Lima hari yang lalu Alex dipanggil oleh Pak Andre sewaktu istirahat pertama untuk menemui beliau di ruang musik ketika Alex disana ada beberapa anak yang sudah dikumpulkan juga
"Permisi pak" kata Alex saat memasuki ruang musik
"ya masuk Alex"
"maaf pak ada keperluan apa ya pak sampai bapak memanggil saya kemari"
"hmmm semua anak yang tadi saya panggil sudah lengkap di ruangan ini? Saya ingin memberikan informasi dan penawaran ke kalian" jawab Pak Andre yang membuat beberapa siswa di ruangan ini yang di dominasi laki-laki mulai saling lirik satu sama lain
"begini anak-anak, kemarin Bu Nat meminta tolong ke saya untuk membentuk team musikalisasi puisi dari anak teater dan musik jadi saya mengumpulkan kalian disini, jika ada yang berkenan untuk ikut saya harapkan untuk datang dan mendaftarkan ke saya, secepatnya ya biar saya bisa konfirmasi ke bu Nat segera dan bisa langsung latihan. Sebenarnya hanya dibutuhkan sekitar 3 anak tetapi jika saya asal menunjuk saja tanpa ada kemauan dari diri kalian mungkin tidak akan menghasilkan harmonisasi yang cukup baik dengan pembaca puisinya. Saya tunggu sampai besok sepulang sekolah, jika memang tidak ada terpaksa saya menunjuk salah 3 dari kalian" kata Pak Andre menjelaskan maksud dan tujuan beliau
"yang dibutuhkan kira-kira untuk musik apa saja ya pak?" tanya salah seorang anak
"gitar, cajon, piano, biola atau alat-alat instrumen lainnya" jawab Pak Andre dan itu membuat Alex sedikit paham kenapa dia ikut dipanggil kesini pasti ini berkaitan dengan tawaran Pak Andre beberapa waktu lalu
"aiss" gumam Alex spontan dan ternyata itu dilihat oleh Pak Andre dan membuat beliau bertanya
"Alex kamu kenapa?"
"ehh enggak pak, saya masih bingung kenapa saya dipanggil"
"sama dengan yang lain saya harap kamu bisa ikut serta"
"tapi pak"
"sudah kalian boleh kembali ke kelas masing-masing yaa, terimakasih" kata Pak Andre mengakhiri pertemuan yang sangat singkat dan cukup membuat Alex kesal karena belum sempat ia memberi jawaban sudah dipotong begitu saja untuk itu Pak Andre, gurunya di sekolah sekaligus sepupu dan guru les musiknya karena Pak Andre ini merupakan anak dari kakak ayahnya.
Sepulang sekolah Alex kembali rapat dengan beberapa anak OSIS untuk persiapan bulan bahasa dan lagi-lagi ia melihat Carol masih berkeliaran di sekolah, tetapi sudah dua hari ini juga ia tidak bertegur sapa dengan Carol seperti hari-hari biasanya tepatnya setelah ia melihat Carol diam-diam memperhatikan sahabatnya, Marco. Alex hanya tidak mau mencintai wanita yang ternyata mencintai sahabatnya, lebih tepatnya tidak mau mengulang kesalahan yang pernah ia lakukan beberapa tahun lalu jadi lebih baik ia sedikit menjaga jarak dan cukup memperhatikan dari jauh atau kalau bisa tidak bertemu sekalian dengan resiko yang ditanggung oleh Jun berupa kemarahan dan uring-uringan Alex. Seperti saat ini ia sangat ingin tahu sedang apa Carol masih berkeliaran di sekolah padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi lebih dari 30 menit yang lalu tetapi ia tidak bisa bertanya langsung atau menemui gadis itu langsung seperti beberapa hari lalu.
"woiii bengong aja pak" tegur Jun yang melihat Alex asik memandang ke arah lorong penghubung kantin dan ruang bahasa
"ngeliatin apa lo?awas kesambet penunggu sekre Lex" oceh Jun yang masih tidak juga ditanggapi oleh Alex, ketika Jun ikut melihat arah pandangan mata sahabatnya ini akhirnya ia tahu kenapa pertanyaannya seakan tidak terdengar
"hmm pantes orang lagi ngeliatin bidadari ya Lex, suara gua jadi gak kedengeran" kata Jun lagi dan karena masih tidak di dengar oleh Alex akhirnya Jun menjitak kepala sahabatnya ini dengan cukup keras untuk melihat responnya. Responnya? Cukup baik dan ampuh karena Alex langsung menoleh ke arah Jun
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Enemy [Completed]
Teen FictionMenurut Caroline, Alex itu laki-laki terreseh yang pernah ia kenal selama ia sekolah di SMA Xaverous. Sehari saja Carol ingin hidup damai di sekolah rasanya sulit. Tapi, Alex juga laki-laki yang membantunya bangkit dan berdamai dengan masa lalu. Ale...