"Aduhhhhh, kalau jalan pake mata dong. Sakit nih pantat gua" ucap Carol sambil mencoba berdiri karena baru saja dia bertabrakan dengan orang di koridor sekolah saat menuju ke kelas hingga jatuh terduduk.
"yang ada tu jalan pake kaki bukan mata. Lagian lo yang jalan gak liat-liat malah sambil ngobrol sama temen lo, sejajar lagi, lo sangka jalan koridor ini milik nenek moyang lo. Noh banyak juga yang mau jalan" jelas orang yang baru saja bertabrakan dengan Carol. Rasanya Carol ingin memarahi balik orang tersebut, jelas-jelas nabrak bukannya minta maaf malah ngomel. Tapi semua itu diurungkan karena Tya dan Dea sudah terlebih dahulu meminta maaf ke orang tersebut "Aduh, maaf ya Lex, si Carol jalannya emang sambil ngelamun tadi" jelas Tya ke laki-laki yang baru saja mulai berjalan melewati mereka bertiga tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"ih tuh cowok siapa dah, sombong banget. Udah nabrak, minta maaf kagak, marah-marah iya" ucap Carol dengan nada sedikit kesal "mana pantat gua sakit lagi, minta di gigit tuh orang" jelas Carol lagi dan ternyata mendapat sautan dari cowok tersebut, padahal jarak mereka sudah cukup jauh "gua masih denger omongan lo" kata cowok tersebut.
"iss ya bodo" jelas Carol sambil berlalu bersama teman-temannya yang juga belum menjawab pertanyaannya hingga dia harus bertanya untuk kedua kalinya ke mereka "cowok tadi siapa sih?kok kalian langsung minta maaf?" dan akhirnya Dea yang menjawabnya "dia Alex, anak XI A 1, ketua OSIS, kapten futsal juga".
"lah kok gua gak tau dia ketua OSIS?" tanya Carol ke sahabat-sahabatnya dan dijawab oleh Tya "yakan kan pemilihan lo sakit sampe beberapa minggu itu" dan jawaban dari sahabatnya itu tanpa disadari membuat Carol mengingat kembali tanggal tersebut, dan juga membuat Tya dan Dea menjadi tidak enak karena telah membuat suatu kesalahan
"ahh, mulut lo sih, Carol jadi sedih lagi kan" bisik Dea ke Tya dan hanya dibalas dengan kata maaf tulus dari Tya.
"gua gak papa kok, hahaha, santai aja kali yuklah ke kelas ntar keburu bu Nat masuk" jawab Carol meyakinkan kedua temannya dan berusaha kembali tersenyum walau sesungguhnya otaknya masih memikirkan hari itu.
Teetttteeeetttteeett, bunyi bel istirahat kedua telah berbunyi yang menandakan bahwa pelajaran termembosankan hari ini telah berakhir, ya pelajaran sejarah. Ntah kenapa Carol sangat membenci pelajaran sejarah, bukan berarti dia tidak menghargai para pendahulu tetapi menurut dia buat apa mengungkit kembali yang dulu, lebih baik mencoba mempertahankan yang sekarang, yang dulu cukuplah jadi pembelajaran saja. Bukan hanya materi pelajaran sejarah yang cukup membosankan untuk Carol tetapi juga guru yang mengajar pelajaran tersebut, ya siapa lagi kalau bukan Pak Imam yang lebih banyak bercerita soal keluarganya dibanding pelajarannya, sebenarnya menyenangkan karena tidak monoton tapi menurut Carol itu sangat salah tempat untuk bercerita soal keluarga kepada para murid-muridnya karena belum tentu juga para murid mau mendengarkan.
Tepat setelah Pak Imam keluar dari kelas seorang siswa dari kelas sebelah masuk dan memberi memanggil Carol "Carol, lo disuruh nemuin bu Nat diruangannya." Dan setelah itu siswa yang dikenal dengan nama Abeng langsung pergi begitu saja.
"kenapa deh lo dipanggil bu Nat?" tanya Tya dan membuat Dea juga langsung menoleh ke arah Carol.
"ya mana ku tau, yaudah gua ke kantor guru dulu deh kalau gitu" jawab Carol sembari berjalan keluar menuju ruang guru sambil bersenandung kecil agar tidak terlalu merasa sendiri walaupun beberapa anak di koridor yang berpapasan dengan Carol menyapanya dan tak lupa dibalas dengan senyuman manis oleh Carol.
Toktoktok
"permisi bu, apa bu Nat memanggil saya?" tanya Carol sambil masuk ke ruang guru.
