Tidak mudah kembali dan berdamai, berteman dengan masa lalu. Apalagi bila masa lalu itu masa lalu yang membuatmu seperti pengecut dan memaksamu memakai topeng mulai saat itu.
Gua, Marco marcellino cowok yang sedang berjuang untuk terlihat biasa saja dibalik segala sesuatu yang mungkin dapat menyeruak begitu saja seperti sebuah gas buangan manusia, tak terlihat tapi menimbulkan bau dan aib.
Butuh waktu lama untuk menguatkan dan membangun kembali pertahanan itu, mengembalikan Marco yang dulu, Marco yang tidak pengecut, Marco yang selalu jadi terdepan ketika melakukan pemberontakan. Bukan gua yang saat ini, yang hampir tiap malam bermimpi buruk, dan tiap pagi mengalami kekhawatiran yang selalu sama, yang selalu tunduk semua perkataan papa begitu saja tanpa bisa ada penolakan seperti anak kecil yang berlindung di balik badan orang tuanya ketika bertemu dunia baru.Dan disinilah gua saat ini, kembali ke Jakarta setelah 6 bulan lamanya menghilang, menenggelamkan diri. Kembalinya gua ke Jakarta karena kemauan papa yang merasa sudah cukup waktu 6 bulan itu, dan katanya rindu beliau yang memintaku kembali.
Flashback on
Seminggu lalu
"Kak, besok kamu ke Jakarta, sekretaris papa nanti siang sampe di rumah eyang" kata pertama yang diucapkan papa ketika telpon beliau diangkat
"Jakarta pa?" Tanya Marco
"Iya, tiket udah sekretaris papa siapkan, nanti kamu bakal diawasin dia, jangan coba-coba kabur" ucap papa tegas
"Tapi pa?"
"Tidak ada tapi-tapian, sudah papa ada rapat. Papa tunggu kamu besok di rumah" kalimat terakhir yang papa ucapkan sebelum telpon ditutup dan membuat Marco terdiam, bingung memikirkan dan menelaah perkataan papanya.Sesampainya di Jakarta, Marco langsung menuju ke rumah dan tetap dibawah pengawasan sekretaris papa, apalagi tujuannya selain menghindari kaburnya Marco. Selama perjalanan Marco sibuk dengan pikirannya sendiri, dan tentu sibuk menyusun dan menyiapkan hatinya. Ketika memasuki rumah, keadaan sepi yang diterima Marco, sepi karena papa belum pulang dan semakin sepi sejak 5 bulan lalu mama pergi. Saat sedang berjalan menuju dapur, ia melihat sesosok perempuan tua yang selalu menemani mama dan menjaganya, sesosok perempuan yang menangis ketika ia harus pergi, sesosok perempuan yang dianggap seperti orang tuanya juga.
"Mak Inah" ucap Marco memeluk perempuan itu
"Den Marco, udah pulang den, udah sampe, kok maak gak denger aden pulang, aden tambah gagah, ganteng, mk kangen sama aden, aden mau mak Inah buatin susu coklat panas?" Itulah runtutan kalimat yang di dengar Marco setelah pelukannya tadi dilepaskab
"Hihi enggak mak nanti aja, mak masak apa? Marco lagi pengen ..."
"Sup ayam sama jamur krispi?" Jawab mak Inah cepat
"Hihi mak masih inget aja" jawab Marco karena keinginannya sudah tertebak sebelum sempat diucapkan
"Yaudah aden istirahat di kamar dulu aja, kamar aden udah mak beresin tadi pagi, nanti kalau makanan udah siap mak panggil, bentar lagi papa pulang kok den tadi pagi papa bilang pulang cepet" ucap mak Inah sembari menyuruh anak majikannya yang telah diurusnya sejak kecil untuk menjauh dari dapur
"Iya mak iya, Marco pergi ke kamar" ucap Marco yang sudah berjalan meninggalkan dapur menuju kamarnya"Marco" ucap seseorang yang sudah cukup lama dirindukan tapi tidak bisa diucapkan, orang yang selalu menjadi kebanggaannya, ya dia papa
"Papa" jawab Marco
"Besok lusa kamu mulai sekolah ya, di SMA Xaverous, satu SMA sama dua sahabat kamu Alex sama Jun, papa sudah diskusiin sama papanya Alex dan Jun juga" ucap papa yang sudah menjelaskan maksudnya
"Pa, kok tiba-tiba sih" ucap Marco
"Gak tiba-tiba kak, papa cuma pengen kamu berubah, berani menjalani, papa salah nyuruh kamu pergi 6 bulan lalu, papa pengen kamu menghadapinya kak karena kamu calon penerus papa" ucap papa ke Marco yang membuat yang empunya yang dibicarakan hanya terdiam, mengiyakan.
Flashback offIni sudah hari ke lima Marco sekolah SMA Xaverous, tapi selama lima hari itu juga ia tidak bertemu dengan kedua sahabatnya bukan tidak bertemu tapi memang dia belum ingin bertemu karena kalau memang ingin bertemu pasti sudah dapat dengan mudah bertemu, sahabatnya Alex itu seorang ketua OSIS disekolah ini dan Jun si somplak sebagai wakilnya, jika ingin bertemu ya sangat mudah. Selama lima hari ini Marco bersekolah seperti mau tak mau, sewaktu istirahat ia lebih memilih ke rooftop untuk sekedar merokok atau istirahat tidur.
Dan hari ini saat iya tidur siang di rooftop tiba-tiba ada suara teriakan seorang cewek "aaarrrrggghhhhh gua benci sama lo lex" dan itu sukses membuatnya terbangun dari tidur siangnya dan berjalan menghampirinya
"lo. Berisik deh" ucap Marco, dan sukses membuat cewek itu melonjak kaget mendengar suara Marco
"lo siapa?" tanya cewek itu takut ketika melihat ke belakang ke arah Marco dan itu membuat Marco kaget melihat muka cewek di depannya yang tidak asing untuk dia tetapi secepat mungkin Marco mengubah raut mukanya menjadi biasa lagi
"lo berisik. Ganggu tidur gua" ucap Marco
"maaf. Gak bermaksud ganggu lo tidur" cicit cewek yang saat ini sudah menunduk dan membuat Marco secara diam-diam tersenyum hingga akhirnya berkata
"haha santai aja. Lo kalau kesel boleh teriak tapi lain kali liat-liat dulu ya ada orang yang lagi istirahat gak" ucap Marco.
"iya" jawab Carol yang sudah mau berjalan meninggalkan rooftop tetapi terhenti dan kembali menoleh Marco itu setelah mendengar Marco berkata
"lain kali lo boleh kesini teriak-teriak terutama kalau kesel sama pacar lo" ucap Marco ke cewek itu. Ya dia kenal dengan orang yang disebutkan oleh cewek itu, karena kemungkinan besar orang itu adalah sahabatnya Alex
"dia bukan pacar gua" dengan cepat Carol menjawab perkataan Marco tadi lalu berjalan meninggalkan rooftop dan dapat dipastikan dengan emosi karena dari belakang Marco dapat melihatnya. Tepat setelah cewek itu pergi dibalik pintu rooftop, Marco terdiam dan pikirannya kembali melayang, mengingat siapa cewek tersebut hingga tak asing untuknya ketika ingatannya berhasil mengingat siapa cewek tersebut seketika badan Marco menegang dan tangannya terkepal dan bergumam "apa maksud papa, apa papa tau soal dia sekolah disini atau ini murni takdir?"
Setelah hari itu, Marco jadi kepikiran tanpa pernah berani bertanya ke papanya.Segini aja perkenalan tentang Marconya, emang masih dibuat oenasaran biar kalian tetap penasaran karena memang belum saatnya terbuka siapa Marco sebenarnya buat Carol. Tapi siapa tau diantara kalian udah ada yang bisa nebak siapa Marco dan apa hubungannya dengan Carol
Itu gambarnya visual Marco ya readersku sayang..
Jangan lupa vote and comment, karena satu vote dan coment kalian semangat dan senyum untukku, bahagia aja gitu tulisanku direspon baik sama kalian berupa vote dan coment
Dan juga, kalau aku telat update atau ceritanya agak pendek ataupun membingungkan harap maklum ya soalnya ini juga ditulis dengan waktu singkat dan sebisanya meluangkan waktu liburan untuk tetap menulis biar kalian gak terlalu lama nunggunya
😊
Btw merry christmas untuk yang merasakan🎄😘 dan happy holiday untuk yang liburan
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Enemy [Completed]
Teen FictionMenurut Caroline, Alex itu laki-laki terreseh yang pernah ia kenal selama ia sekolah di SMA Xaverous. Sehari saja Carol ingin hidup damai di sekolah rasanya sulit. Tapi, Alex juga laki-laki yang membantunya bangkit dan berdamai dengan masa lalu. Ale...