Alex telah keluar dari gerbang sekolah dan keadaan diluar gerbang sangat-sangat tidak kondusif bahkan Alex dan Jun dapat melihat sahabatnya, Marco sedang bersusah payah melawan lawan tetapi bukan itu yang saat ini jadi pusat perhatian indra penglihatan Alex. Ia harus segera menemukan gadisnya, ia khawatir ditambah kondisi yang sangat tidak kondusif. Saat sedang mengedarkan pandangan mencari dimana keberadaan Caroline, Alex melihat sesosok wanita sedang meringkuk takut dibalik pohon yang bahkan tidak mampu menutupi secara keseluruhan badannya. Tanpa berpikir panjang karena sudah melihat gadisnya dengan kondisi yang dapat meremukan hatinya, Alex langsung berlari ke arah Carol melupakan Jun dan teman-temannya yang sudah melindunginya tadi
"Aleeexxx" teriak Jun yang membuat Marco langsung menoleh ke sumber suara karena merasa mengenal suara yang memanggil dan yang dipanggil, saat itulah musuh langsung menyerang bahkan Jun dan teman-temannya tadi tak luput dari serangan.
"Lin, lo gak papa kan?gak luka kan?" Tanya Alex saat sudah di depan Carol
"Gua...g..guu..aa takut" ucap gadis di depannya dengan nada bergetar dan air mata yang sudah turun ntah sejak kapan, dan tangis itu berhasil membuat hati Alex lebih sakit dari kejadian tadi pagi. Tangis Carol salah satu titik kelemahannya.
"Lo tenang ya, gak usah takut udah ada gua, gua janji lo bakal AMAN" ucap Alex dan membuat Carol menoleh ke arahnya
"A...lex" ucap Carol saat menyadari siapa yang saat ini berada di depannya, Alex hanya tersenyum sembari mengelus pundak gadis yang saat ini masih menangis di depannya, mencoba menenangkan. Tak berapa lama Alex menoleh ke balik pohon melihat kondisi tawuran serta dua sahabatnya dan tentu saja memastikan apakah aman untuk membawa Carol kembali kedalam sekolah.
"Jun" teriak Alex dan yang dipanggil langsung menoleh dan langsung berjalan bersama beberapa temannya yang lain setelah sebelumnya berhasil melumpuhkan beberapa orang yang tadi menyerang mereka. Setelah Jun datang, Alex langsung menarik lengan Carol, mendekatkan ke arahnya, menghilangkan jarak dan juga menciptakan jarak terdekat diantara keduanya "Ayo" ucap Alex dan disusul ucapan "lo aman sama gua".
Marco yang melihat adegan itu dari hanya tersenyum, begitu juga Jun. Mereka tidak menyangka sahabatnya ini yang dari dulu paling anti dengan tawuran ataupun sejenisnya hari ini turun langsung hanya untuk menyelamatkan seorang gadis yang selalu dibuat marah tetapi dilain sisi dilindungi setengah mati. Bukannya Marco tak tahu jika Alex dan Jun keluar sekolah, bahkan pikiran Marco terpencar sejak mendengar teriakan Jun saat memanggil Alex. Tetapi ia tidak bisa langsung menemui sahabatnya jika tidak mau sekolahnya kalah, jadi dia hanya bisa fokus ke orang-orang brengsek di depannya yang mencari masalah dengan sekolahnya.