"iya sini Carol duduk" jawab bu Nat sembari mempersilahkan Carol duduk dan memulai percakapan mereka
"gimana Carol sehat?"
"sehat bu, ibu kenapa ya memanggil saya kemari?"
"begini, saya ingin memberi tahu bulan depan kan Bulan Bahasa, dan saya menerima beberapa undangan perlombahan Bulan Bahasa salah satunya lomba baca puisi dan musikalisasi puisi. Apakah kamu bisa mengikutinya?sebagai perwakilan sekolah ini, bersama beberapa anak kelas X yang sudah mulai saya seleksi selama saya mengajar mereka. Tetapi dari kelas XI saya mempercayakan kamu dan Natalie untuk lomba baca puisi, sedangkan untuk musikalisasi puisi kalau kamu berkenan ikut saya akan membicarakan dengan Pak Andre untuk melibatkan anak teater atau anak musik untuk mengiringi. Gimana Carol kamu mau kan sebagai perwakilan sekolah? Kalau iya mulai minggu depan kita berlatih ya" penjelasan Bu Nat kenapa memanggil Carol datang ke ruang guru
"hmmm, bagaimana ya bu" jawab Carol sedikit ragu, karena dia sudah lama tidak ingin bermusikalisasi puisi kembali dan itu yang membuat Carol cukup lama menjawab pertanyaan bu Nat dan sepertinya bu Nat memahami itu
"ya kalau kamu tidak bisa untuk musikalisasi puisi kamu bisa mengikuti lomba baca puisinya saja. Tetapi ibu berharap kamu mau kembali bermusikalisasi puisi karena hanya kamu yang pandai bermusikalisasi puisi di sekolah ini, dan guru-guru serta murid-murid yang lain pun sudah mengetahuinya. Ibu yakin kamu bisa bermusikalisasi puisi kembali Carol" jelas bu Nat mencoba meyakinkan Carol tentang keahliannya itu
"baik bu, saya akan mengikuti latihan mulai minggu depan. Jika ada anak musik/teater yang dapat mengiringi untuk saya bermusikalisasi puisi lagi dan saya siap, saya mau ikut lombanya" jawab Carol sedikit ragu. Iya dia ragu apakah benar-benar dia sanggup untuk melakukanya lagi
"oke. Namamu ibu tulis di daftar peserta lomba ya. Terimakasih ya Carol. Kamu boleh kembali ke kelas kamu melanjutkan istirahat"
"baik bu. Permisi bu" pamit Carol sembari mencium telapak tangan bu Nat sebelum keluar dari ruangan tersebut.
Baru saja iya keluar dari pintu, tiba-tiba dia menabrak seseorang yang berdiri di depannya dengan cukup keras
"aduhh" seru Carol "lo ini yaa.."
belum sempat melanjutkan kata-katanya, orang yang di tabrak oleh Carol telah terlebih dahulu berbicara
"lo lagi lo lagi, nabrak lagi, makanya kalau jalan pake kaki itu matanya juga dipake" jelas laki-laki itu sembari meninggalkan Carol dan masuk ke ruang guru karena memang tujuannya adalah bertemu dengan pembina OSIS karena baru saja dia dipanggil untuk bertemu di jam istirahat.
"iss gua kayaknya gak mimpi apa-apa deh semalem, kenapa hari ini gua bisa nabrak tu cowok nyebelin sampe dua kali sehari sih, sekali lagi ya pasti gua dapet piring cantik deh. Mana ini jidat sakit. Tadi pantat sekarang jidat." Gerutu Carol setelah bertabrakan dengan laki-laki yang ditabraknya waktu istirahat pertama tadi.
Sembari berjalan di sepanjang koridor, Carol kembali teringat tawaran dari bu Nat untuk kembali berlatih dan mengikuti musikalisasi puisi. Sudah terlalu lama Carol tidak lagi berkecimpung di dunia sastra sejak terakhir sekitar 6 bulan lalu, tepatnya pertengahan kelas X. Dulu Carol merupakan perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba musikalisasi puisi, lomba yang sudah jarang digemari anak muda saat ini tetapi Carol justru mencintainya, bukan hanya dapat menyalurkan kedua hobinya yaitu bersenandung dan berpuisi tetapi juga karena keterlibatan orang yang dicintainya dalam proses dia mengenal musikalisasi puisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Enemy [Completed]
Teen FictionMenurut Caroline, Alex itu laki-laki terreseh yang pernah ia kenal selama ia sekolah di SMA Xaverous. Sehari saja Carol ingin hidup damai di sekolah rasanya sulit. Tapi, Alex juga laki-laki yang membantunya bangkit dan berdamai dengan masa lalu. Ale...