PART 19

843 56 2
                                    


Matahari sudah menampakkan sinarnya, Ify masih berada di posisi paling nyaman yaitu berbaring di tempat tidur. Semalaman dia menuggu Rio di taman pemisah dorm laki-laki dan perempuan, namun hasilnya nihil. Ia sudah menelepon Alvin tapi ia juga tidak tahu dimana temannya itu.

Ify pun akhirnya bangun dan membuka tirai di kamarnya agar matahari bisa masuk. Dilihat sejenak hari ini sangat cerah, cocok sekali untuk berkelana ke kota yang sudah lama ia tidak tempati ini.

Ia melihat ke arah taman, beberapa mahasiswa sudah memulai aktivitasnya. Untungnya hari ini Ify libur, jadi ia tidak harus terburu-buru seperti mahasiswa-mahasiswi yang sedang ia lihat sekarang ini.


Tiba-tiba ada seseorang berjalan menuju dorm laki-laki. Dengan tangan yang ia masukan ke dalam saku hoodienya ia berjalan dengan langkah begitu lemah. Ify pun segera berlari keluar kamarnya dengan terburu-buru, takut tidak bisa mengejar laki-laki itu.


Suasana lobby dorm sedang ramai, banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang. Hal itu membuat sulit bagi Ify untuk mencari laki-laki itu.

Seketika ia menoleh kearah tangga menuju dorm laki-laki. Dilihatnya orang yang ia cari sedang melangkahkan kakinya menuju lantai 2. Ify pun berlari kecil untuk mengejar laki-laki itu.

Ify pun mencoba meraih tangan lengan laki-laki itu dengan sebisanya dan...

"Rio!"

Laki-laki yang lengannya di tarik itu, Rio menoleh kearah Ify.

"Dari mana aja... hah... kenapa gak langsung pulang ke rumah atau istirahat di dorm hah!!" ujar Ify dengan nafas yang terengah-engah.

Rio hanya diam, tidak menjawab ucapan Ify barusan.

"Mood gue lagi gak baik, gue mau istirahat sekarang" Rio pun melepaskan tangan Ify dari lengannya dengan pelan.

Tanpa menoleh ke belakang, Rio tetap jalan ke lantai 2.


Ternyata benar kata Gabriel, mood Rio sedang tidak baik bahkan lebih buruk dari kemarin. Rasa ingin menahan Rio tidak bisa Ify lakukan karena rasa takutnya yang terlalu besar.

----------------------------------------------------------------------

Rio menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Rasanya badannya sudah tidak punya tenaga lagi untuk berdiri. Setelah mengikuti ajakan Simon untuk menginap di rumahnya, Rio menolak dan lebih memilih untuk ke lintasan balap tempat ia latihan. Ia meminta izin ke Simon dengan penuh harap agar ia dapat mengendarai mobilnya itu. Dan atas pertimbangan Simon, akhirnya ia memperbolehkan Rio untuk kembali ke lintasan, siapa tahu itu cara yang tepat agar stress Rio dapat berkurang.

Semalaman Rio mengendarai mobil balapnya di lintasan, memastikan apakah ia sudah memperbaiki kesalahannya tadi atau tidak. Hingga pukul 2 pagi akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Pit untuk mengistirahatkan mobilnya yang sudah kehabisan bahan bakar dan tak lupa ia juga mengistirahatkan tubuhnya walau hanya beberapa jam.

Rasa penyesalan selalu menghantuinya hingga saat ini. Ia pun mencoba menutup matanya rapat-rapat agar ia bisa tertidur dan melupakan pikirannya itu.

Ia berharap semoga pikirannya ini tidak berujung panjang dan tidak memberikan stress kepada dirinya untuk berhenti kembali dengan dunia yang ia impikan ini.


---------------------------------------------------------------------

Hari sudah semakin sore, matahari sudah bersiap-siap untuk kembali ke sarangnya. Namun, Rio masih tertidur di tempat tidurnya ini. Suara dering handphone miliknya sedari tadi tidak dapat membangunkan laki-laki itu. Dan pada akhirnya suara ketukan pintu yang cukup keras membangunkan Rio. Dengan nyawa yang belum terkumpul, Rio akhirnya bangun dari tempat tidur dan mencoba membuka pintu kamarnya.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang