PART 2

2.1K 96 0
                                    


Rio meminum secangkir cappuccino pesanannya bersama Alvin di kantin kampus. Cuaca seperti ini, memang cocok untuk menikmati segelas capuccino hangat. 


"untung ya yo tadi kita gak telat masuk. Bisa-bisa kita langsung dikasih nilai F sama tuh dosen" seru Alvin sambil memakan mie rebus pesanannya


"dan untungnya juga gue udah belajar dari catatan lo kemarin. Kalau nggak, udah gue gambar-gambar tuh kertas" Rio menaruh cangkir capuccinonya


"Oh iya, ngomong-ngomong lo dapet kerjaan dimana sekarang? Jadi pelayan lagi?".


"nggak. Sekarang gue kerja di caffee dekat sini. Kebetulan penyanyi di caffe itu lagi kosong. Lumayan juga gajinya walaupun kerjanya sampe larut malam." Jawab Rio panjang lebar sambil mencoba mengambil mie rebus milik Alvin namun tak berhasil


"lo udah bilang ini ke kakak lo?" Rio pun menatap Alvin dan langsung menarik lagi tangannya ke posisi semula." Belum..." jawabnya santai


Tiba-tiba handphone Rio berbunyi. Ia melihat nama di layar handphonenya. Sekejap ia melihat kearah Alvin dan mengangkat telpone tersebut


"Hallo tante..." Rio menjawab dengan nada sopan


"Woy bro, ini gue iel!"


Rio kaget mendengar siapa yang menelphonenya. Bukankah ini nomer tante Siva? Mama Ify? Kenapa...


Melihat temannya kaget seperti itu Alvin jadi penasaran. Rio hanya menyuruh Alvin untuk diam sejenak


"Oi ya, ada apa?" balas Rio


"Kenapa gak bilang kalo ganti nomer hah? Lo gak inget sama kakak lo ini apa?".


"Bukan gitu yel... oh iya lo kapan balik?" tanya Rio membuka pembicaraan.


"Tadi pagi, urusan di Inggris udah selesai. Sekarang gue kerja di Indonesia lagi".


"Oh begitu. Ify gimana? Masih disana?".


"Ify? dia malah yang suruh gue supaya cepat-cepat pulang ke Indonesia. Katanya dia udah gak betah tinggal disana"


'Ify.... sudah kembali dia rupanya'


"Gimana kabar dia?" Tanya Rio sambil mengaduk-aduk capucinonya.


"Ify baik-baik saja. Dia juga tambah cerewet, ya kan fy?" Rio hanya tertawa kecil. Ia mendengar suara Ify berteriak karena tidak menerima kata-kata Gabriel barusan. Mungkin sekarang ia sedang memukul-mukul Gabriel kerena kakaknya ini sedang merintih kesakitan.


"Lo mau ngomong sama Ify?"  Rio diam sejenak.  Walaupun ia cukup senang karena Ify dan kakaknya sudah kembali ke Indonesia, tapi kalau untuk mengobrol secara langsung dengan Ify sekarang ini.... sepertinya bukan waktu yang tepat.


"Nggak usah, gue bentar lagi masuk ke kelas, bye" tanpa basa-basi lagi Rio menutup telphonenya.


"Kakak lo balik yo?" Tanya Alvin sedari tadi ingin ia ucapkan. Rio belum menoleh sama sekali kearahnya.


 Merasa dianggurkan pertanyaannya, Alvin mejewer telinga kiri Rio.


 "Awwww, sakit Alviiiiin!" Rio merintih kesakitan sambil memegangi telinganya yang memerah.


"Mangkanya kalo orang nanya tuh didengerin, lo malah bengong".


Rio membereskan barang-barangnya. Capuccino yang masih tersisa setengah ia langsung habiskan dalam sekali teguk.


"Skateboard gue" seru Rio dengan nada otoriternya. Alvin yang sedang bingung langsung memberi skateboard milik Rio yang tadi ia bawa



Rio pun segera pergi dari meja. "Yo.. lo mau kemana?" Tanya Alvin heran. Rio hanya melambaikan tangan dan terus berjalan. Alvin hanya mendengus kesal, ia pun akhirnya melanjutkan lagi makannya yang tertunda


--------------------------------------------------------------

Rio sedang mencari sesuatu di dalam laci meja belajarnya. Ia membongkar seisi laci yang sudah lama ia tak lihat.


 "ketemu!" 


Rio menemukan kotak coklat dilengkapi dengan pita berwarna putih. Untung benda itu masih ia simpan. Rio pun membuka kotak kenangannya itu. Terdapat kalung liontin berwarna perak yang masih terlihat bagus. Dibukanya liontin itu. Terpasang 3 foto dan salah satunya Rio. Foto itu diambil saat ia berumur 14 tahun. Selain foto dirinya, ada juga foto Ify bersama kakaknya, Gabriel. Ify berada ditengah-tengah cowok-cowok tampan itu. Senyuman terulas di wajah mereka. Melihat senyuman difoto itu, Rio juga ikut tersenyum. Ia pun menyimpan lagi liontin itu di lacinya agar tidak ada orang yang mengambil.


Rio pun tiba-tiba menelpon seseorang "Hallo... saya ingin memesan sesuatu...."


-----------------------


Ify dan Gabriel sedang duduk santai di gazebo tepatnya di taman belakang rumah Ify. Gabriel sedari tadi mengutak-atik laptop yang selalu ia bawa kemana pun. Sementara Ify, ia malah bingung ingin melakukan apa. Dilihatnya Gabriel yang sangat terlihat dewasa menggunakan kacamata yang selalu ia pakai setiap menggunakan laptop, sebuah pemandangan yang sudah tidak asing  selama beberapa tahun belakangan ini. Pantas saja banyak rekan kerjanya terutama para wanita sangat tergila-gila padanya.


"kenapa dari tadi ngeliatin?" tanya Gabriel santai tetapi matanya tidak beralih dari laptop. Merasa tertangkap basah, Ify memalingkan wajahnya 


"ah.. ng.. nggak..." Gabriel hanya tersenyum kecil melihat Ify yang tertangkap basah sedang memperhatikannya.


 "Kamu istirahat sana, kelihatannya wajahmu bertambah tua 20 tahun" canda Gabriel. 


"Ah! Kak Iyel!!! Jangan bilang gitu doong!" Ify memegangi wajahnya kalau-kalau yang dikatakan Gabriel memang benar terjadi. Karena gemas dengan tingakah laku Ify yang seperti anak 5 tahun itu, Gabriel mengacak-acak puncak kepala Ify dan membuatnya semakin marah dan bertingkah lucu.


"Gitu aja cemberut, yaudah istirahat sana. Nanti malam kakak ingin ngajak kamu makan diluar" Wajah cemberut Ify tiba-tiba berubah cemerlang


 "Beneran? Yaudah aku keatas dulu ya kak iyel! Mau bobo-cantik hehe"


Ify pun langsung beranjak dari tempatnya dan berlari kecil menuju rumah. Gabriel hanya menggeleng melihat tingkah Ify yang kadang membuatnya tertawa. Rasanya apapun yang ia lakukan sangatlah lucu buatnya. Entah sejak kapan perasaan Gabriel yang terasa 'aneh' ini muncul dan tumbuh di hatinya......

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang