PART 22

1K 64 1
                                    


Saat ini Ify sedang menunggu di dalam kamar Rio sendirian, sedangkan Rio sedang mengecek keluar untuk melihat apakah pintu lorong penghubung dorm laki-laki dan perempuan sudah terkunci atau belum. Sambil menunggu Rio kembali, Ify mencoba melihat seisi ruangan kamar Rio itu. Terdapat berbagai poster mobil yang di pajang di dinding kamar. Begitu pula dengan miniatur mobil mainan yang di pajang secara rapih di atas meja belajarnya. Kecintaannya pada mobil ternyata benar-benar besar.

Seketika Ify menangkap sesuatu yang menarik. Ia ambil dan ia lihat secara seksama benda itu. Terdapat sebuah bingkai foto Rio bersama Gabriel dan kedua orangtuanya. Sebuah senyuman indah terukir diwajah keluarga tersebut. Semakin lama ia melihat foto itu, hati Ify merasakan kesedihan, air mata mulai berjatuhan dari bola matanya, mengingat kedua orang tua Rio dan Gabriel sudah tiada... 

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Buru-buru Ify taruh bingkai foto itu dan ia usap air mata yang membasahi pipinya.

"Gimana yo?" tanya Ify

Rio hanya menggelengkan kepalanya. "Semua pintu sudah dikunci".

Ify sudah tidak kaget lagi. Karena memang beberapa hari yang lalu ada perubahan jadwal tutup dorm yag lebih cepat dari jadwal sebelumnya. Ify pun akhirnya duduk di kursi belajar Rio dengan wajah lesunya.

Rio yang melihat wajah lesu Ify langsung mengambil beberapa cemilan yang Ify bawa tadi dan memberikannya kepada wanita itu.

"Nih" Rio memberikan sebuah minuman kaleng yang Ify belikan tadi.

"Makasih" Ify pun menerimanya.

"Makanan yang gue bawa jangan lupa dimakan yo" seru Ify

Rio yang sedang membereskan tempat tidurnya pun menatap ke arah Ify.

"Iya nanti"

Lagi dan lagi Rio selalu membalasnya dengan kata singkat. Setelah Rio menyelesaikan kegiatannya, ia pun akhirnya menyentuh makanan yang Ify bawa. Rio pun memakan makanan itu di atas karpet di samping tempat tidurnya. Tak jauh dari tempatnya, ia memperhatikan Ify yang sedang bersandar di atas meja belajar sambil memainkan handphone miliknya.

Keheningan pun terjadi. Hanya terdengar suara mesin AC yang ada di kamar dan angin yang menghempas jendela kamar Rio. Selama makan, Rio sesekali mengecek Ify, apakah wanita itu ketiduran atau tidak.

"Yo...." Tiba-tiba Ify memanggil dengan suara pelan.

"hmm?"

"Maaf...." Tiba-tiba suara Ify bergetar. Rio langsung menghentikan suapan di tangannya.

Posisi Ify kini berada di depannya, jadi ia tidak bisa melihat apakah Ify sekarang sedang menangis sesuai dengan dugaannya atau tidak. Di tambah Ify masih dalam posisi semula, kepalanya bersandar pada tangan kanannya di atas meja.

"Maaf kenapa?" Rio balik bertanya. Ia menyingkirkan tempat makan ke samping.

Ify belum juga menjawab pertanyaannya. Rio melihat Ify meraih bingkai foto keluarganya yang ada di atas meja. Apakah yang dimaksud permintaan maaf Ify tadi....

"Maaf karena gue.... Orang tua lo... om sama tante....pergi untuk selama-lamanya" Isakan tangis Ify semakin jelas terdengar. Mendengar tangisan Ify, rasanya Rio juga ingin menangis bersama dengan wanita itu. Mendengar kata orangtua, mama, dan ayah... membuat ia teringat kembali dengan kedua orang tuanya yang harus meninggalkan dirinya dan juga Gabriel secara tiba-tiba.

"Untuk apa minta maaf..." Rio membalikkan kursi yang Ify duduki untuk menghadap ke arahnya. Wajah Ify sudah penuh dengan air mata yang mulai berjatuhan.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang