[038]

2.6K 140 9
                                    

Sosok jangkung berjalan di dalam gua lalu duduk di atas batu besar sambil menyeringai sinis. Dia seorang pria dengan rambut seluruhnya putih dan matanya yang bewarna merah darah itu menatap tajam ke arah gundukan-gundakan batu yang ada di dalam gua.

"BANGKITLAH WAHAI PENGIKUTKU!" Teriak pria itu keras.

Gundukan batu-batu yang ada di dalam gua bergetar perlahan lalu menjadi sangat kencang. Lalu batu-batu itu langsung terpecah dan sesosok manusia keluar, memang manusia tapi mereka seperti zombie tak berjiwa.

Pria itu tertawa sangat keras, begitu keras. Semua gundukan batu itu pecah lalu menjadi zombie.

Muncul dua orang berjalan mendekat ke arah pria itu sambil menghela nafas pelan. Mereka berdua berjalan mendekat ke arah pria itu.

"Ayah--"

"Aku bukan ayahmu! Namaku Logard!" Potong pria itu sebal dan tak suka.

Gadis berambut putih itu tersentak lalu menunduk. "Kau memakai tubuh ayahku sebagai wadahmu! Aku mohon jangan renggut dia dariku!"

Pria itu tertawa lalu melirik ke gadis berambut putih itu. "Dasar! Kau tak tahu terima kasih, masih untung aku mau menolong nyawa ayahmu yang bahkan sebenarnya tak layak diselamatkan!"

Gadis itu menunduk, tak berani memandang sosok ayahnya. "Ta--"

"Lia, lebih baik kita pergi saja," potong laki-laki yang ada di sebelah gadis itu. Lia mendongak lalu mengangguk pelan dengan tubuh gemetar lalu melangkah berbalik bersama laki-laki itu.

"Arvar," panggil Lia pelan dengan tubuh gemetar. Arvar menoleh lalu menatap Lia.

"Ada apa?"

"Apa aku salah melakukan hal ini?" Tanya Lia sedih. "Aku takut."

"Kau tak salah Lia, tenang saja."

****

Zen mengangkat kepalanya menatap langit yang gelap karena hari sudah malam. Dia menghela nafas.

"Udara sangat dingin bukan?" Suara seseorang membuat dia berbalik, Zen menatap Carlos yang balik menatapnya.

"Sejak kapan kau di sini Carlos?" Zen menatap Carlos tajam. Bukannya tak suka, tapi dia yakin apa yang sekarang Carlos inginkan.

"Di mana Kiezi?" Carlos bertanya sangat tajam nan menusuk.

Zen menghela nafas pelan, "Bukannya Kinan sudah mengatakannya kepadamu jika--"

"Aku tak merasakan jiwanya sama sekali!" Potong Carlos. "Kalian pasti menyembunyikan sesuatu tentang Kiezi!"

"I-itu--"

"Aku tak tahu kenapa kalian tidak mau memberitahuku! Tapi aku akan mencari tahunya sendiri!" Carlos membentak sambil berkacak pinggang.

Zen menatap Carlos yang tetap diam memandang Zen tajam. Carlos balas menatap tajam juga, Zen menghela nafas pelan.

"Kau tak pergi?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Bukan urusanmu."

"Ini kamarku."

"Ini Istana Kiezi."

"Aku suaminya."

Prince Vampire : Queen of Kiezi's Darkness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang