34

1.7K 75 5
                                    

Haihaihai reader...

ku kembali ke jagad pertulisan ini dan mencoba untuk mempercepat penyelesaian cerita ini biar tak semakin lama ku budrek hehehe.. semoga aku benar-benar bisa merealisasikan omonganku ya, jika tidak. maafkanlah dan mengertilah. pekerjaanku tidak hanya menulis dan menghidupkan Alex serta Carol :(

ini sebisa mungkin ku mempercepat mereka. jangan lupa untuk meninggalkan jejak berupa comment dan vote. sungguh hampa diriku tanpa keduanya. caranya pun tak sulit hanya mengklik bintang di laman ini.

suka sedih aja gitu view 30 vote 4 :( heihoooo yang 26 lainnya itu apa?hantu?setan :') ya Allah, mikir aku nih nulis ini :'D sesedih itu. tapi aku gak baper kok cuma sedikit aja gak banyak-banyak.

semoga part ini bisa kalian nikmati.

tetap jadi reader yang baik dengan meninggalkan jejak kalian.

dari hati terdalam saya untuk kalian kisskiss :*





"LO ITU KALAU UDAH TAU MENS ITU SARAPAN PINTER"

"LO JAGOAN SAMPE GAK SARAPAN TERUS DIHUKUM KAYAK TADI?"

"NYAWA LO UDAH BANYAK KAYAK JEJE,ANJING GUA?"

"HERAN GUA MAH SAMA CEWEK CANTIK TAPI PINTERNYA KELEWATAN GINI"

Itulah sederet kata-kata yang masuk ke telinga Carol ketika akhirnya sadar dari pingsannya, bukan lagi pertanyaan "lo gimana?mana yang sakit?" yang diterimanya melainkan cacian dari dua orang yang saat ini masing-masing berdiri di kanan dan kirinya membuat Carol langsung menghembuskan napas berat lalu berkata

"mending gua pingsan lagi"

Berharap kata manis yang keluar malah sindiran tajam dari kedua sahabatnya ini yang ntah kenapa membuat hatinya menghangat dan nyeri hampir bersamaan

"yaudah sana lo pingsan lagi, gak peduli kita. Sok sana pingsan, ntar kita tinggal masuk kelas" kata Dea

"iya, pingsan aja sana ntar gua tinggal bilang ke Alex kalau kita gak sanggup nungguin lo yang gak tau diri, udah dibawa ke UKS, ditungguin tapi pas sadar lebih milih pingsan lagi"

"ngapa lo berdua jadi bawa-bawa Alex sih. Emang apa hubungannya sama Alex?lagian gua baru sadar malah lo berdua ngomel. Pusing tau gak" jawab Carol gak kalah kesal dari kedua sahabatnya ini

"nih minum dulu teh angetnya" kata Tya yang sudah memberikan segelas teh hangat ke Carol

"makasih sahabat" jawab Carol dengan senyum yang sangat merekah membuat Tya jijik sendiri

"nih roti juga buat lo. Makan. Buat sarapan lo" kata Dea memberikan sepotong roti isi coklat keju kesukaan Carol

"ihh baik banget sih kalian. Makasih loh" jawab Carol lagi lalu memakan dan meminum apa yang disodorkan oleh kedua sahabatnya ini

"ini bukan dari kita. Semua dari Alex. Makasihnya sama dia" jawab Dea lalu dilanjutkan dengan Tya yang berkata

"iya. Yang jagain lo sampai sebelum kita dateng juga dia."

"iya ntar gua bilang makasih ke dia. Ngapain juga nolongin kalau niatnya Cuma ingin liat gua kena marah sama kalian. Cihh" gumam Carol yang langsung mendapat plototan tajam dari kedua sahabatnya sampai-sampai membuat Carol bertanya

"yang sahabat kalian itu siapa sih?gua apa Alex?belain dia mulu"

"Caroline ku yang cantik, imut, dan ngeselin. Ini bukan perkara siapa yang jadi sahabat siapa. Ini tentang balas budi cantik. Yakali lo cees sama suster Levita tapi pengetahuan balas budi lo lebih cetek dari isi air got depan sekolah. Kalau ada orang yang nolong lo, mau itu lo kenal baik atau bahkan itu musuh lo sekalipun. Lo harus mengucapkan kata terimakasih setelahnya pinter. Biar orang yang nolong lo juga tetep dapet berkah bukan bencana karena abis nolong lo malah ngedumel karena lo gak tau diri. Paham?" penjelasan dari Tya yang sontak membuat Carol menganggukan kepala setuju dan Dea senyum-senyum sendiri melihat kelakuan sahabatnya ini. Setelah mendapat pertanyaan, ceramah dan marah-marah panjang kali lebar akhirnya Carol, Tya dan Dea kembali ke kelas sebelum bel istirahat pertama berakhir.

Perfect Enemy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang