Hujan masih membasahi area balap. Rio dan Ify kini sudah kembali ke pit dengan pakaian yang basah karena terkena rintikan air hujan.
"Ini minumlah" Simon memberikan 2 gelas teh hangat kepada Ify dan Rio.
"Rio, bisa-bisanya kamu tidak menuruti perintah saya, lihat akibatnya Ify rela-relain menghampiri kamu di tengah hujan deras seperti ini" tanpa menjawab perkataan Simon tadi, Rio menundukkan kepala memberi hormat sebagai tanda permintaan maaf.
"Sebaiknya kamu harus istirahat dari latihan dulu untuk beberapa hari. Pikiranmu masih belum stabil, catatan track kamu masih belum ada peningkatan"
Ify memperhatikan Rio yang sedari tadi menundukkan kepalanya. Mata terlihat sendu setelah mendengar bahwa ia harus libur sementara dari latihan dan mobil balapnya itu.
"Untuk perlombaan selanjutnya, masih ada waktu yang cukup untuk persiapan. Jadi jangan terlalu diforsir dari sekarang. Mengerti Rio"
"Iya pak" Rio menjawab pelan.
"Hari sudah semakin gelap, sebaiknya kita pulang. Ayo Ify, Rio" ajak Simon kepada Rio dan Ify untuk mengikutinya.
"Baik" jawab Ify pelan. Ia jalan lebih dulu di depan Rio karena lelaki itu sepertinya sedang mengambil barang-barangnya.
Sedari tadi Ify menghangatkan lengannya, karena pakaiannya yang terbilang pendek badannya menjadi kedinginan seperti ini.
Tiba-tiba sebuah jaket menggantung di bahunya dari arah belakang. Dilihatnya jaket itu sudah tidak asing lagi.
"Pakai ini" Rio memberikan jaketnya kepada Ify dan Ia langsung menghampiri Simon yang sudah jauh dengan langkah tergesa-gesa.
Melihat sifat Rio seperti ini, Ify merasakan jantungnya terasa aneh. Senyuman pun terukir di wajah Ify, ternyata laki-laki cuek seperti Rio juga ada sisi gentlemen nya juga...
----------------------------------------------------------
Ify dan Rio sudah sampai di dorm kampus mereka setelah diantarkan pulang oleh Simon. Kini mereka berdua sedang berjalan beriringan menuju area dorm mahasiswa. Genangan-genangan air tersebar di sepanjang jalan, langit yang sudah mulai cerah kini menampakan bulan dengan cahaya terangnya.
"Yo" panggil Ify
Rio menoleh kearah Ify.
"Mau makan malam bareng? Lo dari tadi siang belum makan kan?" ajak Ify dengan semangatnya untuk memperhangat suasana ini.
"Lo aja fy, gue mau istirahat aja di kamar" Jawab Rio dengan nada dinginnya.
Hmm, gagal. Ify pun sekarang berjalan mundur tepat di depan Rio dengan menyamakan langkah lelaki itu.
"Atau gak, kita pesan makanan aja kesini kalau lo capek keluar, gimana?" Ify memberi pilihan lain tapi hanya dibalas gelengan kepala oleh Rio.
"Muka lo pucat begitu yo, coba" Ify menghentikan langkahnya dan menempatkan telapak tangannya di dahi Rio. Ia mengecek apakah Rio benar sakit atau tidak.
Perlakuan ify itu membuat Rio seperti membeku layaknya batu es. Wajah Ify terlalu dekat dengan wajahnya. Bola mata yang terlihat serius memandang dahinya itu seperti sebuah hipnotis baginya. Ify boleh tau keadaan suhu tubuhnya saat ini, tapi jangan sampai suara detak jantungnya yang terlalu berdebar-debar ini bisa terdengar olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me
FanfictionKetika sebuah kenangan indah lenyap begitu saja diperlukan perjuangan sang kesatria untuk mengumpulkan dan menyusunnya kembali menjadi sebuah kenangan yang lebih indah dari sebelumnya.