PART 26

460 23 1
                                    



Ify sedang menjalankan tugas piket untuk membersihkan kelas. Teman-temannya yang lain sudah selesai 30 menit yang lalu, tinggal Ify sendiri di dalam ruangan. Sedari jam istirahat tadi, Ify merasa badannya sangat lemas dan harus beristirahat di UKS.

Ify berusaha membersihkan papan tulis yang penuh dengan tulisan gurunya dan juga teman-teman yang lain. Dengan susah payah ia harus berjinjit untuk mencapai tulisan yang melampaui tingginya.

"Kenapa nulisnya tinggi-tinggi banget sih..."

Tiba-tiba seseorang mengambil penghapus papan tulis dari tangannya. Badan Ify pun terkurung dengan tubuh besar orang yang berada di belakangnya.

"Kalau gak nyampe seharusnya pakai kursi" ujar orang itu tepat di belakang telinga Ify sambil membantu Ify menghapus tulisan yang ada di papan tulis.

Ify pun langsung membalikan badannya. Dilihatnya Rio sedang menghapus papan tulis dengan santainya, orang berbadan tinggi memang sangat berguna untuk pekerjaan ini.

"Kok kamu belum pulang yo?" tanya Ify sambil memandang Rio yang masih serius menghapus tulisan yang ada di depannya

" Nungguin kamu..." Rio akhirnya menatap Ify yang berada di depannya. Wajah Ify sangat dekat sampai ia bisa melihat bayangan dirinya di mata bulat Ify.

Rio menahan diri agar jantungnya tidak berdebar terlalu kencang. Dilihatnya pipi Ify mulai memerah, mungkin Ify juga merasakan hal yang sama dengan Rio saat ini.

"Wajah kamu merah, masih demam?" Rio memeriksa dahi Ify.

"Ah ng.. nggak kok. Yaudah kita pulang yuk" Ify mencoba keluar dari 'kurungan' Rio itu. ia segera mengambil tas ang ada di atas meja dan berjalan keluar ruang kelas meninggalkan Rio disana.


"Huuft..." Rio menghela nafas panjang. Akhirnya ia bisa mengelabui Ify agar ia tidak tahu kalau sebenarnya ia sangat luluh dengan kecantikan Ify yang ada di depannya tadi.

--------------------------------------------------------------------------------------------


Jantung ku berhenti sejenak

Wajah Rio terlalu dekat

Aku tidak tahu kenapa perasaan ku seperti ini

Aku tidak tahu sekarang harus menganggap Rio apa...

Sahabat atau mungkin cinta pertamaku yang sesungguhnya..

Ify langsung menutup buku diarynya

"Kenapa fy?" tanya Rio yang duduk di depannya. Sekarang mereka berdua ada di sebuah café di pinggir kota dengan pemandangan alam yang begitu indah

"Gak.. gak apa-apa kok" Ify langsung meminum caramel macchiato pesannya dengan 'semangat'nya.

"ya, jangan buru-buru gitu minumnya. Kalau tersedak gimana"

"uhuk uhuk..." benar saja apa kata Rio

"Benar kan. Dasar " Rio memberikan tissue kepada Ify.

"Makasih" Ify pun langsung mengusap mulutnya.

Mereka berdua diam sejenak. Tidak ada yang mengeluarkan satu kata pun dari mulut mereka.

"Yo, perlombaan lo selanjutnya kapan?" Ify akhirnya membuka topik pembicaraan.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang