"Alex" ucap Carol ketika melihat Alex sedang duduk diatas motornya di depan rumahnya. Tadi memang setelah makan malam Carol sudah merasa mendingan dan sengaja keluar rumah untuk sekedar menghirup dan mencari suasana kebetulannya ayah bunda memang mengijinkannya. Ketika Carol sedang berdiri di teras ia melihat motor yang tidak asing akhir-akhir ini karena ia penasaran akhirnya ia berjalan mendekat ke arah gerbang rumahnya untuk melihat dan memastikan penglihatannya, hasilnya? Ia sukses untuk terkejut melihat biang tangisnya kemarin berdiri di depan gerbang rumahnya dan masih mengenakan celana sekolah padahal ini sudah cukup malam, pukul setengah 7.
"hmmmmm eehh...ee.ee..lo" jawab Alex gugup seperti telah ketahuan ingin mencuri sesuatu
"ngapain?" tanya Carol singkat, ia memang tak ingin terlalu berhubungan dengan Alex
"lo sendiri ngapain?" tanya Alex ke Carol
"yee ditanya malah balik nanya. Ini kan rumah gua. Seharusnya gua yang nanya lo ngapain disini" jelas Carol lagi dengan semakin merapatkan jaket yang digunakannya
"hmmmm guaaa....guaa" tutur Alex kembali tergagap bingung menjelaskan sesuatu sambil sesekali menggaruk tengkuk lehernya yang sebenarnya tidak gatal
"kenapa?" tanya Carol lagi ke pria di depannya ini yang semakin dilihat semakin aneh
"lo belum balik dari pagi?kok masih pake celana OSIS?abis rapat?" tanya Carol lagi, dan yang ditanya masih saja dia
"lo sakit apa?" bukannya menjawab pertanyaan Carol, Alex balik bertanya sembari meletakkan satu telapak tangannya di dahi Carol dan telapak tangannya yang lain di dahinya sendiri "lo demam" ujar Alex lagi. Tanpa Alex tahu, si pemilik dahi sudah merasakan sesuatu yang tidak normal seperti kemarin lusa di jantungnya.
"isss lo apa-apaan sih" elak Carol mundur selangkah dari Alex, untuk menghindari tangan pria ini di dahinya
"mau ngobrol bentar boleh?" ajak Alex karena memang ada yang harus diobrolkan
"yaudah ke taman depan situ aja" jawab Carol
"perlu ijin orang tua lo gak?" tanya Alex lagi
"gak perlu tadi gua udah ijin mau jalan-jalan sebentar" jelas Carol yang sudah mulai melangkah
"OK" jawab Alex dengan nada yang kalau didengar orang awam saja tahu bahwa si pria sedang bergembira
"motor lo" ucap Carol sembari menoleh ke belakang kembali
"kenapa motor gua?" tanya Alex
"jangan taruh di depan gerbang. Takut ayah mau keluar. Dipinggirin" ucap Carol lalu berjalan meninggalkan pria yang saat ini sedang memindahkan motornya.
Alex ketangkep basah oleh Carol. Itu ungkapan yang tepat saat tanpa Alex sadari wanita yang ada dipikirannya sejak siang tadi menegurnya dan berhasil membuatnya kaget. Alex dihadapkan oleh dua pilihan, pergi begitu saja, atau jujur kenapa ia berdiri sini di jam yang sudah dapat terbilang malam. Pergi begitu saja itu bukan tipe Alex sehingga ia memilih untuk jujur ke wanita di depannya saat ini kenapa ia sudah ada disini tetapi ternyata tidak semudah itu.
"ngapain?" tanya Carol ke Alex singkat saat melihat Alex pertama kali
"lo sendiri ngapain?" tanya Alex ke Carol. 'BEGOBEGO' runtuk Alec dalam hati meruntuki perkataanya barusan
"yee ditanya malah balik nanya. Ini kan rumah gua. Seharusnya gua yang nanya lo ngapain disini" jelas Carol menjawab pertanyaan Alex
"hmmmm guaaa....guaa" jawab Alex bingung menjawabnya
"kenapa?" tanya Carol "lo belum balik dari pagi?kok masih pake celana OSIS?abis rapat?" tanya Carol lagi, dan Alex?dia masih setia diam ditempatnya hingga ia berani bertanya ke Carol "lo sakit apa?" dengan gerakan cepat meletakkan satu telapak tangan di dahi Carol dan yang lain di dahinya sendiri "lo demam" ujar Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Enemy [Completed]
Teen FictionMenurut Caroline, Alex itu laki-laki terreseh yang pernah ia kenal selama ia sekolah di SMA Xaverous. Sehari saja Carol ingin hidup damai di sekolah rasanya sulit. Tapi, Alex juga laki-laki yang membantunya bangkit dan berdamai dengan masa lalu. Ale...