Nam Mi Ra
Sejak eonni menikah dan pindah ke Seoul, aku menjadi satu-satunya anak perempuan di rumah. Dulu kukira ini adalah keadaan yang menyenangkan. Tidak ada lagi yang mengomeli ketika aku tidak menyapu rumah, menaruh sepatu tidak pada tempatnya, atau ketika diam-diam masuk kamar eonni dan mencoba beberapa kosmetiknya. Hahaha.
Aku merasa kehilangan pertama kali saat eonni mengenalkan calon suaminya. Ah, ternyata kami tidak bisa bersama selamanya, ya. Aku membesarkan hati dan mencoba tidak apa-apa karena bisa menjadi "ratu" di rumah. Nyatanya, aku yang masih dalam proses belajar kehilangan, harus kembali menambah satu pelajaran lagi tentang ditinggalkan kemudian sendirian.
Sejak saat itu, aku tahu kalau di depan sana, akan banyak kehilangan yang akan kutemui.
Benar saja, beberapa bulan setelah pernikahan eonni, kami sekeluarga mendapat kabar gembira karena Appa dan Eomma akan mendapat cucu pertama mereka. Sayangnya, itu hanya beberapa saat sebelum semesta membalikkan keadaan.
"Seri drama apa yang membuatmu harus tanpa malu pergi ke sekolah dengan mata seperti itu, Mi Ra?" tanya Taehyung, mengejek.
Dia yang biasanya menyenangkan, hari itu sungguh menyebalkan. Aku berusaha memberi tatapan galak tapi yang ada, justru menangis.
Di balkon gedung sekolah, aku menangis sejadi-jadinya. Untung saja tidak ada orang di sana. Aku sadar Taehyung sama sekali tidak salah. Tapi untuk saat ini saja, aku sangat ingin menyalahkannya. Dia jahat sekali. Aku sudah berusaha menahannya dan tangisku tumpah begitu saja dengan pertanyaan konyolnya.
"Kamu kenapa? Taehyung menyakitimu? Maafkan dia."
Jimin. Itu suara Jimin.
Aku sangat ingin mengumpat! Bisa-bisanya dia menjadi perantara permintaan maaf dan memintaku memaafkan begitu saja.
"Ada aku di sini, kamu tidak sendiri."
Iya, aku tahu, Bodoh!
"Mi Ra, aku tahu kamu malu memperlihatkan wajahmu. Ya sudah, tidak apa-apa. Kamu tetap menghadap ke situ, sementara aku menungguimu di sini, ya. Nanti kalau sudah lega, kamu bisa turun lebih dulu, ke toilet untuk cuci muka. Aku akan mengikutimu dari belakang, tanpa melihat wajahmu."
Aku masih sesenggukan.
"Tapi Mi Ra. Ada sesuatu yang harus dibagi melalui cerita. Misalnya, kenapa kamu sedih kemudian menangis, dan sebagainya dan sebagainya. Tapi aku tidak memintamu cerita sekarang. Dan tidak mengharuskan cerita kepadaku."
....
"Orang-orang di sekitarmu bukan Tuhan, yang tahu kamu kenapa, tanpa kamu bicara. Kalau Taehyung salah karena pertanyaannya, maafkan dia, ya."
Setelah ceramah, Jimin justru menyalahkanku. Bangsat!
YOU ARE READING
Love Yourself: What Am I to You
FanfictionSeperti halnya melepas, menerima juga bukan perkara mudah. Harus ada kompromi dalam diri, atau justru merelakan. Aku masih sering sulit menerima keadaanku yang sekarang karena peran masalalu. Hingga akhirnya, ada orang-orang yang menyadarkan bahwa a...