Ada banyak aroma yang menggoda indra penciuman, lalu memancing mata terbuka. Salah satunya masakan. Seperti yang kurasakan pagi ini. Tunggu. Tapi pemandangan ini bukan langit-langit kamarku.
Kuraba keningku, ada handuk kecil setengah kering.
Aku bangun dan mendapati diriku di ruang tamu.
Semalam Jhope Hyung dan Hana....
"Sudah bangun?" suara itu mengalihkan pikiranku.
"Noona... bagaimana bisa aku di sini?" tanyaku kepada Ruri Noona yang sibuk memasak di dapur.
"Kalau kamu tanya aku, aku harus tanya siapa?"
"Kasar sekali...." gumamku.
"Aku dengar."
Bodoh!
"Lekas mandi. Lalu sarapan. Hari ini jangan pergi ke luar dulu. Selain terlalu dingin, aku juga tidak yakin kondisimu sudah baik. Kalau nanti merasa tidak enak badan, kita bisa ke dokter."
"Apa Noona tidak pergi bekerja?"
"Kamu tidak suka aku di rumah? Ini hari Minggu!"
Bodoh!
Aku beranjak menuju kamar. Tapi, ada yang berbeda.
"Noona...." kataku sambil menjumput bagian bawah kaosku.
Dia hanya menatapku—yang lagi-lagi tanpa ekspresi. Aku kelu untuk melanjutkan tanya. Ah, biarlah.
***
"Jimin-a! Apa yang kamu lakukan di kamar? Apakah kamu meriang? Apakah harus ke dokter? Segeralah keluar, aku sudah sangat lapar!"
Untuk pertama kalinya Ruri Noona memanggil namaku. Ada banyak perasaan yang berkecamuk dalam dada. Itu yang membuatku tetap bertahan di kamar meskipun sudah cukup lama selesai mandi. Aku kira, akan ada adegan makan sendiri-sendiri seperti sebelumnya. Ternyata noona menungguku.
Pintu kubuka dan aku berjalan ke arah meja makan dengan malu-malu.
"Duduklah."
"Noona...."
"Kamu susah dibangunkan. Seperti malam sebelumnya saat kamu tidur di sana." Matanya mengarah ke kursi tamu tempatku tidur semalam. "Bedanya, kamu mengigau. Badanmu panas tapi muncul keringat dingin. Aku mencoba membangunkan dan ternyata sia-sia."
Aku mendengarkan sambil memilin bagian bawah kaosku. Sarapan di hadapanku belum kusentuh.
"Noona...."
"Hari ini pacar Min Yoongi ulang tahun. Aku diminta membuatkan sup rumput laut. Mungkin sebentar lagi dia akan datang mengambil. Jadi, sekalian saja aku membuat banyak. Untuk sarapan kita," jelasnya.
Padahal bukan itu yang ingin kutanyakan.
"Noona...."
"Lain kali, jangan tidur sembarangan. Juga dengan baju basah penuh keringat. Kamu bisa sakit."
"Noona...."
"Iya. Aku yang mengganti bajumu semalam."
Hening. Obrolan tidak berlanjut.
Kemudian, tiba-tiba noona mencondongkan badan ke arahku. Tangannya diletakkan di keningku.
"Apakah kamu demam? Wajahmu merah sekali."
***
[catatan penulis]
Cia cia ciaaaaa... Setelah kemarin Jin ulang tahun, hari ini juga ada yang ulang tahun, lho....
Saengil chukahamnida, d_rein!
Terima kasih sudah menyayangiku~Lancar ya perjalanannya ke Korea hingga kembali tiba di Indonesia nanti.
Love you~ 💜💜💜💜💜
YOU ARE READING
Love Yourself: What Am I to You
FanfictionSeperti halnya melepas, menerima juga bukan perkara mudah. Harus ada kompromi dalam diri, atau justru merelakan. Aku masih sering sulit menerima keadaanku yang sekarang karena peran masalalu. Hingga akhirnya, ada orang-orang yang menyadarkan bahwa a...