Alex tetap membawa Carol dengan posisi satu tangannya tak lepas dari pinggang Carol dan satunya ada di puncak kepala Carol berusaha melindungi gadisnya ini agar tidak terkena bahaya karena tawuran sedikit pun. Tanpa ia sadari gadis yang didalam posisi dapat dikatakan pelukannya ini tengah setengah mati mengatur detak jantung dan suhu tubuhnya yang mendadak hangat."Mbak ini sudah fotokopiannya" ucap penjaga fotokopian dan yang dipanggil langsung menoleh
"Berapa pak?" Tanya Carol
"15ribu mbak" ucap bapak penjaga fotokopian, setelah itu Carol mengeluarkan selembar uang 20ribu lalu menyerahkannya. Setelah Carol menerima kembalian ia berjalan meninggalkan tempat ini untuk kembali ke sekolah karena dapat dipastikan sekolahnya telah usai. Baru berjalan beberapa langkah setelah belokan dekat sekolah, ia melihat segerombolan anak dari arah kiri dan kanannya membawa beberapa alat yang cukup menyeramkan untuk Carol yang dapat dipastikan tak pernah melihatnya. Carol yang terjebak dalam kondisi seperti ini bingung, jika ia nekat berlari ke arah sekolah ia tidak yakin sampai sekolah sebelum kerumunan ini bertemu tetapi jika ia tetap berdiam diri diposisinya saat ini ia tahu ini bukan posisi yang aman. Jauh dari aman mungkin. Carol memutuskan untuk mencari tempat persembunyian, saat mengitari mata mencari tempat persembunyian ia melihat ada pohon dipojokan dan ia memutuskan untuk bersembunyi dibalik pohon itu walau pohon itu tidak mampu menutupi seluruh tubuhnya tapi setidaknya ia dapat bersembunyi. Sesaat setelah Carol bersembunyi dibalik pohon tersebut kondisi menjadi sangat tidak kondusif, Carol sempat menoleh ke arah jalan banyak batu melayang dan beberapa anak dari sekolahnya sedang baku hantam dengan anak dari sekolah lain yang ia tak tahu darimana. Carol menjadi sangat takut. Amat sangat takut hingga tanpa sadar telah menangis dengan menutup kedua telinganya -memang kebiasaan Carol seperti ini jika ia sedang ketakutan, menangis dan menulikan telinganya akan sekitarnya-, ia bahkan tak menyadari ketika ada seseorang yang mendatanginya dan bertanya
"Lin, lo gak papa kan?gak luka kan?" Carol yang mendengar pertanyaan itu hanya dapat menjawab dengan nada bergetar "Gua...g..guu..aa takut" tanpa menoleh ke arah orang yang bertanya karena takut orang tersebut akan macam-macam dengannya "Lo tenang ya, gak usah takut udah ada gua, gua janji lo bakal AMAN" ucap orang yang saat ini telah berdiri tegap didepannya dan membuat Carol menoleh ke arahnya
"A...lex" ucap Carol saat menyadari siapa yang saat ini berada di depannya, Alex hanya tersenyum dan mengelus pundaknya karena saat ini ia masih menangis dalam diam tidak sesegukkan seperti tadi, mencoba menenangkannya dengan kata-kata dan Carol yang mendengar kata-kata tersebut merasakan kehangatan didalam diri dan hatinya, ntahlah tapi saat ini Carol sedikit tenang. Carol dibawa oleh Alex yang dilindungi oleh beberapa temannya yang lain dan posisi Alex saat membawanya kembali ke sekolah membuat Carol merasakan kehangatan yang tak pernah dirasakan, bahkan pipinya merasakan panas, jantungnya bergedup lebih cepat. Ingin segera dinormalkan rasanya tapi Carol tak bisa, terlalu menikmati itu semua.
Sesampainya di sekolah dengan selamat berkat Alex dan anak-anak yang lain, Carol langsung disambut oleh pelukan Tya dan Dea. Carol yang menerima pelukan itu langsung kembali menangis, tetapi sayangnya adegan tangis dan berpelukan itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba saja Carol dibuat kaget karena ditarik menjauh dari sahabat dan kerumunan orang-orang yang memang saat ini ada disekitarnya. Carol hanya dapat terdiam dan menunduk ketika tahu siapa yang menariknya dan telah membawanya keujung lapangan sekolah saat ini.Hai readers ku tersayang. Aku mau cerita, aku seneng dapet comment dari kalian tapi ku sedih kalau comment itu isinya "next ya kak" apalagi comment itu ditulis belum ada 5 menit setelah aku upload cerita ini. Ku tau mungkin beberapa dari kalian memang nungguin tapi nulis cerita itu gak gampang dan gak secepat yang kalian kira. Aku gak marah sih, cuma sedikit baper aja😣. Im so sad
Jadi cerita ini ku upload juga di sela-sela aku nungguin kakek aku yang lagi sakit di RS, semisal aku uploadnya lama dan ceritanya tidak sesuai harapan kalian ya maaf. Ntar kalau kakek aku udah sembuh dan ada waktu pasti aku revisi ulang kok. Ku usahakan upload tiap hari, tapi apa dayaku. Maafkan ya readers. Ku tetap sayang kalian. See you. Lafya💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Enemy [Completed]
Teen FictionMenurut Caroline, Alex itu laki-laki terreseh yang pernah ia kenal selama ia sekolah di SMA Xaverous. Sehari saja Carol ingin hidup damai di sekolah rasanya sulit. Tapi, Alex juga laki-laki yang membantunya bangkit dan berdamai dengan masa lalu. Ale...