"Sampai kapan kita akan berjalan?" Gerutu Kelldy kesal.
"Entahlah, kita akan melakukan perjalan panjang untuk sampai ke istana serigala bagian Utara," balas Luvin pelan.
"Aku bosan!" Teriakan suara seorang gadis terdengar dan itu bukan Kellyn tetapi seorang gadis yang menggunakan gaun bewarna coklat.
"Berisiki! Itu salahmu sendiri kenapa kau ikut dengan kami," balas Luvin kesal.
Gilara terdiam lalu menggeram pelan, dia melirik ke arah seorang anak laki-laki dengan rambut dikuncir ke atas, dan warna rambut itu hijau tosca. Wajah Gilara langsung memerah malu, dia menelas salivahnya susah payah.
Seakan sadar telah diamati secara lama, Lovio melirik ke arah Gilara lalu terkekeh pelan. "Tujuanmu ikut dengan kami hanya ingin menatapku ya?" Lovio berkata denga nada mengejek.
Gilara tersentak lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. "Ti-tidak! Apa yang kau bicarakan hah!?"
"Aku hanya merasa," ujar Lovio sambil terkekeh pelan.
"Kenapa rasanya sangat panas?" Desis Zavier pelan menggerutu.
"Ini juga karena kalian, kalian terlalu lama sehingga kita tidak bisa lebih cepat!" Lovio berkata kesal.
"Bukan seluruhnya kami salah!" Gilara berkata kesal ke arah Lovio.
Lovio berhenti berjalan lalu berbalik dan menatap ke arah Gilara. Dia tersenyum kecil lalu berjalan ke arah Gilara dengan langkah yang tegap.
Kelldy, Kellyn, Zavier, dan Luvin hanya diam menatap ke arah Lovio yang berjalan mendekat ke arah Gilara. Sedangkan Gilara menelan salivahnya lagi.
"K-kau mau apa?" Tanya Gilara tajam, dia menatap ketakutan ke arah Lovio.
Lovio tersenyum smirik, dia menarik dagu Gilara lalu tersenyum. Dia mendekatkan wajahnya ke arah Gilara, semua terdiam begitu juga dengan Gilara.
Gilara menutup mata erat seakan-akan ingin dicium. Lovio tersenyum dan ikut menutup mata, lalu semuanya terjadi.
Lovio tertawa keras hingga terpingkal-pingkal. Gilara membuka mata dan menatap kesal ke arah Lovio.
"Kau!" Gilara menggeram kesal dengan wajah memerah malu. Gadis itu merasakan air mata menggenang di pelupuk matanya. "Kau... menyebalkan."
Lovio terdiam menatap Gilara lalu menghela nafas pelan. Dia menepuk puncak kepala Gilara lalu turun menarik tangan Gilara dan merengkuh gadis itu.
Gilara terdiam lalu merasakan wajahnya kembali panas. Dia merasakan bahwa tubuhnya benar-benar direngkuh kuat oleh Lovio.
"Hah... aku tak tahu kenapa aku selalu membuat seorang gadis menangis," desis Lovio pelan. "Tadi aku hanya bercanda saja."
****
Kelldy berjalan dengan Kellyn di belakangnya, mereka berdua bersama dengan yang lain berjalan menuju ke sebuah danau.
"Kita berhenti di sini dulu," ujar Kelldy pelan. Dia duduk di sebuah batu dengan Kellyn yang ikut duduk di sampingnya.
"Kalian di sini dulu, aku mau melihat-melihat daerah hutan ini dulu. Takut jika ada masalah," ujar Lovio datar ke arah teman-temannya saat ini.
"Aku ikut denganmu!" Gilara berdiri menatap ke arah Lovio yang sekarang menatapnya datar, dia menghela nafas pelan lalu mengangguk pelan.
Gilara tersenyum senang sedangkan Kelldy, Zavier, Kellyn, dan Luvin terkekeh pelan. Mereka sepertinya tahu suatu fakta, fakta yang sangat terlihat. Gilara menyukai Lovio, sedangkan peri berumur 13 tahun itu tidak peduli sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Vampire : Queen of Kiezi's Darkness ✔
VampireBook #2 BLOOD Series (Completed) Book #3 BLOOD Series (Completed) [18+] Sebuah suara yang membuat sebuah ramalan. Entah sebuah ramalan yang benar atau tidak. Semua yang terjadi di dunia mahkluk astral, di sebuah kota bernama Lucifer City. Penuh...