Nam Mi Ra
Harusnya aku sudah pulang kerja sejak sore tadi. Tapi, Shin Hye menghubungiku bahwa dia masih ada perlu sampai pukul sembilan malam. Tidak hanya sekali dua kali aku melakukan hal yang sama, dan Shin Hye tidak pernah kebaratan. Saat ini, aku pun harus merasa tidak keberatan. Dengan catatan, tidak dengan kondisi seperti sekarang.
Setiap lonceng berbunyi dan pintu dibuka, aku selalu was-was. Takut kalau yang muncul adalah Jimin. Aku harus bagaimana, apa yang harus kulakukan, dan lain-lain. Aku memikirkan itu seharian, terus menerus, sampai-sampai tidak yakin apakah aku masih waras atau memang sudah gila.
Hingga selarut ini, aku tidak melihatnya lagi.
Aku harus lega atau kecewa?
Adakah sebuah sebutan untuk menyatakan perasaan di antara keduanya?
Lonceng kembali berbunyi. Anak gadis eonnie masuk dan langsung menuju bagian permen.
"Katanya dia ingin bertemu denganmu lagi," ucap eonnie bahkan sebelum aku membuka mulut untuk bertanya.
"Tapi dia lebih memilih permen," jawabku.
Eonnie hanya mengangkat bahu.
Obrolan kami jeda karena serombongan ahjumma memasuki toko.
Beberapa saat kemudian, eonnie menghampiriku dan berkata pelan, "Dia belum mau pulang, katanya ingin menungguimu bekerja. Ishhh... atau sekalian saja aku sambil belanja, ya?"
"Hahaha.... Aku bisa melihatnya dari sini. Eonnie bisa mengambil barang-barang yang diperlukan," ucapku sambil menatap si anak gadis yang duduk anteng di kursi pojokan.
Itu yang ditempati Jimin beberapa hari lalu.
"Baiklah...."
Beberapa ahjumma telah selesai dan berjalan ke arahku. Aku tersenyum dan segera menghitung belanjaan mereka. Sesekali mataku mengawasi anak gadis. Dia masih dengan posisi sama. Tapi kali ini tidak lagi menatapku. Dia lebih asyik dengan permen di tangannya.
Selanjutnya, aku melepas ahjumma terakhir dengan senyum seperti biasanya. Atau mungkin memang sudah tercetak senyum seperti itu untuk pengunjung toko. Kulirik jam dinding, pukul sembilan sebentar lagi. Itu artinya Shin Hye akan segera datang menggantikanku.
"Jimin!" Suara eonni mengagetkan.
Segera perhatianku tertuju ke arah pintu, tetapi tidak ada yang datang. Tatapanku beralih ke arah kursi. Di sana juga kosong!
Eonnie meninggalkan keranjang belanja dan segera lari keluar.
"Jimin-a!!!" teriaknya.
Aku segera mengikuti langkahnya, namun tertahan begitu saja.
Cukup dari sini, dibalik kaca, aku melihat Jimin bertemu Jimin.
YOU ARE READING
Love Yourself: What Am I to You
FanfictionSeperti halnya melepas, menerima juga bukan perkara mudah. Harus ada kompromi dalam diri, atau justru merelakan. Aku masih sering sulit menerima keadaanku yang sekarang karena peran masalalu. Hingga akhirnya, ada orang-orang yang menyadarkan bahwa a...