, lagi!"
****
Happy Ending
OrSad Ending
-COMMENT-
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Vampire : Queen of Kiezi's Darkness ✔
VampireBook #2 BLOOD Series (Completed) Book #3 BLOOD Series (Completed) [18+] Sebuah suara yang membuat sebuah ramalan. Entah sebuah ramalan yang benar atau tidak. Semua yang terjadi di dunia mahkluk astral, di sebuah kota bernama Lucifer City. Penuh...