"lo ngapain sih?" suara Carol pertama kali ketika menyadari Alex sudah berdiri tepat di belakangnya
"gak ngapa-ngapain" jawab Alex santai dan tetap mengekori Carol kemana pun anak ini pergi membuat Carol sedikit risih
"yaudah terus ngapain lo di belakang gua. Sana gihhh" usir Carol yang sudah mulai risih karena selalu diikuti oleh Alex dengan jarak yang bisa dikatakan terlalu menempel, tetapi jangan panggil Alex jika ia langsung menjauh setelah disuruh oleh Carol
"udah sih. Diem aja. Lanjut aja jalan ke depan. Jangan noleh-noleh" jawab Alex yang sudah memegang kepala Carol dan mengarahkan ke depan dan sedikit mendorong badan Carol agar tetap berjalan, membuat Carol tidak bisa mengendalikan degup jantungnya dengan normal
"Lex, gua tabok yaa lo masih ngikutin gua terus" kata Carol dengan sangat kesal. Sungguh ia risih jika Alex berada tepat dibelakangnya seperti ini dan selalu mengikutinya sejak tadi, ditambah beberapa anak yang tadi melihat mereka mulai berbisik-bisik sembari memperhatikan mereka
"yaa tabok aja. Tapi sekarang lo jalan aja lurus ke depan. Naboknya ntar pulang sekolah" jawab Alex santai dan tetap berada di belakang Carol. Carol memang tadi ke kantin tidak dengan Tya maupun Dea karena kedua sahabatnya ada urusan lain, sehingga ia ke kantin sendirian itupun hanya untuk membeli 'roti jepang' karena lupa membawanya tadi pagi. Kalau jadinya seperti ini, sungguh Carol menyesal pergi ke kantin sendirian dan menyempatkan diri berbincang dengan salah satu temannya di kantin, lebih baik ia ke kantin sepulang sekolah nanti atau meminta tolong Tya/Dea untuk membelikan keperluannya itu.
"Aleeeexxxxxxx" ucap Carol dengan sangat kesal bahkan sampai menoleh ke arah Alex yang ada di belakangnya tetapi baru sedetik ia menoleh Alex kembali mengarahkannya ke depan dan menyuruhnya untuk cepat berjalan
"udah sih. Kali ini nurut dulu sama gua. Jalan aja lurus" kata Alex dengan nada pelan dan penuh perhatian tetapi tidak mempan di Carol yang keburu kesal dengan Alex
"tapi gua gak nyaman diliatin anak-anak lain" jawab Carol dengan nada memelan dan Alex semakin mendekatkan posisinya ke Carol dan berkata
"gak usah diliatin apalagi di dengerin omongan mereka. Kali ini cukup dengerin omongan gua yaa. Gua anterin sampai kelas. Tanpa penolakan. Ngerti." Kata Alex penuh penegasan dan juga pergerakan tangan yang menutupin telinga Carol untuk memastikan bahwa Carol tidak mendengar desas-desus anak-anak yang ada di koridor dan melihat mereka
"ckck siap-siap kepanggil suster Levita" ucap Carol sedih dan langsung ditanggapi oleh Alex
"gua temenin nanti kalau di panggil SuLe".
Alex menepati perkataannya. Ia benar-benar mengantarkan Carol sampai ke kelas bahkan ke bangku tempat Carol duduk. Saat melihat bintang sekolah yang notabene ketua OSIS tiba-tiba muncul di depan kelas dengan posisi telinga menutupi telinga Carol dan sangat dekat di belakang Carol seperti tak ingin lepas, jangan tanyakan bagaimana reaksi anak-anak kelas Carol yang saat itu ada di kelas. Bahkan Dea yang saat itu sudah sampai di kelas sampai bengong sesaat lalu tersenyum penuh arti melihat muka sahabatnya yang sudah dapat dipastikan malu setengah mampus. Yaaa, kalian pikirkan saja siapa yang gak malu jika dari kantin ke kelas ada cowok yang menempel di belakang kalian ditambah cowok itu terkenal di kalangan anak-anak di sekolah dan juga cowok yang sama yang sering kalian ajak bertengkar.
"naaahhh sampaiii. Gua balik yaa" ucap Alex lalu pergi meninggalkan Carol yang sudah duduk di tempat duduknya. Tepat setelah Alex pergi meninggalkan kelas, beberapa anak mendatangi Carol dan mulai menanyai macam-macam
"lo pacaran sama Alex?"
"lo sama Alex ada apa?"
"lo sama Alex darimana?kok bisa dianterin Alex?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Enemy [Completed]
Teen FictionMenurut Caroline, Alex itu laki-laki terreseh yang pernah ia kenal selama ia sekolah di SMA Xaverous. Sehari saja Carol ingin hidup damai di sekolah rasanya sulit. Tapi, Alex juga laki-laki yang membantunya bangkit dan berdamai dengan masa lalu. Ale...