Tina sudah berpakaian rapih serta mengenakan wig dan kacamata sebagai penyamarannya. Ia ingini bertemu dengan Gabriel untuk menjelaskan hal-hal yang belum Gabriel ketahui mengenai dirinya.
Setelah bertemu dengan Gabriel beberapa hari lalu, ia selalu kepikiran bahwa Gabriel menganggap dirinya jauh lebih buruk dari apa yang telah ia perbuat. Ia ingin meluruskan semuanya dan berencana untuk membantu Gabriel bagaimana pun caranya. Dalam hatinya yang terdalam Tina ingin menebus dosa-dosanya kepada Gabriel sekaligus menyadarkan ayahnya. Ayahnya sudah terlalu lama dikuasai oleh keserakahan untuk menjadi no.1 dan kini saatnya untuk menghentikan ayahnya itu agar tidak melangkah lebih jauh.
Setelah sampai di lantai dasar, Tina melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Namun tiba-tiba dari kejauhan ia melihat wajah orang-orang yang familiar baginya.
Tina melihat orang-orang suruhan ayahnya yang mengejarnya beberapa waktu lalu sedang berbincang seperti merencanakan sesuatu.
"Aisssh! Kenapa harus kesini lagi sih!"
Tina langsung membalikkan badannya dan berlari menuju lift utama.
"Tina!" Seseorang menghentikan langkah Tina dengan menggenggam lengannya secara tiba-tiba.
"Alvin!"
"Lo mau kemana hah? Gue kan sudah bilang untuk saat ini lo jangan keluar dulu!" omel Alvin kepada Tina yang ada di depannya.
"Marahnya nanti saja, sekarang kita harus balik ke apartemen"' Tina memberi kode ke Alvin untuk melihat ke pintu utama apartemen.
Alvin melihat 3 orang yang ia temui beberapa waktu lalu sudah mendekat kearahnya. "Ok" Alvin menarik Tina menuju lift.
-----------------------------------------------------------------------------------
Mereka pun berhasil masuk ke dalam lift bersama 2 orang lainnya. Alvin dan Tina mengambil spot di paling belakang untuk bersembunyi dari perhatian orang-orang. Lift sudah hampir penuh, kemungkinan hanya beberapa orang saja yang dapat masuk.
Namun....
"Permisi, apakah kami bisa naik?" 3 orang itu sudah berada di depan lift. Alvin dan Tina semakin tegang. Takut mereka memperhatikan area lift beserta orang-orang yang ada di dalam. Mereka pun akhirnya masuk ke dalam dan menekan tombol lantai menuju restaurant yang ada di apartemen.
"Jangan bersuara..." bisik Alvin di telinga Tina. Seketika Alvin memeluk Tina ke dalam dekapannya sehingga wajah Tina membelakangi 3 orang itu.
Tina terkejut ketika Alvin melakukan hal itu tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Ia pun menuruti perintah Alvin untuk tidak bersuara dan tetap dalam posisi seperti itu.
Karena Alvin memeluknya, Tina pun dapat mendengar detak jantung Alvin yang sedang berdebar-debar. Ia melihat ke arah Alvin sejenak dilihatnya wajah Alvin begitu tegang memandang 3 orang itu secara bergantian. Merasa diperhatikan, Alvin pun membalas tatapan Tina itu. Wajah putih milik Alvin seketika berubah menjadi kemerahan. Tak hanya itu kedua matanya pun bergerak tak menentu, ia mencoba mengalihkan pandangannya ke segala arah. Alvin langsung membenarkan kepala Tina agar tidak memandang ke kearahnya sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me
FanfictionKetika sebuah kenangan indah lenyap begitu saja diperlukan perjuangan sang kesatria untuk mengumpulkan dan menyusunnya kembali menjadi sebuah kenangan yang lebih indah dari sebelumnya.